Majapahit: Bukti Kejayaan Nusantara

Posted on Updated on

Pada kesempatan kali ini, mari kita menilik kembali sejarah masa lalu. Kisah dan perjuangan para leluhur kita dalam mengabdikan dirinya demi kemajuan bangsa dan negaranya. Sebuah semangat yang harus kita jadikan tolak ukur saat kini, jika memang kita masih berharap kejayaan dan kegemilangan peradaban bisa terwujud di masa yang akan datang.

Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina.

1. Tentang kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Gambar 1. Foto: Peta wilayah Majapahit

a) Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (‘Kitab Raja-raja’) dalam bahasa Kawi dan Negarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) juga. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Berikut cuplikan yang di kutip dari kitab Negarakertagama tentang deskripsi ibukota Majapahit saat itu:

Tersebut keajaiban kota : tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura. Pintu barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit. Pohon brahmastana berkaki bodi berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam. Di situlah tempat tunggu para tanda terus menerus meronda jaga paseban. Di sebelah utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir. Di sebelah timur : panggung luhur, lantainya berlapis batu putih-putih mengkilat. Di bagian utara, di selatan pekan rumah berjejal jauh memanjang sangat indah.

Di selatan jalan perempat : balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra. Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang watangan. Yang meluas ke empat arah, bagian utara paseban pujangga dan Mahamantri Agung. Bagian timur paseban pendeta Siwa-Buda yang bertugas membahas upacara. Pada masa grehana bulan Palguna demi keselamatan seluruh dunia. Di sebelah timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa. Di selatan tempat tinggal wipra utama tinggi bertingkat menghadap panggung korban. Bertegak di halaman sebelah barat, di utara tempat Buda bersusun tiga. Puncaknya penuh berukir, berhamburan bunga waktu raja turun berkorban. Di dalam, sebelah selatan Manguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban. Rumah bagus berjajar mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga lebat. Agak jauh di sebelah barat daya: panggung tempat berkeliaran para perwira. Tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai berkicau. Di dalam di selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua.

Dibuat bertingkat tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri. Semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela. Para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur. Inilah para penghadap : pengalasan Ngaran, jumlahnya tak terbilang, Nyu Gading Jenggala-Kediri, Panglarang, Rajadewi, tanpa upama. Waisangka kapanewon Sinelir, para perwira Jayengprang, Jayagung dan utusan Pareyok Kayu Apu, orang Gajahan dan banyak lagi. Begini keindahan lapangan watangan luas bagaikan tak berbatas. Mahamantri Agung, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka. Bayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang kedua. Di sebelah utara pintu istana di selatan satria dan pujangga. Di bagian barat : beberapa balai memanjang sampai mercudesa.

Penuh sesak pegawai dan pembantu serta para perwira penjaga. Di bagian selatan agak jauh: beberapa ruang, mandapa dan balai. Tempat tinggal abdi Sri Baginda Paguhan bertugas menghadap. Masuk pintu kedua, terbentang halaman istana berseri-seri. Rata dan luas dengan rumah indah berisi kursi-kursi berhias. Di sebelah timur menjulang rumah tinggi berhias lambang kerajaan itulah balai tempat terima tatamu Srinata di Wilwatikta. Inilah pembesar yang sering menghadap di balai witana : Wredamentri, tanda Mahamantri Agung, pasangguhan dengan pengiring Sang Panca Wilwatikta : mapatih, demung, kanuruhan, rangga. Tumenggung lima priyayi agung yang akrab dengan istana. Semua patih, demung negara bawahan dan pengalasan.

Semua pembesar daerah yang berhati tetap dan teguh. Jika datang berkumpul di kepatihan seluruh negara lima Mahamantri Agung, utama yang mengawal urusan negara. Satria, pendeta, pujangga, para wipra, jika menghadap berdiri di bawah lindungan asoka di sisi witana. Begitu juga dua darmadyaksa dan tujuh pembantunya. Bergelar arya, tangkas tingkahnya, pantas menjadi teladan. Itulah penghadap balai witana, tempat takhta yang terhias serba bergas.

Pantangan masuk ke dalam istana timur agak jauh dan pintu pertama. Ke Istana Selatan, tempat Singa Wardana, permaisuri, putra dan putrinya. Ke Istana Utara. tempat Kerta Wardana. Ketiganya bagai kahyangan semua rumah bertiang kuat, berukir indah, dibuat berwarna-warni Cakinya dari batu merah pating berunjul, bergambar aneka lukisan. Genting atapnya bersemarak serba meresapkan pandang menarik perhatian. Bunga tanjung kesara, campaka dan lain-lainnya terpencar di halaman. Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng. Timur tempat tinggal pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja. Selatan Buda-sangga dengan Rangkanadi sebagai pemuka. Barat tempat para arya Mahamantri Agung dan sanak-kadang adiraja.

Di timur tersekat lapangan menjulang istana ajaib. Raja Wengker dan rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci. Berdekatan dengan istana raja Matahun dan rani Lasem. Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta. Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi. Di situ menetap patih Daha, adinda Sri Paduka di Wengker. Batara Narpati, termashur sebagai tulang punggung praja. Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak. Di timur laut rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada. Mahamantri Agung wira, bijaksana, setia bakti kepada negara. Fasih bicara, teguh tangkas, tenang, tegas, cerdik lagi jujur. Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda negara. Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus. Sebelah timur perumahan Siwa, sebelah barat Buda. Terlangkahi rumah para Mahamantri Agung, para arya dan satria. Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura. Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang. Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama. Negara-negara di nusantara dengan Daha bagai pemuka. Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta.

b) Sejarah Berdirinya Majapahit

Gambar 2. Foto Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.

Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti “penjahat lemah”. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

c) Raja-raja Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
5. Wikramawardhana (1389 – 1429)
6. Suhita (1429 – 1447)
7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
10. Pandanalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
11. Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

d) Sumpah Palapa Gajah Mada
Gajah Mada adalah seorang panglima besar yang pernah dimiliki oleh Majapahit. Kariernya makin bersinar saat pemberontakan Ra Kuti di masa pemerintahan Jayanegara. Saat diangkat menjadi Patih Amangkubhumi (perdana menteri) pada tahun 1258 saka atau 1336 Masehi saat masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi, Maha Patih tersebut mengucap sumpah yang sangat terkenal dan menjadi bagian utama dari sejarah Kemaharajaan Majapahit.

Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan dalam kitab Pararaton. Di dalam sumpahnya, Maha Patih Gajah Mada tidak akan menikmati palapa atau rempah-rempah, namun juga bisa diartikan, tidak akan menikmati kenikmatan dunia sebelum bisa mempersatukan Nusantara. Sebuah cita-cita yang sangat luhur dan membakar semangat.

Adapun kalimat sumpah tersebut yaitu:

“Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada : “Lamun huwus kalah nuswantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring ahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya adalah :

“Saya Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa (nya). Saya Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru) akan melepaskan puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru) akan melepaskan puasa (saya)”.

Sumpah ini diucapkan pada tahun 1258 Saka 1336 Masehi. Sehingga dengan terucapkan kalimat sumpah itu maka ini pula yang menjadi dasar penyatuan wilayah Nusantara selanjutnya. Karena isi sumpah tersebut setidaknya mengandung empat hal utama, yaitu (1) Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya, dsb.); (2) Pernyataan yang disertai tekad untuk melakukan sesuatu dan menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; (3) Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu), (4) Cita-cita yang besar demi menyatukan Nusantara kembali seperti sedia kala.

e) Kejayaan Majapahit
Penguasaan Majapahit semasa zaman kegemilangannya ialah semasa zaman pemerintahan Hayam Wuruk, yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit ialah kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir dan masyhur di Nusantara. Didahului oleh kerajaan Srivijaya, yang berpusat Palembang di pulau Sumatra.

Pengasas Majapahit, Kertarajasa, anak menantu kepada penguasa Singhasari, juga berpusat di Jawa. Selepas Singhasari mengusir Srivijaya dari Jawa secara keseluruhannya pada tahun 1290, kekuasaan Singhasari mula menjadi perhatian Kubilai Khan di China dan dia mengirim duta untuk mengutip ufti. Kertanagara, pengasas kerajaan Singhasari, menolak untuk membayar ufti dan Khan memberangkatkan satu rombongan tiba di pantai Jawa tahun 1293. Pada ketika itu, seorang pemberontak dari Kediri, Jayakatwang, sudah membunuh Kertanagara. Pegasas Majapahit bergabung tenaga dengan orang Mongolia untuk melawan Jayakatwang dan menyebabkan kerajaan Singhasari musnah serta memaksa sekutunya Mongol untuk menarik diri secara kelam-kabut.

Gambar 3. Foto: Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.

Gajah Mada, seorang patih dan bupati Majapahit dari 1331 ke 1364, memperluaskan kekuasaan kekaisaran ke pulau sekitarnya. Beberapa tahun selepas kematian Gajah Mada, angkatan laut Majapahit menawan Palembang dan menakluk daerah terakhir kerajaan Sriwijaya.

Walaupun pengasas Majapahit melebarkan kekuasaan mereka ke tanah seberang di seluruh Nusantara dan membinasakan kerajaan-kerajaan jiran, fokus mereka adalah untuk menguasai dan memonopoli perdagangan komersil antara pulau.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para mubaligh mula memasuki Nusantara. Selepas mencapai puncaknya pada abad ke-14, tenaga Majapahit beransur-ansur lemah dan perang yang mulai dari tahun 1401 dan berlangsung selama empat tahun melemahkan Majapahit. Setelah ini Majapahit ternyata tak dapat menguasai Nusantara lagi. Kehancuran Majapahit kira-kira terjadi pada sekitar tahun 1500-an meskipun di Jawa ada sebuah khronogram atau candrasengkala yang berbunyi seperti ini: sirna hilang kretaning bumi. Sengkala ini kononnya adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041 = 1400 Saka => 1478 Masehi. Erti daripada sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi (Majapahit)”

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lainnya adalah Adityawarman, yang terkenal karena penaklukannya di Minangkabau.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

f) Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 Masehi.

g) Ekonomi

Gambar 4. Foto: Artifak celengan zaman Majapahit, abad 14-15 Masehi Trowulan, Jawa Timur. (Koleksi Museum Gajah, Jakarta)

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.

Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.

h) Struktur pemerintahan dan ketatanegaraan
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja memegang otoritas politik tertinggi.

