Refleksi 1 Abad : Datangnya Hari Penghakiman

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Kita semua patut merenungi apa saja yang terjadi di sekitar lingkungan kita sendiri, bahkan di seluruh dunia selama ini, khususnya di rentang waktu lebih dari satu abad belakangan. Ini demi menyadarkan diri kita tentang siapakah kita di dunia ini? Apakah kehidupan di muka Bumi ini menjadi layak untuk dipertahankan atau justru harus diperbarui? Dan ada pula pesan moral yang bisa diambil, agar kita bisa tetap bersikap wawas diri dan selalu mengedepankan kebaikan budi pekerti dalam setiap lini kehidupan. Jangan hanya sekedar mengikuti hasrat diri yang tanpa batas. Karena itu bisa menghancurkan kehidupan kita semua.

Nah untuk mempersingkat waktu, marilah amati beragam peristiwa besar yang pernah dan sedang terjadi di sepenjuru Bumi di bawah ini:

Fakta sejarah penting yang pertama terjadi pada tahun 1914-1918 Masehi. Saat itu Perang Dunia I terjadi yang menyebabkan kerusakan parah dimana-mana, kehancuran ekonomi, dan korban jiwa sebanyak ±22 juta orang. Lalu di tahun 1918-1920 Masehi, salah satu pandemi terbesar dalam sejarah, Flu Spanyol, terjadi dan menewaskan sebanyak ±50 juta orang. Tahun 1929 Masehi, terjadi great depression, krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah manusia yang menyebabkan inflasi, pengangguran, kelaparan, hingga kematian dimana-mana. Dan setelah 10 tahun keadaan mulai berangsur pulih, yakni di tahun 1939 Masehi, dunia pun harus mengalami tragedi yang jauh lebih dahsyat dalam sejarah manusia, yakni Perang Dunia II. Perang besar yang terjadi selama 6 tahun ini (1939-1945 Masehi) melibatkan lebih banyak negara di semua benua dan menewaskan sebanyak 70-85 juta orang, atau sekitar 3% dari 2,3 miliar populasi dunia pada tahun 1940 Masehi. Sedangkan ketika memasuki tahun 1947-1991 Masehi, terjadilah Perang Dingin antara pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selama itu, maka terjadilah ketidakpastian dalam banyak hal, karena perang ini memicu banyak konflik di banyak negara dan menyebabkan dunia berada diambang perang nuklir. Tentulah dalam hal ini juga menimbulkan banyak sekali korban jiwa dimana-mana.

Selanjutnya, pasca berakhirnya Perang Dingin di tahun 1991 Masehi, ternyata dunia tidak pernah baik-baik saja. Selalu dilanda banyak masalah pelik yang disebabkan oleh pihak Barat (Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, Denmark, Islandia, Italia, Kanada Luksemburg, Norwegia, Portugal, dll) dan Timur (Uni Soviet, Cekoslowakia, Hongaria, Polandia, Bulgaria, Rumania, Albania, dll) sering menggunakan cara-cara militer (invasi, perang), perdagangan senjata, dan menjadi investor licik untuk menguasai SDA negara lain, khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Kondisi ini makin diperparah karena di tambah lagi negara besar seperti China, Jepang, Korea, India, Australia, Iran, dan Israel, ikut melakukan penjajahan gaya baru ke banyak negara lain di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Kepulauan Pasifik dalam bentuk ekonomi, politik, hukum, ketatanegaraan, teknologi, dan budaya. Akibat hal ini, maka selama puluhan tahun atau hingga di tahun 2024 ini, kondisi dunia pun sering dilanda konflik dan huru-hara yang memakan korban jiwa sebanyak jutaan orang pula (tidak diketahui angka pastinya).