Untuk lebih jelasnya, mari ikuti uraian berikut ini:

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, sebagai kepala negara Prabu (Raja) dibantu oleh beberapa aparat birokrasi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

1. Rakryan Mahamantri Katrini (biasanya dijabat putra-putra raja)
1) Mahamantri i Hino
2) Mahamantri i Sirikan
3) Mahamantri i Halu

2. Rakryan Mantri Pakira-kiran (dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan)
1) Rakryan Mahapatih atau Patih Hamangkubhumi (Perdana Menteri);
2) Rakryan Tumenggung (Panglima Kerajaan);
3) Rakryan Demung (Pengaturan Rumah Tangga Kerajaan);
4) Rakryan Rangga (Pembantu Panglima);
5) Rakryan Kanuruhan (penghubung dan tugas-tugas protokoler).

3. Arya (pejabat di bawah Rakryan)
1) Sang Arya Patipati: Pu Kapat;
2) Sang Arya Wangsaprana: Pu Menur;
3) Sang Arya Jayapati: Pu Pamor;
4) Sang Arya Rajaparakrama: Mapanji Elam;
5) Sang Arya Suradhiraja: Pu Kapasa;
6) Sang Arya Rajadhikara: Pu Tanga;
7) Sang Arya Dewaraja: Pu Aditya;
8) Sang Arya Dhiraraja: Pu Narayana.

4. Dharmadhyaksa (para pejabat hukum keagamaan)
1) Dharmadhyaksa ring Kasiwan (urusan agama Siwa)
2) Dharmadhyaksa ring Kasogatan (urusan agama Buddha)

5. Dang Acarya (para pendeta Siwa dan Buddha)
1) Dharmadhyaksa Kasaiwan: Dang Acarya Dharmaraja;
2) Dharmadhyakasa Kasogatan: Dang Acarya Nadendra;
3) Pamegat Tirwan: Dang Acarya Siwanata;
4) Pamegat Manghuri: Dang Acarya Agreswara;
5) Pamegat Kandamuni: Dang Acarya Jayasmana;
6) Pamegat Pamwatan: Dang AcaryaWidyanata;
7) Pamegat Jambi: Dang Acarya Siwadipa;
8) Pamegat Kandangan Tuha: Dang Acarya Srigna;
9) Pamegat Kandangan Rare: Dang Acarya Matajnyana.

6. Pasangguhan, sama dengan hulubalang.
Pada zaman Majapahit hanya ada dua jabatan pasangguhan, yakni: Pranaraja dan Nayapati. Misalnya, pada Piagam Kudadu, tarikh 1294: mapasanggahan sang pranaraja, rakrian mantra….. Mpu Siana (nama ini ditemukan juga dalam Piagam Penanggungan); mapasanggahan sang nayapati, Mpu Lunggah. Pada zaman awal Majapahit, ada empat orang pasangguhan, yakni dua orang yang disebutkan di atas ditambah rakryan mantri dwipantara Sang Arya Adikara dan pasangguhan Sang Arya Wiraraja.

7. Sang Panca Wilwatikta, yakni lima orang pembesar yang diserahi urusan pemerintah Majapahit.
Mereka itu rangga dan tumenggung. Piagam Penanggungan menyebut: 1) Rakryan Apatih Pu Tambi; 2) Rakryan Demung Pu Rentang; 3) Rakryan Kanuhunan Pu Elam; 4) Rakryan Rangga Pu Sasi; 5) Rakryan Tumenggung Pu Wahana.

8. Juru pangalasan, yakni pembesar daerah mancanegara.
Piagam Penanggungan menyebutkan raja Majapahit sebagai Rakryan Juru Kertarajasa Jayawardana atau Rakryan Mantri Sanggramawijaya Kertarajasa Jayawardhana. Piagam Bendasari menyebut Rake Juru Pangalasan Pu Petul.

9. Paduka Bhatara (raja daerah atau para patih negara-negara bawahan)
Pada Piagam Sidateka tarikh 1323 disebutkan: Rakryan Patih Kapulungan: Pu dedes; Rakryan Patih Matahun: Pu Tanu. Piagam Penanggungan, tarikh 1296, menyebut Sang Panca ri Daha dengan gelar rakryan, karena Daha dianggap sejajar dengan Majapahit.

10. Tanda (gelar kehormatan)

i) Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau “Bhatara i”. Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:

1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
3. Watek: dikelola oleh wiyasa,
4. Kuwu: dikelola oleh lurah,
5. Wanua: dikelola oleh thani,
6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

No Provinsi Gelar Penguasa Hubungan dengan Raja
1 Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya) Bhre Kahuripan Tribhuwanatunggadewi ibu suri
2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa bibi sekaligus ibu mertua
3 Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari) Bhre Tumapel Kertawardhana ayah
4 Wengker (sekarang Ponorogo) Bhre Wengker Wijayarajasa paman sekaligus ayah mertua
5 Matahun (sekarang Bojonegoro) Bhre Matahun Rajasawardhana suami dari Putri Lasem, sepupu raja
6 Wirabhumi (Blambangan) Bhre Wirabhumi Bhre Wirabhumi1 anak
7 Paguhan Bhre Paguhan Singhawardhana saudara laki-laki ipar
8 Kabalan Bhre Kabalan Kusumawardhani2 anak perempuan
9 Pawanuan Bhre Pawanuan Surawardhani keponakan perempuan
10 Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah) Bhre Lasem Rajasaduhita Indudewi sepupu
11 Pajang (sekarang Surakarta) Bhre Pajang Rajasaduhita Iswari saudara perempuan
12 Mataram (sekarang Yogyakarta) Bhre Mataram Wikramawardhana2 keponakan laku-laki
Catatan:
1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

1. Daha
2. Jagaraga
3. Kabalan
4. Kahuripan
5. Keling
6. Kelinggapura
7. Kembang Jenar
8. Matahun
9. Pajang
10. Singhapura
11. Tanjungpura
12. Tumapel
13. Wengker
14. Wirabumi

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:

1. Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

2. Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk didalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

3. Nuswantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Papua bagian barat, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:

4. Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti “mitra dengan tatanan (aturan) yang sama”. Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai “mandala”, yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas.

Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah, yang disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti, dan pertahanan kerajaan di wilayahnya masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.

Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

1. Daha
2. Kahuripan
3. Kembang Jenar
4. Singhapura
5. Wengker
6. Jagaraga
7. Keling
8. Matahun
9. Tanjungpura
10. Wirabumi
11. Kabalan
12. Kelinggapura
13. Pajang
14. Tumapel

Jadi, bila disimpulkan bahwasannya Kemaharajaan Wilwatikta (Majapahit) itu meliputi beberapa wilayah teritorial yang sangat luas. Setiap wilayah mendapatkan otonomi daerah bahkan otonomi khusus sehingga mereka bisa mengelola sendiri daerahnya, hanya saja tetap harus mengadopsi tata aturan dari Majapahit dan membayar upeti (pajak) kepada negara pusat (Majapahit) di tanah Jawa. Adapun wilayah teritorial kemaharajaan Majapahit itu adalah sebagai berikut:

Teritorial I : Seluruh Jawa yang meliputi pulau Jawa, Madura, Galiyao (Kangean- Bawean)
Teritorial II : Seluruh Swarnabhumi (pulau Sumatera) yang meliputi Lampung, Palembang, Jambi, Muara Tebo, Dharmasraya (Sijunjung), Minangkabau, Karitang (Indragiri), Kandis, Kahwas, Siak, Rekan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Tamiang, Perlak, Barat (Aceh), Lawas (Padang Lawas), Samudra (Aceh), Lamuri, Bantam, dan Barus.
Teritorial III : Seluruh pulau Tanjungpura (Kalimantan) yang meliputi Kapuas, Katingin, Sampit, Kutalingga (Serawak), Kota Waringin, Sambas, Lawai (Muara Labai), Kedangdanan (Kedangwangan), Landak, Samedang (Simpang), Tirem (Panireman), Sedu (Serawak), Brunei, Kalka Saludung, Solot (Solok, Sulu), Pasir, Barito, Sebuku, Tabalong (Amuntai), Tanjung Kutai, Malanau, dan Tanjungpuri.
Teritorial IV : Seluruh Semenanjung Melayu atau Malaka yang meliputi Pahang, Hujung Medini (Johor), Lengkasuka (Kedah), Saimwang (Semang), Kelantan, Trengganu, Nagor (Ligor), Pakamuar (Pekan Muar), Dungun (Trengganu), Tumasik (Singapura), Sang Hyang Hujung, Kelang (Negeri Sembilan), Kedah, Jere (Jere, Patani), Kanjap (Singkep) dan Niran (Karimun).
Teritorial V : Seluruh Sunda Kecil yang meliputi Bali, Bedulu, Lwagajah (Negara), Gurun (Nusa Penidai), Taliwang (Sumbawa), Sapi (Sumbawa), Sang Hyang Api (Gunung Api Sangeang), Bima, Seram, Hutan (Sumbawa), Kedali (Buru), Gorong, Lombok Mirah (Lombok Barat), Sasak (Lombok Timur), Sumba dan Timor.
Teritorial VI : Seluruh Sulawesi yang meliputi Bantanyan (Bontain), Luwu, Udamakaraja (Talaud), Makasar, Buton, Banggai, Kunir (Pulau Kunyit), Salaya, dan Solor.
Teritorial VII : Seluruh Maluku meliputi Muara (Kei), Wandan (Banda), Ambon, dan Ternate.
Teritorial VIII : Seluruh Iriang Barat yang meliputi Onin (Utara) dan Seran (Selatan).

Demikianlah, kekuasaan Nusantara yang bulat itu ditempatkan oleh Mahapatih Gajah Mada di dalam lingkungan Asia, yang terbagi atas tiga bulatan yang melingkari pusat Negara Majapahit. Nusantara dikelilingi oleh Negara tetangga yang mengisi daerah antara aliran sungai belakang (Indocina) di dapati bebera[a Negara yang menjadi perantara dengan Tiongkok dan Hindustan.

Pengaruh Majapahit sebenarnya lebih luas lagi. Pelabuhan-pelabuhan dagang negeri Tiongkok, Kepulauan Formosa dan Taiwan sangat memperhatikan armada-armada dagang dari selatan yang membawa berbagai jenih hasil bumi teutama rempah-rempah, emas dan perak serta kain. Bahkan untuk wilayah Kalimantan dan Talaud bisa mempengaruhi kebudayaan di seluruh kepulauan Nusantara bagian utara, dan Sulawesi menyebarkan pengaruhnya sampai ke Sulu, Lanao, Caraga, Mindanao, Manila, Luzon, Kota Batu, Sungai Agusan. Sementara pulau Bohol, Sebu, Negros, Panai dan Mastabe di kendalikan dari selatan langsung.