Sungguh memilukan. Bahkan selain itu, sejak internet (dunia maya) telah banyak di akses oleh kalangan umum di seluruh dunia (khususnya sejak tahun 2000 Masehi), maka terjadilah perubahan gaya hidup yang signifikan. Semakin hilanglah kontrol sosial, bahkan jati diri manusia, karena setiap orang semakin bebas melakukan apa pun yang dia inginkan. Mereka bisa meniru atau memberikan contoh dalam hal positif dan negatif sesukanya. Memang ada aturan hukumnya, tetapi lebih banyak yang melanggar atau luput darinya. Bahkan ada pula yang sampai benar-benar tergantung dengan internet, siang dan malam, tanpa perlu melakukan interaksi secara langsung dengan sesama manusia. Mereka terbuai dengan dunia maya ini dengan alasan bisa memuaskan dirinya. Dan pengaruh buruk dari internet ini pun membuat seseorang bisa ketagihan (candu), sehingga membahayakan jiwa raganya sendiri.

Ya. Ada sangat banyak hal yang negatif dari internet ini. Akibatnya kondisi moral-akhlak manusia pun semakin terjun bebas karena hanya cukup dengan menggunakan 1-2 jari saja, siapapun bisa mengakses beragam situs dan media sosial yang negatif di sana. Bahkan semuanya bisa dilakukan lewat internet ini (membaca, menulis, menonton, berdagang, belanja, menipu, mencuri, meneror, dll) karena memang sangat mudah di akses oleh siapapun, dan sebagian besarnya gratis. Cukup hanya dengan satu alat komunikasi (handphone) di tangan, maka semuanya bisa terwujud dalam waktu yang relatif singkat. Sungguh kerusakan yang sangat besar dalam kehidupan sosial namun tanpa disadari oleh mayoritas umat manusia sekarang.

Catatan: Selama tahun 2019-2023 Masehi, terjadi pula musibah besar di seluruh dunia, yakni pandemi Virus Corona (Covid 19). Dimana-mana, hampir di seluruh negara, melakukan pembatasan ketat terhadap aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar ruangan. Bahkan sampai diberlakukan sistem lockdown (tutup secara total) untuk sebuah area atau bahkan kota dan negara yang mengalami sangat banyak penyebaran virusnya. Masyarakat pun dikenakan aturan wajib untuk menggunakan masker dalam setiap aktivitasnya dan suntik vaksin berkali-kali. Hal ini menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang sangat besar. Dan diperkirakan kematian akibat virus ini mencapai angka 16,6 juta orang di seluruh dunia. Sementara kerugian materinya sampai menembus angka US$ 9 triliun di seluruh dunia. Jika dirupiahkan, maka angka tersebut bisa mencapai Rp 135.000 triliun (dengan asumsi kurs US$ 1 = 15.000 rupiah). Sangat besar, karena itu sama dengan 44 kali APBN Indonesia tahun 2023. Sungguh merugikan, dan celakanya pandemi ini disinyalir merupakan senjata biologi yang terlepas atau sengaja dilepaskan oleh kalangan elite global. Tujuannya untuk mencari keuntungan finansial dan sekaligus depopulasi penduduk Bumi.

Selain itu, sejak memasuki abad ke 20 Masehi, sejak teknologi manusia kian maju dan tak ramah lingkungan, maka terjadilah peningkatan kerusakan alam secara global di planet Bumi ini. Pergerakannya sangat cepat dan diluar prediksi para ahli. Adapun di antaranya seperti (1) Perubahan iklim atau cuaca (meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem), (2) Kenaikan frekuensi dan intensitas badai, dan (3) Mencairnya es di kutub, sehingga mengubah suhu dan ketinggian air laut (meningkatkan level permukaan laut) yang menjadi penyebab meningkatnya aktivitas tektonik (gempa) dan aktivitas vulkanik (gunung meletus) dimana-mana. Hal ini jelas mengancam kehidupan flora dan fauna di seluruh planet Bumi. Dan tentunya akan sangat berdampak negatif terhadap kehidupan umat manusia. Terlebih dengan kemajuan teknologi yang terus berlangsung tak terkendali seperti sekarang ini, membuat kerusakan lingkungan ini kian aktif terjadi. Terlalu banyak jenis polusi (air, udara, tanah, cahaya, dan suara) yang menyebar kemana-mana. Dan manusia, khususnya generasi muda kini, bahkan tak peduli terhadap kasus berbahaya ini. Mereka semakin dibuai dengan kemudahan fasilitas teknologi, khususnya gadget (gawai), yang terus berkembang pesat tanpa ada rasa tanggungjawab pada keseimbangan hidup dan lingkungannya. Bahkan mereka sampai tak peduli lagi, atau malah justru sudah tak tahu-tak menyadari kerusakan yang terus berlangsung dimana-mana kini. Sungguh memilukan.