Sungguh luarbiasa negara kesatuan yang bernama Wilwatikta atau lebih dikenal dengan Majapahit ini. Lalu Gajah Mada sendiri sangat lihai dalam memainkan kekuasaan politik. Prabu Hayam Wuruk pun bias mengimbangi ketangkasan dan kelijaian politik Mahapatihnya itu. Sehingga dua orang ini dikatakan sebagai Dwi Tunggal Majapahit.

j) Hukum ketatanegaraan
Kemaharajaan Wilwatikta/Majapahit yang berdiri pada abad ke 13-16 Masehi ini telah memiliki satu sistem ketatanegaraan yang jelas, detil dan terstruktur – bahkan menurut saya jauh lebih bagus dari Indonesia sekarang. Dan jika dikaitkan dengan sistem negara yang moderen saat ini, maka Wilwatikta/Majapahit adalah negara yang telah menganut sistem negara serikat jauh sebelum USA (United States of America) berdiri. Wilwatikta/Majapahit juga telah mengenal sistem otonomi daerah bahkan ratusan tahun sebelum NKRI menerapkannya. Sehingga pertanyaannya kini adalah “siapa yang meniru siapa?”.

Sesungguhnya, sejak awal perhitungan Masehi bangsa Nusantara sudah memiliki kota-kota kerajaan yang besar. Tata lingkungannya moderen dan bangunannya terbuat dari batu marmer atau bata yang tersusun rapi, bahkan atap rumahnya sudah menggunakan bahan dari perunggu, perak atau emas. Mereka pun sudah memiliki hukum ketatanegaraan yang jelas, yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun di antaranya adalah yang sudah tertuang di dalam kitab hukum Dharmawangsa, Dharmasastra, Siwasasana, Adigama, Kutarasasta, Manawasastra dan Kutara Manawa. Sementara bangsa-bangsa di Eropa justru masih hidup dalam dunia kegelapan. Mereka baru mengenal hukum ketatanegaraan yang kongkret, memihak rakyat dan menjunjung hak asasi manusia untuk yang pertama kali sejak di tulisnya Magna Carta (Piagam Besar) di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 Masehi. Itupun hanya berisikan 8 buah pasal saja.

Sedangkan di Nusantara, contohnya pada masa Ratu Shima dari kerajaan Kalingga (sekitar abad ke 6-7 Masehi), maka orang Jawa sudah mengenal sekitar 172 pasal hukum ketatanegaraan. Sehingga dengan diterapkannya pasal-pasal hukum tersebut, maka khususnya masyarakat Kalingga sudah hidup dalam keteraturan dan kesejahteraan, bahkan keadilan sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya saja putra dari Ratu Shima sendiri telah di potong tangannya – dalam versi lain kakinya – hanya karena ia pernah menyentuh barang milik orang lain tanpa izin. Selain itu, daerah wilayah kekuasaan kerajaan Kalingga meliputi 28 wilayah. Menurut Rouffaer, dalam menjalankan pemerintahannya raja atau ratu telah dibantu oleh 32 orang menteri, empat orang duduk di pusat kerajaan dan 28 orang lainnya berada di daerah-daerah.

Selanjutnya, pada masa kerajaan Singhosari (1268 – 1292 M) pasal-pasal tersebut di lengkapi lagi menjadi sekitar 242 pasal. Lalu yang terakhir pada masa Kemaharajaan Wilwatikta/Majapahit (1293 – 1500 M), tepatnya pada masa Maha Patih Gajah Mada, maka pasal hukum yang berasal dari kerajaan Kalingga tersebut lalu di sempurnakan lagi menjadi sekitar 270 pasal. Inilah hukum ketatanegaraan yang kemudian dikenal dengan nama Kutara Manawa. Sebuah hukum yang telah paripurna dan sesuai pula dengan kebutuhan dan karakter bangsa Nusantara. Sehingga dengan diterapkannya pasal-pasal hukum Kutara Manawa pada saat itu, maka nyatalah slogan dari negeri khatulistiwa; “Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo”.

Hukum yang terdapat di dalam hukum Kutara Manawa sangat tegas dan jelas. Sebagai contoh, bila seorang wanita yang berjalan di pasar lalu ia di goda oleh seorang pria yang tidak ia sukai, maka si korban bisa melaporkannya kepada Dharmadhyaksa untuk meminta keadilan. Jika terbukti, maka pelaku akan dikenakan kurungan selama beberapa waktu. Dan bila pelaku bahkan sampai menyentuh bagian tubuh si wanita dan ia tidak terima, maka si pelaku pencabulan bisa sampai di potong tangannya. Sungguh aturan hukum yang sangat melindungi kaum wanita.

k) Kebudayaan
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama tidak menyebut keberadaan Islam, namun tampaknya ada anggota keluarga istana yang beragama Islam pada waktu itu.

Gambar 5. Foto: Gapura Bajangratu, diduga kuat menjadi gerbang masuk keraton Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di kompleks Trowulan.

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto.

l) Warisan sejarah

Gambar 6. Foto: Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

m) Legitimasi politik
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara. Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

n) Arsitektur
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.

o)Persenjataan
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat. Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

p) Pencak silat
Meskipun tidak ada bukti tertulis, banyak perguruan pencak silat di Nusantara mengklaim memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit. Sebagai suatu rezim ekspansionis, tentara Majapahit dapat diduga memiliki kemampuan bertempur yang lebih handal daripada bawahan-bawahannya.

q) Majapahit dalam kesenian modern
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

r) Puisi lama
Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis “Budha” ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.

2. Formasi gugus tempur armada kapal perang angkatan laut Majapahit
Di zaman keemasan kerajaan Majapahit pada masa Prabu Hayam Wuruk, terdapat dua tokoh militer jenius yakni Maha Patih Gajah Mada dan Laksamana Mpu Nala. Laksamana Mpu Nala sebagai Panglima Angkatan Laut Majapahit menempatkan gugus kapal perang berjumlah beberapa puluh untuk menjaga lima titik penting perairan Nusantara. Armada gugus pertama bertugas di sebelah barat pulau Sumatera sebagai gugus kapal perang penjaga samudera Hindia di bawah pimpinan Laksamana yang berasal dari Jawa Tengah; Armada gugus kedua kapal perang penjaga Laut Kidul atau sebelah selatan Pulau Jawa di bawah pimpinan seorang Laksamana putra Bali. Armada gugus ketiga bertugas menjaga perairan selat Makasar dan wilayah Ternate, Tidore, dan Halmahera di bawah pimpinan seorang Laksamana putra Makasar. Armada gugus keempat menjaga Selat Malaka dan Kepulauan Natuna di bawah pimpinan seorang Laksamana dari Jawa Barat. Terakhir Armada gugus kelima menjaga Laut Jawa hingga ke arah timur sampai kepulauan rempah-rempah Maluku, armada Jawa ini mengibarkan bendera Majapahit di tambah lagi bendera emas simbol istana Majapahit yang biasanya dipimpin oleh seorang Laksamana berasal dari Jawa Timur.

Setiap armada gugus kapal perang terdapat kapal bendera tempat kedudukan pimpinan komando tertinggi bagi semua kapal penyerang, kapal perbekalan, dan pelindung kapal bendera itu sendiri. Dari kelima armada Majapahit itu, beban berat ialah menjaga perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang penuh perompak yang berpangkalan di sekitar wilayah Campa, Vietnam, dan Tiongkok. Armada keempat yang menjaga Selat Malaka itu biasanya dibantu oleh armada pertama penjaga Samudera Hindia jika perompak melarikan diri ke barat laut menyusuri Selat Malaka. Begitu pula Armada Laut Selatan biasanya membantu Armada Jawa dalam menjaga keamanan kapal-kapal dagang pembawa rempah-rempah yang melalui Selat Sunda yang lebih aman menuju India dan Timur Tengah. Tugas lain armada Laut Kidul adalah menjaga Selat Bali dan perairan selatan Nusa Tenggara, bahkan di sebelah selatan pulau Bali terdapat galangan kapal-kapal Majapahit yang cukup besar.

Armada ketiga bertugas menjaga kapal penyusup dari wilayah Mindanao-Filipina, sekaligus menjaga kepulauan rempah-rempah Maluku jika kekuatan Armada Jawa sedang dipusatkan di perairan Jawa untuk mengawal sang Prabu Hayam Wuruk berkunjung ke wilayah pesisir timur Pulau Jawa. Armada Jawa merupakan kekuatan terbesar Armada gugus kapal perang Majapahit, karena tugasnya paling berat menjaga pusat kerajaan dan istana Majapahit, sekaligus menguasai jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah Maluku yang berkedudukan langsung di bawah pemerintah pusat Majapahit.

Setiap kapal perang Majapahit bersenjatakan meriam Jawa yang disebut Cetbang Majapahit. Pandai besi yang membuat meriam tersebut berada di Blambangan. Cetbang Majapahit adalah karya penemuan Maha Patih Gajah Mada yang konon pernah diasuh oleh tentara Mongol atau Tartar yang menyerang kerajaan Singosari dengan kekuatan seribu kapal.

Semua jenis kapal perang Majapahit mulai dari kapal perbekalan hingga kapal bendera adalah kreasi jenius dari Mpu Nala yang sekaligus seorang Laksamana Laut yang handal. Nala menciptakan kapal-kapal dari sejenis kayu raksasa yang hanya tumbuh di sebuah pulau yang dirahasiakan. Pohon raksasa dan cocok untuk dibuat kapal itulah yang membuat kapal-kapal Majapahit cukup besar ukurannya di masa itu.

Setelah Gajah Mada dan Mpu Nala wafat, maka kekuatan Majapahit pun berangsur lemah, apalagi tatkala terjadi perang paregreg, kapal-kapal Majapahit saling serang satu sama lain dan kehancuran tak terelakkan lagi bagi seluruh armada. Setelah Majapahit lemah, hanya tersisa Armada Jawa yang menguasai perairan Laut Jawa dan jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah. Kemudian datanglah bangsa kulit putih yang tujuan utamanya ialah menguasai daerah penghasil rempah-rempah itu dengan modal kapal-kapal gesit dan lincah serta tidak terlalu besar ukurannya dibanding kapal Majapahit. Kapal-kapal asing itu pun bersenjata lebih unggul dalam meriam, yang bisa memuntahkan bola-bola besi dengan jarak tembak lebih jauh daripada kemampuan jarak tembak Cetbang Majapahit. Sehingga dengan demikian, lama kelamaan kejayaan armada perang Majapahit pun kian memudar, lalu hilang di telan waktu.

3. Surya Majapahit
Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai matahari khas “Surya Majapahit”, atau lingkaran matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.

Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa dan delapan berkas cahaya matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa Hindu yang disebut Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di tengah. Dewa-dewa ini diatur dalam posisi:

Tengah: Siwa
Timur: Iswara
Barat: Mahadewa
Utara: Wishnu
Selatan: Brahma
Timur laut: Sambhu
Barat laut: Sangkara
Tenggara: Mahesora
Barat daya: Rudra

Dewa-dewa pendamping lainnya terletak pada lingkaran luar matahari dan dilambangkan sebagai delapan jurai sinar matahari:

Timur: Indra
Barat: Baruna
Utara: Kuwera
Selatan: Yama
Timur laut: Isana
Barat laut: Bayu
Tenggara: Agni
Barat daya: Nrtti


Gambar 7. Foto: Bentuk ukiran Surya Majapahit yang paling umum dari reruntuhan candi Majapahit, Museum Trowulan.

Gambar 8. Foto: Bentuk lain dari Surya Majapahit, dari reruntuhan candi Majapahit, Museum Nasional Jakarta.

Lambang ini digambar dalam berbagai variasi bentuk, seperti lingkaran dewa-dewa dan sinar matahari, atau bentuk sederhana matahari bersudut delapan, seperti lambang Surya majapahit yang ditemukan di langit-langit Candi Penataran[2]. Dewa-dewa ini diatur dalam bentuk seperti mandala. Variasi lain dari Surya Majapahit berupa matahari bersudut delapan dengan gambar dewa Surya di tengah lingkaran tengah mengendarai kuda atau kereta perang. Ukiran Surya Majapahit biasanya dapat ditemukan di tengah langit-langit Garbhagriha (ruangan tersuci) dari beberapa candi seperti Candi Bangkal, Sawentar, dan Candi Jawi. Ukiran Surya Majapahit juga kerap ditemukan pada stella, ukiran Halo atau Aura, pada bagian belakang kepala arca yang dibuat pada masa Majapahit. Ukiran ini juga ditemukan di batu nisan yang berasal dari masa Majapahit, seperti makam Troloyo di Trowulan.

4. Candi Tikus
Candi Tikus adalah sebuah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di kompleks Trowulan, dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Gambar 9. Foto Candi Tikus tampak dari kejauhan

Candi Tikus merupakan salah satu situs arkeologi utama di Trowulan. Bangunan Candi Tikus berupa tempat ritual mandi (petirtaan) di kompleks pusat pemerintahan Majapahit. Bangunan utamanya terdiri dari dua tingkat. Berbentuk bangunan kolam bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan arsitektur teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi utara terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama yang menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai tempat pemandian putri raja-raja Majapahit.

Gambar 10. Foto Candi Tikus tampak lebih dekat

Nama candi tikus diambil dari sejarah penemuannya yang ketika itu pertama kali ditemukan di sana ditemukan banyak sekali tikus, dan hama tikus ini menyerang pertanian desa di sekitarnya.

Situs candi ini digali pada tahun 1914 atas perintah Bupati Mojokerto Kromodjojo Adinegoro. Karena banyak dijumpai tikus pada sekitar reruntuhannya, situs ini kemudian dinamai Candi Tikus. Candi Tikus baru dipugar pada tahun 1985-1989.

Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad ke-13 atau abad ke-14. Candi ini dihubungkan dengan keterangan Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama, bahwa ada tempat untuk mandi raja dan upacara-upacara tertentu yang dilaksanakan di kolam-kolamnya.

Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru. Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani.

Di tengah Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran/jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci amerta, yaitu sumber segala kehidupan.

Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.

Gunung meru merupakan gunung suci yang dianggap sebagai pusat alam semesta yang mempunyai suatu landasan kosmogoni yaitu kepercayaan akan harus adanya suatu keserasian antara dunia dunia (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos). Menurut konsepsi Hindu, alam semesta terdiri atas suatu benua pusat yang bernama Jambudwipa yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan tujuh daratan dan semuanya dibatasi oleh suatu pegunungan tinggi. Jadi sangat mungkin Candi Tikus merupakan sebuah petirtaan yang disucikan oleh pemeluk Hindu dan Budha, dan juga sebagai pengatur debit air di jaman Majapahit.

5. Candi Wringin Lawang
Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur candi bentar atau “candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan dalam gaya arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai pintu gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo, tepatnya di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.

Gambar 11. Foto: Candi Wringin Lawung

6. Candi Brahu

Gambar 12. Foto: Candi Brahu

Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang sekarang merupakan sentra pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu adalah bangunan suci peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit yang wafat diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.

7. Candi Gentong
Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga wujudnya masih berupa reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan nyaman. Lokasinya sendiri berdekatan dengan candi Brahu.

Gambar 13. Foto: Candi Gentong

8. Candi Bajang Ratu
Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan Candi Tikus, berupa bangunan ramping nan anggun dengan arsitektur gapura paduraksa setinggi 16,5 meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan yang menampilkan ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa berarti “Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini, sedang yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam usia sangat muda. Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang Ratu sebagai penghormatan bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.

Gambar 14. Foto: Candi Bajang Ratu

9. Candi Kedaton
Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi hingga kini, karena wujudnya masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada komplek candi ini terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong rahasia, mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya menyingkap misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa Majapahit akhir.

Gambar 15. Foto: Candi Kedaton

10. Candi Minak Jinggo
Bangunan yang terletak didekat Kolam Segaran ini hanya tersisa reruntuhannya saja, memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan batu andesit di bagian luar dan baru bata di bagian dalam. Di candi ini ditemukan arca unik berwujud ukiran makhluk ajaib yang diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini menjadi isyarat kuat bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit dengan Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat erat dengan legenda rakyat yaitu Damar Wulan dan Menak Jinggo.

Gambar 16. Foto: Peninggalan Candi Minak Jinggo

11. Candi Grinting
Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa karang jeruk kecamatan Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang diperoleh tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.

Gambar 17. Foto: Lokasi Candi Grinting

12. Kolam Segaran
Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Mojopahit beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Mojopahit. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi 3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan.

Gambar 18. Foto: Kolam Segaran 1

a) Seputar Segaran
Kolam segaran pertama kali ditemukan oleh seoran Belanda, Ir. Marc Lain Pont bekerjasama dengan Bupati Mojokerto pertama yaitu Kromojoyo pada tahun 1926. Sejak ditemukan hingga saat ini, telah beberapa kali dilakukan pemugaran yaitu pada tahun 1966, 1974, dan 1984. Bagi Kabupaten Mojokerto Kolam Segaran merupakan salah satu situs peninggalan Kraton Majapahit, yang dituahkan dan dibanggakan masyarakat Trowulan khususnya dan Mojokerto pada umumnya.

Kolam ini memiliki panjang 375 meter, lebar 175 meter, tebal tepian 1,6 meter dengan kedalaman 2,88 meter. Sebagai pembatas, kolam ini menggunakan konstruksi batu bata. Dan uniknya, batu bata tersebut hanya ditata sedemikian rupa tanpa perekat dan hanya digosok – gosokkan satu sama lain. Saluran air masuk ke kolam ada di bagian tenggara. Sedangkan di sebelah selatan sudut timur laut dinding sisi luar terdapat 2 kolam kecil berhimpitan, sementara di sebelah barat sudut timur terdapat saluran air menembus sisi utara. Di bagian tenggara terdapat saluran air masuk ke kolam dan saluran air keluar di bagian barat laut. Sumber air kolam berasal dari Balong Bunder dan Balong Dowo yang berada di sebelah selatan dan barat daya kolam. Dan pintu masuknya terletak di sebelah barat, dengan bentuk tangga batu kuno. Selain dari dua sumber air tersebut, air dalam kolam Segaran juga berasal dari air hujan. Oleh karena itu, kolam tersebut selalu dipenuhi air dengan ketinggian 1,5 hingga 2 meter selama musim penghujan. Letak Kolam Segaran sekitar 500 meter arah selatan jalan raya Mojokerto – Jombang. Dengan ukuran yang sangat besar itu, kolam yang menjadi salah satu simbol kejayaan Kraton Majapahit ini, diakui beberapa ahli anthropologi nasional sebagai kolam kuno terbesar di Indonesia.

b) Fungsi kolam Segaran
Diduga dulunya kolam ini berfungsi sebagai waduk dan penampung air, yang merupakan wujud kemampuan kerajaan Majapahit akan teknologi bangunan basah, para ahli memperkirakan kolam ini sama dengan kata ”Telaga” yang disebut dalam kitab Negarakertagama.

Gambar 19. Foto: Kolam Segaran 2

Selain itu, ada cerita yang menyebutkan bahwa kolam tersebut sering dimanfaatkan para Maharaja Majapahit untuk bercengkerama dengan permaisuri dan para selir kedatonnya. Kolam tersebut juga digunakan Maharaja Hayam Wuruk untuk menjamu tamu agung dari kerajaan Tiongkok. Fungsi yang lain yaitu untuk pemandian putri – putri raja. Kolam Segaran juga difungsikan sebagai tempat penggemblengan para ksatria laut Majapahit.

c) Mitos yang berkembang
Kisah mistis keberadaan kolam ini, diawali saat pemugaran pertama dengan penemuan bandul jaring, kail pancing dari emas, dan sebuah piring berbahan emas dalam kondisi 60%. Semua penemuan itu tersurat di salah satu dinding Museum Trowulan. Posisinya di sebelah kanan batu Surya Majapahit.

Konon, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengadakan pesta besar karena kedatangan duta dari Tiongkok, angkatan perang negeri Tartar. Raja menyuguhkan hidangan dengan perkakas dari emas, mulai nampan, piring sampai sendok. Para tamu puas dan menilai, Majapahit memang negara besar yang patur dihormati. Setelah pesta usai, sebelum para tamu pulang, Hayam Wuruk ingin memperlihatkan kekayaan kerajaan yang terkenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Semua perkakas dari emas itu dibuang ke Kolam Segaran, tempat dimana pesta itu dilangsungkan. Karena benda-benda itu terkubur begitu lama, keberadaannya dikuasai makhluk gaib. Untuk mengangkat harta karun itu bukan persoalan gampang karena harus berhadapan dengan lelembut yang menguasai benda-benda tersebut.

”Dukuh Segaran dulu merupakan pawon sewu (dapur umum) untuk memasak ransum buat para ksatria laut dan ksatria Bhayangkara (angkatan darat, red) saat pelatihan di kolam Segaran,” tambah Joko Umbaran (58th).
Menurut pria yang juga sesepuh warga dukuh Segaran desa Trowulan ini, area kolam Segaran ini selalu digunakan Mahapatih Gajahmada untuk mempersiapkan pasukan Bhayangkara yang dikendalikan. Tempat latihan pasukan darat ini di lapangan Bubat (sebelah barat dukuh Segaran).

d) Kontroversi masyarakat
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang senantiasa menjaga martabat dihadapan para tamu asing. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan perabot makan dari emas, sehingga prestise Majapahit dihadapan para tamunya sangat tinggi. Pencitraan kemakmuran dan kekayaan Majapahit itu dikuatkan dengan cerita rakyat, bahwa Majapahit sering menjamu para tamu asingnya di tepian kolam Segaran dan perabot makan yang kotor langsung dibuang ke dalam kolam.

Memang, sampai saat ini perjamuan makan masih menjadi kontroversi masyarakat. Sebab ada sebagian masyarakat beranggapan perabot makan yang dibuang ke kolam akan diambil kembali untuk dicuci, setelah para tamu asing itu meninggalkan acara perjamuan. Ada pula yang beranggapan, perabotan yang dibuang ke kolam itu tak pernah diambil lagi. Sehingga di zaman modern ini banyak ditemukan oleh beberapa masyarakat Trowulan yang beruntung.

Gambar 20. Foto: Kolam segaran 3

”Soal kebenaran dari kebiasaan perjamuan di tepi kolam Segaran itu, sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Pasalnya cerita rakyat yang berkembang itu berdasar dari persepsi dan temuan mereka,” kata Joko Umbaran sembari memandang kepulan asap kreteknya.

Dengan data sejarah yang tersimpan di Museum Trowiulan, juga berdasar variasi cerita rakyat yang berkembang. Pensiunan Dinas Purbakala Kab. Mojokerto ini menyimpulkan bahwa, pembuatan kolam Segaran memiliki prioritas utama penunjang perekonomian rakyat, khususnya dibidang pertanian. Itu terbukti dari fungsinya saat ini sebagai waduk pengairan untuk sawah-sawah masyarakat sekitarnya.

”Kisah mistis yang terbukti, tanaman padi yang diari oleh Waduk Segaran menghasilkan padi yang punel dan enak untuk dimakan,” ujarnya.

13. Pendopo Agung
Bangunan ini dulunya berupa penemuan umpak-umpak besar yang diduga sisa dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat raja Majapahit menemui tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam Segaran. Sekarang lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi bangunan pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh peziarah dan “konon” kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya terutama pada malam Jum’at.

Gambar 21. Foto: Pendopo Agung

14. Situs Lantai Segi Enam
Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x 29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat. Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.

Gambar 22. Situs lantai segi enam

15. Alun-Alun Watu Umpak
Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton, berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan situs candi Kedaton.

Gambar 23. Foto: Alun-alun Watu Umpak

16. Makam Putri Campa
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di dekat Candi Menak Jinggo dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon adalah selir atau istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam diperkirakan Putri Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan konon berhasil mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam. Seperti diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja Brawijaya, raja Majapahit pada periode akhir.

Gambar 24. Foto Makam Putri Campa

17. Makam Troloyo
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana kebanyakan batu nisan disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo membuktikan bahwa komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit

Gambar 25. Foto: Makam Troloyo

18. Siti Inggil
Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu. Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.

Gambar 26. Foto: Lokasi Siti Inggil

Nah, selain dari daftar diatas masih banyak lagi lokasi-lokasi situs bersejarah yang tersebar di penjuru Kabupaten Mojokerto yang bisa anda kunjungi. Lebih jelas lagi bila anda menyempatkan diri untuk berkunjung ke Museum Trowulan, yang menyimpan puluhan ribu artefak peninggalan Majapahit. Kami tunggu kehadiran anda di sana.

19. Penutup
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa di  Nusantara pada abad-abad berikutnya. Bahkan hingga kini tetap menjadi pemersatu ideologi bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Maka dari itu, marilah sebagai generasi penerus bangsa kita senantiasa melestarikan peninggalan sejarah itu. Kemudian dengan semangat dan kerja keras kita pun harus berusaha untuk mengembalikan kegemilangan dan kejayaan Nusantara sekali lagi. Salah satunya bisa meniru semangat mereka, atau bahkan menerapkan hukum ketatanegaraan yang ada pada masa Kemaharajaan Majapahit itu, karena rasanya itulah yang paling sesuai dengan karakter bangsa ini dan tidak akan ketinggalan zaman. Kita buktikan bahwa putra-putri Indonesia memiliki kemampuan dan kehebatan yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Yogyakarta, 25 Maret 2010
Mashudi Antoro (Oedi`)

Referensi:
* http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit
* http://id.wikipedia.org/wiki/Surya_Majapahit
* http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Tikus
* http://www.hastamitra.org/2010/09/majapahit-formasi-armada-laut.html
* Buku Misteri Gajah Mada, karya Purwadi, Penerbit Garailmu, 2009
* dan dari beberapa sumber lainnya

80 respons untuk ‘Majapahit: Bukti Kejayaan Nusantara

    satria majapahit said:
    Maret 29, 2010 pukul 1:36 am

    saya terharu dan mengucapkan banyak terima kasih kepada pembuat blog ini… salut dan teruslah berkarya demi pengetahuan agar kita semua yang membaca dapat manfaatnya yang sangat besar ..terima kasih…

      oedi responded:
      Maret 31, 2010 pukul 5:37 am

      Saya juga sangat berterimakasih kepada Anda yang bersedia berkunjung dan membaca tulisan di blog ini.
      Terimakasih atas semua dukungannya karena berkat orang-orang seperti Anda lah maka bangsa Indonesia ini bisa lebih maju dan akan mengulangi kegemilangan nenek moyang kita di masa lalu.
      Saya terus berharap semoga kita bisa berkarya dan berkembang demi kecerdasan dan kemajuan bersama. amin.

    Naja Raya said:
    April 4, 2010 pukul 1:31 pm

    Salam Kenal…Saya kenal majapahit bahkan bukan dari buku sejarah, tapi dari bukunya Pak Langit Kresnahadi “Gadjah Mada” sejak itu saya baru merasa, ternyata Indonesia kaya ya 😀

      oedi responded:
      April 6, 2010 pukul 4:18 am

      Salam kenal kembali….
      Terimakasih atas kunjunganya di bog ini, semoga bisa memberikan manfaat… amiin.

    Adhy Nafhuzy said:
    Mei 20, 2010 pukul 12:36 am

    Salam kenal ….. saya tinggal bhumi Majaphahit, tiga jengkal di selatan Trowulan tepatnya di Kecamatan Jatirejo Dusun Kanigoro Desa Bleberan. Saya berterima kasih kepada mas oedi atas tulisannya yang telah membuka mata banyak khalayak sehingga sadar akan kebesaran bangsa kita. saya pribadi mencoba mencari dan mengumpulkan yang terserak dari budaya jawa “Majapahit”. Bila berkunjung ke Mojokerto silahkan Singgah ke tempat saya…. Sekali lagi terima kasih.

      oedi responded:
      Mei 20, 2010 pukul 11:30 am

      Salam kenal kembali….
      Tarimakasih juga untuk kunjungan dan dukungannya di tulisan ini, dengan begitulah kita akan lebih mencintai bangsa kita sendiri….
      Wey…. boleh tuh… nanti kalau saya berkesempatan ke jawa timur lagi saya akan mencoba untuk kesana, kebetulan keluarga juga ada di jawa timur cuma bukan di Mojokerto tetapi di dusun Kedung padang, kec. Rejoso, Kab. Nganjuk.
      Wah bisa saling sharing nih tentang kehidupan masa lalu Nusantara khususnya Jawa Dwipa.
      “Wujudkan kreatifitasmu demi kemajuan bersama”

    bahaudin said:
    Mei 21, 2010 pukul 6:54 am

    sungguh spektakuler wilayah kekuasaan majapahit, yang terbentang begitu luas dan meliputi seluruh penjuru nusantara dewwasa ini, akan tetapi sayang sekali hanya sedikit dari kita yang peduli akan kebesaran dan kemegahan dinsati masa lampau, yang lebih parah lagi, sebagai anak-muda kita sering lupa AKAN JATI DIRI DAN SEJARAH BANGSA,perlu upaya yang serius dan sungguh-sungguh unutk membangkitkan semangat kebangsaan, dan perlu identitas yang jelas dan konkrit agar bangsa ini tidak tenggelam, dalam kerasnya laju arys globelisasi

      oedi responded:
      Mei 25, 2010 pukul 11:38 am

      Terimakasih atas kunjungan dan tanggapannya di blog ini….
      Benar, saya sangat setuju dengan Anda bahwasannya sudah saatnya bagi kita segenap elemen bangsa Indonesia untuk kembali ke Jati Diri Bangsa yang dimasa lampau telah mengharumkan nama nenek moyang kita.
      Kita bisa mengambil contoh dari dua negara super power yaitu Jepang dan China, seberapa majunya mereka maka tidaklah membuat mereka menjadi lupa akan jati diri bangsa mereka. contohnya saj Samurai, Ninja, pakaian Kimono, Sumo untuk Jepang, dam untuk China maka ada Kungfu, Barongsai, dll. sehinga mereka tetap menjadi sebuah negara yang sangat maju namun tetap memiliki karakter yang kuat, bahkan banyak negara di dunian yang mengikuti tradisi mereka.

    LYAS said:
    Juni 20, 2010 pukul 9:26 pm

    SAYA INGIN TAHU ADAKAH PEWARISNYA YANG TERKINI………..?
    DIMANAKAH DIA? DARI MANAKAH ASALNYA?
    ADA KAH BLH DAPATKAN SALA SILAH MAJAPAHIT SEHINGGA
    SEKARANG YG MEMEGANG PEWRISNYA…

    DGN HARAPA . TERIMA KASIH

      oedi responded:
      Juni 21, 2010 pukul 12:30 pm

      Yang saya ketahui sepertinya pewaris Majapahit sudah tidak ada lagi, kalaupun ada itu sudah tidak murni lagi alias bukan langsung dari trah Majapahit. ini disebabkan ketika raja terakhirnya yaitu Brawijaya di penghujung masa kejayaan Majapahit memang memiliki pewaris tahta namun anaknya itu (Raden Patah, 1478 M) telah menganut Islam dan mendirikan kerajaan sendiri di Demak, dimana pada akhirnya harus berperang karena berbeda paham, ideologi dan agama. dan yang memenangi peperangan adalah Raden Patah sehingga membuat Brawijaya harus mengasingkan diri dan runtuhlah kerajaan Majapahit.
      Singkatnya, kemudian kerajaan Islam Demak ini terus berkembang dan terpecah belah seperti Pajang, Mataran Islam, Surakarta, Ngayojokarta. Sehingga sekarang akan sangat sulit untuk melacak dan mengetahui siapa sebenarnya yang menjadi pewaris dari kerajaan Majapahit.
      Terimakasih atas kunjungan dan pertanyaannya…

    Asep Sopian said:
    September 3, 2010 pukul 11:53 am

    Benarkah maha patih Gajah Mada Moksa…..
    Dimana moksanya…?
    Saya ingin tahu asal usul sang MahamantriMukya Gajah Mada…

    Banyak kontropersi tentang raja-raja Majapahit…, siapa raja Majapahit yang terakhir…?

      oedi responded:
      September 4, 2010 pukul 9:25 am

      Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bermanfaat.
      Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, butuh banyak kajian baik ilmiah juga batiniah.
      Menurut saya pribadi maka Maha Patih Gajah Mada benar telah muksa, nah lokasi muksanya yg masih belum pasti, tapi sepertinya disekitar Air terjun Madakaripura.
      Raja Majapahit terakhir adalah Brawijaya, yang juga bapak dari Raden Fatah dari kerajaan Demak Bintoro.

    william said:
    November 5, 2010 pukul 1:43 pm

    Nice ^_^

      oedi responded:
      November 8, 2010 pukul 1:16 pm

      Makasih atas kunjungan dan dukungannya, moga bermanfaat.

    aguskurniawan said:
    November 24, 2010 pukul 6:54 pm

    thx, Gan…..Negeri kita sbnarnya memang hebat, jika mempunyai jatidiri yang luhur seperti para sesepuh kita

      oedi responded:
      November 25, 2010 pukul 11:45 am

      Yup… saya sependapat dengan Anda, dan sekarang tinggal kitanya yg mau apa tidak mengembalikan jatidiri itu menuju masa kegemilangan….
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.

    ties said:
    November 30, 2010 pukul 1:36 pm

    suka

      oedi responded:
      Desember 2, 2010 pukul 1:38 pm

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.

    bahtiar said:
    Maret 9, 2011 pukul 4:20 am

    Luar biasa…artikel ini mengagumkan dan menunjukkan kekayaan budaya negeri kita..
    Salut utk Majapahit dan juga penulis blog ini.
    Semoga kejayaan Majapahit dapat menginspirasikan kita untuk menjadikan kita lebih baik dan terhormat dengan segala kebaikan dan keanekaragaman budaya.

      oedi responded:
      Maret 9, 2011 pukul 5:34 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.
      Saya terharu dengan tanggapan Anda, dan begitulah adanya Majapahit yang membanggakan itu. Bahkan sebenarnya bukan hanya Majapahit saja, tetapi ada Sriwijaya, Dhamasraya dll, yang juga merupakan bukti nyata tentang kecerdasan dan kebesaran bangsa Indonesia. Sekarang tinggal kita generasi penerus bangsa yg berpikir dan melakukan revolusi mendasar ke arah yang jauh lebih baik demi kembalinya kejayaan masa silam.
      SEMANGAT…

    titisar brawijaya said:
    Maret 28, 2011 pukul 3:58 am

    Thanks,, artikel u menambah wawasan dan ilmu pengetahuan..

      oedi responded:
      Maret 28, 2011 pukul 5:02 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, Semoga tulisan ini terus memberikan manfaat bagi kehidupan kita…

    Thaufik bimasakti said:
    April 12, 2011 pukul 5:37 pm

    mari kita kembalikan ruh kejayaan majapahit untuk negeri ini …. !!!!!

    Thaufik bimasakti said:
    April 12, 2011 pukul 5:39 pm

    luar biasa ……. indonesia harus punya ruh kejayaan majapahit ….. !!!!

      oedi responded:
      April 13, 2011 pukul 5:56 am

      Mari kita mengembalikan ruh kejayaan itu karena sejatinya Indonesia tetap memilikinya, tinggal para pemimpinnya mau atau tidak…?
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.

    Herry Subandi said:
    Juni 10, 2011 pukul 9:18 am

    kejayaan majapahit terus kita jadikan pedoman bagi bangsa sekarang

      oedi responded:
      Juni 10, 2011 pukul 9:50 am

      Yup… benar sekali, karena nilai-nilai yang terkandung di dalammnya sangat relevan dan sesuai dengan kultur budaya bangsa ini.
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat

    arek majapahit said:
    Juli 17, 2011 pukul 3:56 am

    lebih lengkapnya datang kerumahku aja !!! nanti ku ajak keliling-keliling ke peninggalan majapahit……. karena rumahku -+ 1Km darinya !!!

      oedi responded:
      Juli 17, 2011 pukul 6:03 am

      Wow.. kebetulan sekali nih, saya sangat ingin kesana tp sayang sampai skr belum kesampaian karena ada saja kendala dan waktunya blm sempat…
      Okey… nanti kalau saya akan kesana sebelumnya akan saya kabari Anda… 😀
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

      stiven said:
      Juli 28, 2012 pukul 9:14 am

      Boleh mampir?

    ade novia ab said:
    Agustus 11, 2011 pukul 4:31 pm

    kalau baca sejarah majapahit ga bakalan ada habisnya,,tapi ada sedikit luka buat kami orang sunda jika ingat majapahit dan lapangan bubatnya,,karna disnalah 600 thn yang lalu dengansegala kelicikannya raja kami sang Siliwangi dibantai dengan penuh kelincikan karna tak bisa tertaklukan dimedan pertempuran,,,,

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 5:07 am

      Hmm… kalau kita melihat dan memahami kisah tragis “Perang Bubat” itu dari satu sisi saja, maka pastinya akan terjebak dengan kepedihan yang tak termaafkan… tapi nanti akan ada masanya bahwa perselisihan kedua suku bangsa – Jawa dan Sunda – ini bisa terselesaikan dengan damai, akan ada orang yang akan memberikan penjelasan tentang kejadian dan maksud sebenarnya dari peperangan itu, yang pada akhirnya menjadi sumber kebencian dan perselihan selama ini. Dan saat itu terjadi, maka berakhirnya perselisihan kedua suku bangsa ini sejak ratusan tahun silam… semua akan bersatu kembali seperti dahulu kala di awal peradaban manusia Nusantara, yang menjadi tonggak awal kebangkitan menuju puncak peradaban manusia, semoga kita bisa menyaksikannya…
      Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan komentarnya, semoga bermanfaat.. 🙂

    wildlifeofgunungsewu said:
    Desember 4, 2011 pukul 1:19 am

    Selama observasi di Gunungkidul yang merupakan kawasan kami, kami menemukan beberapa orang yang mengaku keturunan prajurit Majapahit yang disebar di Pesisir selatan Jawa pada saat pelarian Brawijaya V. Terdapat beberapa versi mengenai keberadaan Moksanya Brawijaya, namun cerita mereka sama bahwa persinggahan terakhir beliau adalah di Gunungkidul. Mungkin anda bisa memberi tambahan informasi mengenai hal ini karena cerita tersebut telah mengakar di pesisir selatan Gunungkidul…

      oedi responded:
      Desember 9, 2011 pukul 7:22 am

      Hmm… saya kurang layak untuk memberikan tambahan informasi tentang hal ini, karena ada yg lebih layak untuk itu, yaitu para sepuh. Tapi, sedikit yg saya ketahui bahwa justru besar kemungkinan tempat moksanya prabu Brawijaya V itu adalah di Gunung Lawu, tepatnya di puncak Hargo Dalem.
      Hanya itu yg bisa saya tambahkan, mohon maaf atas kekurangannya, terimakasih atas kunjungannya dan semoga bermanfaat… 🙂

    suhadi said:
    Desember 10, 2011 pukul 7:02 am

    aku pendukung rangga lawe, tolong ingat jasa rangga lawe

      oedi responded:
      Desember 12, 2011 pukul 4:02 am

      Seeplah.. baguslah bila Anda mengagumi sosok Rangga Lawe ini, karena beliau pun layak untuk itu, bahkan telah di abadikan di Tuban dengan di bangunnya patung beliau yang tengah menaiki kuda di lokasi pintu gerbang kota Tuban. Ini sebagai wujud penghargaan akan kepahlawanan, kesaktian dan kepribadian beliau.
      Okey, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    suhadi said:
    Desember 10, 2011 pukul 7:04 am

    saya asli gunungkidul,

      oedi responded:
      Desember 12, 2011 pukul 4:05 am

      Oh ya? wah saya dulu sering main kesana, terutama ke pantainya… 🙂

    wildlifeofgunungsewu said:
    Desember 12, 2011 pukul 3:10 pm

    Kang Suhadi Gunungkidulnya mana…??? saya Pribumi Gunungkidul yang lahir dan semoga sampai mati tetap di Gunungkidul…banyak hal menarik dan misterius di sini…

    Xian Ding said:
    Januari 17, 2012 pukul 3:21 am

    thank ya …saya senang sekali dapat membaca kisah sejarahnya …pokoknya jempol banget d

      oedi responded:
      Januari 22, 2012 pukul 3:51 pm

      Okey.. sama2 deh,
      Subhanallah.. syukurlah kalau seneng… Terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Desita Dini P said:
    Januari 26, 2012 pukul 3:44 am

    ini bener-bener keren banget, kita anak muda mesti tau tentang sejarah yang udah lalu, biar ga mati sampai kapan pun.

      oedi responded:
      Januari 28, 2012 pukul 5:19 pm

      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Yup.. emang sebagai generasi muda, kita harus tau tentang sejarah masa lalu, kalau pun tidak banyak, yang penting punya semangat akan sejarah panjang bangsa ini… biar nanti kita gak kehilangan jati diri…

    aarbansaaa said:
    Februari 19, 2012 pukul 5:29 pm

    saya trah terakhir dari majapahit meskipun saya orang jepang どうもありがとうございました nice share jadi pengen ke indonesia tapi denger2 indonesia di pimpin presiden penakut ya heheehehe lol

      oedi responded:
      Februari 21, 2012 pukul 4:04 am

      Oh ya? wah kebetulan sekali… Anda sekarang emangnya tinggal dimana? dan kalau boleh saya tahu, Anda berasal dari trah yang mana? apakah dari Bhre Kertabumi?
      Ya begitulah di Indonesia ini, para pemimpinnya tidak seperti pemimpin yang sebenarnya… apa yang Anda katakan “Presiden penakut”, ya itulah fakta yg di tunjukkan selama ini… padahal dulu pendahulu mereka (di zaman kerajaan) adalah para kesatria yg bahkan rela mati demi menjaga kehormatan diri dan bangsa…
      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Putu Arta Diana said:
    Februari 24, 2012 pukul 11:34 am

    apakah benar mahkota raja majapahit skarang di bali??
    dan saya dengar saat ini mahkota tersebut berada di tangan Hyang Bathara Agung Wilatikta Brahmaraja XI.

    terima kasih

      oedi responded:
      Februari 24, 2012 pukul 12:51 pm

      Hmm.. untuk hal itu, saya belum mendapatkan informasinya… maafkan atas kekurangan ini…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga tetap bermanfaat.. 🙂

    hardi said:
    Februari 29, 2012 pukul 4:54 am

    Wah, membaca artikel anda ini benar2 mengasyikkan. Membawa imajinasi saya seakan2 seperti terlempar ke masa itu. Kebetulan saya sejak kecil memang sangat suka membaca cerita2 tentang kerajaan2 jaman dahulu.

    Untuk sekedar tahu saja, saya ndak sengaja masuk blog ini gara2 lagi trend-nya “preman” trus saya iseng browsing “preman2” top indonesia, kemudian nemu Kusni Kasdut, eh, gak sengaja malah nemu artikel HEBAT ini. hahahahaha…..

    Terimakasih banyak Kang Oedi

      oedi responded:
      Februari 29, 2012 pukul 11:39 am

      Subhanallah.. syukurlah kalau begitu, senang juga rasanya..
      Iya mas Hardi, terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga tulisan ini bisa mendatangkan banyak manfaat, terutama demi kebangkitan kejayaan Nusantara sekali lagi… dan saya yakin sudah tidak akan lama lagi… tinggal masalah waktu, dan tentunya di zaman kita sekarang kok… 🙂
      Oh ya?? wah.. gak ngira kalau bisa seperti itu, tapi syukurlah kita bisa ketemu di portal ini… nambah satu teman lagi.. hehe.. 😀

    nurhaditawaduk said:
    Februari 29, 2012 pukul 7:54 pm

    subhannallah ,maha kuasa allah menciptakan ,mengajarkan,memelihara,menumbuhkan, dan mematikan .allah maha besar .jangan sekali -kali melupakan sejarah .

    nurhaditawaduk said:
    Februari 29, 2012 pukul 7:57 pm

    tentunya tuhan juga maha kuasa menghidupkan kembali.

      oedi responded:
      Maret 1, 2012 pukul 3:42 am

      Ya begitulah Allah SWT, Tuhan yang Berkuasa atas segala sesuatu yang memanglah menjadi setiap keinginan-Nya… kita tunggu aja kapan kebangkitan itu akan kembali di bumi Nusantara ini…
      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    Harsono said:
    Maret 18, 2012 pukul 4:25 am

    saya kagum kpd Anda, wawasan Anda sangat luas terutama tentang peninggalan para leluhur yang perlu dihormati dan dilestarikan, karena merupakan bukti bahwa para leluhur kita telah mengangkat bumi pertiwi Majapahit menjadi suatu negara yang menjulang tinggi di persada menembus angkasa mencapai kejayaan nan elok permai, baik dari segi tatanan pemerintahan yang mampu mengangkat harkat dan martabat nusantara ke penjuru dunia, apalagi ditunjang dari seni budaya yang adi luhung yang nyaris tak tertandingi dari segi keindahan baik dari sudut pandang natural maupun super natural. Mas Oedi lanjutkan tulisan Anda untuk mengeksplorasi budaya kejayaan Majapahit semoga dapat mengilhami dan memotivasi bangsa ini untuk memperoleh kembali kejayaan nusantara seperti yang pernah diraih oleh para leluhur kita. Salam hormat dan rasa kagum saya untuk Anda semoga Allah selalu merahmati dan meridhloi usaha Anda yang luhur ini. Amin.

      oedi responded:
      Maret 21, 2012 pukul 1:03 pm

      Subhanallah… Amiin ya Rabb.
      Wah saya ini masih bodoh mas, masih sangat sedikit wawasan dan pengetahuannya tentang leluhur Nusantara ini… tapi yg jelas saya harus tetap semangat menggali dan meneladani kejayaan nenek moyang kita dulu… mohon dukungannya… 🙂
      Hmm… untuk Majapahit ini, jujur sebenarnya masih belum ada apa-apanya bila di bandingkan dengan kejayaan nenek moyang kita di periode zaman yang sangat lama dahulu… makanya kenapa Gajah Mada berani dan dengan lantang mengucapkan sumpah Palapanya: ingin menyatukan Nusantara? itu dikarenakan beliau sangat paham tentang kejayaan bangsa Nusantara ini di masa lalunya… sehingga ia pun terinspirasi untuk mengembalikan kejayaan itu lagi, tapi sayang, usaha itu belum berhasil sepenuhnya, karena beliau hanya bisa menyatukan satu kawasan yang lebih kecil, yaitu Asia Tenggara saja, dan itu pun belum semuanya…
      Tapi paling tidak, di zaman Kerajaan Mapajahit atau sebelumnya Sriwijaya, bangsa ini sudah pernah mencoba untuk mengembalikan kejayaan Nusantara seperti di masa jayanya dahulu kala (sangat berbeda dengan NKRI)… sehingga kepada generansi sekarang, ada satu pertanyaan mendasar, tentang mengapa kita tidak kembali berusaha untuk mengembalikan kejayaan itu lagi, seperti yang pernah dilakukan oleh Maha Patih Gajah Mada?
      Dan satu hal yang pasti, tidak akan lama lagi bangsa ini akan kembali pada kejayaannya… tapi sebelumnya memang harus mengalami masa kehancuran… nah dari puing-puing kehancuran Republik Indonesia itulah, maka akan bangkit kejayaan Nusantara sekali lagi hingga bisa memimpin dunia dengan tatanan yang baru.
      Okey mas Harsono, mari kita sama2 berdoa dan berusaha untuk mengembalikan kejayaan bangsa kita seperti dulu lagi, karena dengan begitu maka kehidupan kita sehari-hari pun akan lebih aman, tentram, damai, sejahtera dan benar… sehingga akan selalu di ridhai-Nya.
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

        redcoat said:
        November 23, 2013 pukul 6:38 am

        atas ijin ALLAH SWT. maka bangsa indonesia akan menjadi mercusuar dunia, dimana bangsa – bangsa lain akan melihat betapa hebatnya karakterisitik bangsa kita dibanding dengan bangsa lain, karena Sumber Daya Alam yang melimpah,

        oedi responded:
        November 23, 2013 pukul 12:54 pm

        Insya Allah hal itu tidak akan lama lagi terjadi, tetapi sebelumnya akan ada bencana dahsyat di negeri ini, bahkan di seluruh dunia.. Tetapi jangan khawatir, karena itu tidak akan menghalangi kebangkitan Nusantara, bahkan sebenarnya itulah permulaan dari kebangkitan besar itu.. Nusantara ini akan dibangkitkan dari puing-puing kehancurannya – akibat hukuman yg harus diterima karena kekufuran dari mayoritas orang yang hidup di negeri ini sekarang… semoga kita bisa menyaksikan kejayaan itu nanti dan hidup di dalamnya..
        Okey, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    RM Ismunandar C said:
    Maret 31, 2012 pukul 12:48 pm

    Salam perkenalan.
    Nama saya KI RM Ismunandar Suryo sedono pimpinan kawruh jiwa Salatiga. Tertarik sekali dg tulisan anda. , saya teringat kembali dengan kunjungan saya ke petilasan kraton majapahit tahun 1983.karena saya pengagum sejarah majapahit tentu saja saya juga berburu buku-buku tentang majapahit. misalnya serial yang ditulis bapak langit Kresna haryadi.
    semoga bung udi tetap sehat-sehat selalu dalam mengembangkan tulisannya yang bermanfaat untuk nusa dan bangsa.

      oedi responded:
      April 6, 2012 pukul 7:35 am

      Salam kenal kembali Ki.
      Amiiin, memang itu yang selalu saya harapkan bahwa saya bisa selalu sehat dan bisa pula terus meneliti untuk kemudian mengembangkan serat-serat sejarah Nusantara yang selama ini kusut bahkan di lupakan. Karena saya menyakini bahwa tidak lama lagi bangsa ini akan kembali bangkit bahkan memimpin dunia, melebihi kejayaan Sriwijaya dan Majapahit (meski harus hancur terlebih dulu dan Indonesia hanya tinggal sejarah). Semoga kita bisa merasakannya.
      Baiklah, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, saya doakan juga kepada Ki RM Ismunandar Sedono agar sehat selalu dan mencapai apa yang menjadi keinginan… 🙂

    Mas Panji said:
    Mei 3, 2012 pukul 1:33 am

    Salam Kenal..Bang Oedi..!!! Semula kami numpang lewat di blog Abang.. entah kenapa begitu ada rasa ketertarikan untuk sekedar mencicipi menu di blog Abang .. rasa haus dan laparku kian menggila .. dan nafsu bacaku tumpah tuk menyantap menu yg tersedia di dalamnya.. hingga…. tak ada yg tersisa…. Wah Bang… Menu yg Abang suguhkan begitu begizi tinggi dan syarat dengan vitamin,, mineral yg dibutuhkan oleh setiap anak bangsa ini .. sebagai nutrisi penting dalam rupaya mengembalikan Kejayaan Masa lalu Negeri ini… Nusantara yg kita cintai..!! Bukankah pendahulu kita berpesan .. bahwa Bangsa yg besar adalah Bangsa yg menghargai sejarah Bangsanya sendiri..!!!..!!

    Bang.. Sy Panji.. tinggal di Lombok Nusa tenggara,, salah satu Anak negeri yg dulunya merupakan bagian dari wilayah kekuasa’an Majapahit .. Antara Jawa..Bali dan Lombok .. Secara historis banyak memiliki kesama’an .. bahkan jejak-jejak sejarah kejaya’an Majapahit cukup banyak tersebar di Lombok,, baik yg berupa Karya2 sastra ataupun berupa cerita turun-temurun dari Masyarakat Lombok… Kitab Negarakertagama karya empu Prapanca yg sangat terkenal ,,, itu ditemukan di Puri Cakranegara Lombok … lalu Petilasan Rekryan Mahapatih Gajah Mada masih terpelihara dgn baik di bekas reruntuhan peninggalan Keraja’an Selaparang Lombok .. karena menurut berbagai babad yg ada di Lombok Gajah Mada pernah berkunjung dan membuat perjanjian dgn Raja Selaparang Lombok yg dikenal dengan Perjanjian Bencingah Punan .. isi dri Perjanjian tsb sangat2 menguntungkan keduabelah pihak … yg mana salah satu dari isinya adalah .. Selaparang mengakui menjadi satu kesatuan dgn Majapahit utk menuju kesejahteraan bersama dan kejayaan Nusantara .. selanjutnya Para Pemuda dari Lombok dikirim ke Majapahit untuk belajar Baca Tulis,,, Sastra.. Ilmu Hukum… Agama.. dan Tata Pemerintahan …

    Nah..jdi Majapahit memiliki andil yg cukup banyak dalam mewarnai corak Sejarah..Politik.. Pendidikan dan budaya di Nusa Tenggara …hingga kita harus mengakui akan Kejayaan Nusantara itu sendiri … dan terinspirasi kembali untuk mengembalikan Kejayaan itu … tentu berawal dari pribady-pribady anak Bangsa ini … untuk mampu bersikap dan berwatak seperti cah angon yg digambarkan dalam berbagai persepsi..!!!! Wassalam

      oedi responded:
      Mei 3, 2012 pukul 4:46 am

      Salam kenal kembali…
      Subhanallah.. Wah syukurlah bila demikian, senang bisa menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi bangsa ini, meski baru secuil… 🙂
      Ya. Anak bangsa ini perlu banyak mengetahui kembali tentang kejayaan kita di masa lalu, semua itu akan jelas mengembalikan ingatan dan semangat juang yang tinggi untuk mengembalikan kejayaan yang pernah ada di tanah pertiwi ini… minimal mengetahui seluk beluk tentang sejarah kerajaan Majapahit ini, karena pola-pola dan konsep negara yang modern sebenarnya sudah lengkap disini, sehingga dengan modal itu, maka kita akan bisa kembali menata kehidupan peradaban di negara ini jauh lebih baik dari yang ada sekarang, dimana telah carut marut dan gak jelas juntrungnya kemana…
      Bahkan, Majapahit ini adalah bagian kecil dari bukti kejayaan yg pernah ada di tanah Nusantara ini, dulunya pernah ada peradaban yang jauh lebih hebat dari Majapahit ini, sehingga alasan mendasar kenapa Gajah Mada sendiri bersumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara adalah karena beliau ingin mengulangi kejayaan yg pernah dicapai oleh nenek moyang kita dulu, meski belum sepenuhnya tercapai hingga ia wafat. Dan itu belum juga tercapai hingga hari ini oleh NKRI…
      Tunggulah sebentar lagi, bahwa bangsa ini akan kembali pada puncak kejayaanya… dengan syarat kembalinya jati diri bangsa ini, maka tidak ada yang tidak mungkin bila nanti akan kembali memimpin dunia, sebagaimana yg pernah dilakukan oleh pendahulu kita di masa lalu… tapi ya sebelum itu terjadi, maka akan terjadi kehancuran yang dahsyat sebagai wujud dari berakhirnya zaman Kaliyuga untuk di gantikan dg zaman Kalisengoro (zaman kejayaan)… setelah itu, maka akan bangkit dengan gagah dan perkasanya bangsa ini memimpin dunia dalam kedamaian…
      Sadarlah wahai saudara2ku se tanah air, kini bangsa ini benar-benar telah digiring jauh dari jati dirinya sendiri, dimana-mana yang menjadi idola justru orang dan budaya asing (USA, Korea, India, dll), bahkan mereka sudah berlagak seperti orang-orang asing itu lengkap dengan budaya dan bahasanya, sehingga makin tersisihlah kearifan bangsa ini, terutama dikalangan generasi mudanya… padahal hal itu akan membuka celah baru yg lebih besar bagi penjajahan di negeri ini lagi, minimal kekayaan alamnya dimana itu sudah lama terjadi..
      Marilah kita kembali pada jati diri kita sendiri lagi, yang sejak dulu telah dimiliki oleh bangsa ini… karena hanya dengan itulah kehidupan ini akan lebih baik dan sejahtera…
      Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    stiven said:
    Juli 28, 2012 pukul 9:11 am

    bagus crita crita ini akan menjadikan pengetahuan umum buat generasi bangsa bahwa nusantara pernah besar dan menguasai negri negri lain pada masa itu. Maka banggalah kita dilahirkan di Nusantara di bumi Indonesia <bangsa yg pernah besar dan punya popularitas di mata negara tetangga

    penggemar-raja-hayam-wuruk said:
    September 22, 2012 pukul 12:02 pm

    waduh, kok aku baru ketemu blog iki, moga2 ora telat..oya , kalau gak salah berapa tahun yang lalu ada buku terbitan yang berjudul kesultanan majapahit, apa benar bang oei ya ? hehe maaf langsung tanya

      oedi responded:
      September 22, 2012 pukul 1:28 pm

      Tenang aja, gak telat kok, karena gak ada istilah terlambat bagi ilmu pengetahuan.. dan lebih baik terlambat daripada gak sama sekali.. 🙂
      Wah nyante aja, tidak ada yang perlu dimaafkan dalam hal ini… saya malah senang ada yang mau bertanya..
      Oh bukan, saya belum pernah menulis buku tentang Majapahit, mungkin nanti dan dengan bukti, data dan informasi yang baru dari biasanya… sekarang dalam proses penulisan, doakan aja bisa secepatnya… 🙂
      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    http://google.com said:
    Februari 12, 2013 pukul 6:58 pm

    “Majapahit: Bukti Kejayaan Nusantara Perjalanan Cinta” was in fact a splendid post, can not wait
    to look at alot more of your articles. Time to waste several time
    on the web lolz. Thank you ,Ramon

    nAbi saNge said:
    April 21, 2013 pukul 9:43 am

    Terima kasih infonya melalui tulisan ini,sangat bermanfaat metika beberapa waktu lalu saya dan anak saya menjelajah Trowulan,kota Majapahit. Namun sayang,masih ada beberapa tempat yang beljm sempat dikunjungi,mudah2an diwaktu mendatang bisa komplit.

    Kemajuan Peradaban Nusantara Tempo Dulu | Perjalanan Cinta said:
    September 13, 2013 pukul 6:39 am

    […] 3. Pemerintahan dan negara Tentang ketatanegaraan, maka jauh sebelum Amerika Serikat menerapkan sistem negara liberalnya, maka Majapahit sudah menerapkan sistem itu. Lihatlah, bagaimana negara Wilwatikta (nama negara kerajaan Majapahit) memiliki banyak negara bawahan. Dari Swarnadvipa/Swarna Dwipa/Swarna Bhumi (Sumatera) hingga Papa-ua/Labadios/ Tungki/Janggi (Papua), ada belasan negara bawahan yang sudah terlingkup dalam sebuah negara kesatuan bernama Wilwatikta – Majapahit. [Untuk lebih jelasnya tentang Majapahit, silahkan baca tulisan ini: https://oediku.wordpress.com/2010/03/28/majapahit-bukti-kejayaan-nusantara/#more-1766 […]

    […] kuasa Wilwatikta. [Untuk lebih jelasnya tentang kejayaan Majapahit ini, silahkan baca tulisan ini: https://oediku.wordpress.com/2010/03/28/majapahit-bukti-kejayaan-nusantara/ […]

    Putri Rahayu said:
    April 19, 2015 pukul 4:34 am

    Terdampar diatas kebiasaan yang biasa saja

      oedi responded:
      April 24, 2015 pukul 2:40 pm

      Okey terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Benny Bintang Humusta said:
    April 9, 2016 pukul 3:56 pm

    Terima kasih tulisannya sangat menarik tentang Majapahit dan kekayaan Nusantara

      oedi responded:
      April 12, 2016 pukul 1:13 am

      Iya mas sama”lah.. Syukurlah kalau suka dengan tulisan ini… terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    […] silam. Mengapa begitu? Sebab kitab ini merupakan peninggalan yang sangat berharga dari kerajaan Majapahit dan telah terbukti kesahihannya. Namun demikian, tentu tidak semua dari kita yang pernah membaca […]

    Kerajaan Salakanagara dan Keturunannya – Perjalanan Cinta said:
    Desember 30, 2017 pukul 11:15 am

    […] Malayu, Dharmasraya, Kalingga, Jenggala-Kahuripan, Daha-Kadiri, Singhasari, Pajajaran dan akhirnya Majapahit. Berikut ini […]

    Tita Qonita said:
    Maret 25, 2018 pukul 8:28 am

    Terima kasih untuk informasi Kerajaan Majapahit ini yang sungguh menarik. Saya sangat menghargai kerja keras Anda membagi ilmu dengan kami semua.
    Satu hal yang saya selalu penasaran, dipaparkan di atas bahwa bangsawan Kerajaan membuang peralatan makan ke Kolam Segaran, nah pertanyaan saya, alat makan apa saja yang biasa dipakai ketika makan? Apakah budaya menggunakan alat makan seperti sendok dan piring itu memang sudah ada dari zaman kerajaan dahulu? Terima kasih banyak sebelumnya.

      oedi responded:
      Maret 26, 2018 pukul 5:17 am

      Sama2lah mbak Tita Qonita atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

      Hmmm.. tentang peralatan makan, di zaman Majapahit dulu memang sudah ada yang namanya piring, mangkuk, gelas, sendok dan garpu. Untuk piring, mangkuk dan gelas ada yang terbuat dari tanah liat, keramik dan logam mulia (emas dan perak). Sementara untuk sendok dan garpu sudah terbuat dari besi, emas dan perak. Hanya saja disini penggunaan sendok dan garpu tidaklah umum, hanya pada waktu tertentu saja dan oleh orang-orang tertentu pula. Dan kalo saya tidak salah, tentang hal ini pernah dicatat oleh Ma Huan dan Fei Xi, dua orang yang ikut dalam ekspedisi Laksamana Cheng Ho. Nah kalo tentang kemegahan istananya, pernah ditulis khusus oleh seorang Pastor bernama Odorico Mattiuzzi (1265-1331 M).

      Untuk lebih detilnya silahkan baca artikel ini: https://oediku.wordpress.com/2018/01/20/kemegahan-majapahit-dalam-kesaksian-penjelajah-dunia/, dan seni perhiasannya silahkan baca di link ini: https://oediku.wordpress.com/2018/02/10/seni-perhiasan-mengagumkan-dari-majapahit/.

    Lukman said:
    Januari 7, 2019 pukul 1:36 pm

    Mas klo bisa jelaskan asal usul gajah mada dan peran pentingnya di kerajaan majapahit.

      Harunata-Ra responded:
      Januari 8, 2019 pukul 11:08 am

      Belum waktunya fakta sejarah ttg sosok beliau itu di share ke publik.. Maaf ya mas Lukman.. 🙏

    Keistimewaan Nusantara (2) – Perjalanan Cinta said:
    Juni 2, 2019 pukul 6:12 am

    […] Majapahit: Dalam Kesaksian Penjelajah Dunia atau Seni Perhiasan Mengagumkan dari Majapahit atau Majapahit: Bukti Kejayaan Nusantara atau Kutara Manawa: Kitab Hukum Federasi Majapahit atau Sistem Kasta di Era Majapahit: Bukti […]

    Keagungan Nama Bangsa Nusantara « Perjalanan Cinta said:
    Agustus 31, 2021 pukul 5:00 am

    […] untuk negeri kita ini lantaran memang sesuai dengan faktanya, dan sudah dikenal sejak masa kerajaan Majapahit (1293-1527 M). Karena sebelum itu lebih dikenal dengan sebutan Dwipantara yang artinya pun sama […]

    […] untuk negeri kita ini lantaran memang sesuai dengan faktanya, dan sudah dikenal sejak masa kerajaan Majapahit (1293-1527 M). Karena sebelum itu lebih dikenal dengan sebutan Dwipantara yang artinya pun sama […]

Tinggalkan Balasan ke oedi Batalkan balasan