Dan yang terakhir yang tak kalah pentingnya adalah tentang angka populasi dunia yang sudah terlalu banyak, yakni 8,08 miliar jiwa pada 25 Januari 2024. Hal ini jelas menimbulkan sangat banyak masalah dan ketidak-harmonisan lagi. Sebab kebutuhan pangan, air bersih, pemukiman dan sebagainya menjadi sangat banyak dan menguras habis ketersediaannya di Bumi ini. Hal ini jelas menimbulkan ketidakseimbangan antara persediaan sumber daya alam dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Dengan peningkatan jumlah penduduk, maka itu langsung memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Mutu air semakin menurun, karena limbah dari aktivitas penduduk dan industri turut mempercepat menurunnya kualitas air. Kegiatan penambangan yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat juga dapat menyebabkan semakin tercemarnya air, tanah dan udara. Lalu emisi dari kendaraan, rumah tangga, dan industri juga semakin meningkat karena jumlah populasi yang sangat banyak tersebut (overpopulation). Serta buruknya fentilasi dan kualitas kompor yang banyak dipakai oleh rumah tangga turut memperparah kondisi lingkungan, khususnya di perkotaan. Alih fungsi hutan dan lahan garapan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk pun tidak dapat dihindarkan meskipun itu bisa merusak keseimbangan alam. Sehingga hal ini kian menambah buruknya kondisi planet Bumi saat ini. Sedangkan solusinya tiada lagi kecuali harus melakukan pengurangan jumlah populasi secara ekstrem. Dan alam sendirilah yang bisa melakukannya dengan cepat dan merata.

Untuk itu, setelah diberi kesempatan selama lebih dari satu abad untuk tetap menjadi baik, dan ternyata tidak juga lekas membaik padahal gejolak alam sudah terus mengingatkan, maka akan datanglah masa penghakiman besar. Pemurnian total harus terjadi di seluruh dunia – lewat cara perang besar dan atau bencana dahsyat. Sebab jika diteruskan kerusakan manusia di atas, maka kehidupan di atas Bumi ini tidak akan layak lagi, semakin bertambah buruk dan membahayakan. Bahkan tidak hanya menyangkut planet Bumi saja, karena akan berdampak buruk pula terhadap keseimbangan kosmos yang bisa menciptakan bencana yang jauh lebih besar. Sehingga memang harus ada perubahan total atau mungkin peremajaan kembali agar kondisinya menjadi normal seperti pada awalnya dulu. Sehingga apapun yang ada di seluruh Bumi ini pun bisa ikut menjadi normal dan harmonis. Tidak seperti sekarang ini yang sudah kacau balau dan penuh gejolak buruk.

Dalam Kebijaksanaan dan sifat Kasih Sayang-NYA, SANG MAHA PENCIPTA, Hyang Aruta (Tuhan YME) juga teramat cinta kepada planet Bumi. Tidaklah DIA sampai tega membiarkan hamba-NYA yang setia ini terus disakiti oleh mereka yang sebenarnya cuma numpang hidup di permukaan tubuhnya. Kebodohan, kesombongan, dan kelalaian harus ditertibkan dengan sebentuk teguran dan hukuman yang keras. Sebab telah begitu lama diberi kesempatan namun tak juga mau sadar diri dan berubah.”

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 25 Februari 2024
Harunata-Ra

Catatan terakhir:
1. Silahkan percaya atau tidak percaya dengan tulisan ini. Tugas kami hanyalah sebatas menyampaikan dan mengingatkan saja.
2. Untuk yang percaya, maka teruslah engkau mempersiapkan diri sebaiknya. Sebab peristiwa akbar yang telah dijanjikan sejak lama itu akan datang. Hanya yang telah mencapai kesadaran diri sajalah yang akan selamat dan atau diselamatkan. Tidak lebih dari 10% saja yang bisa melalui masa transisi zaman nanti.
3. Tetap eling lan waspodo! Semoga kita nanti dipertemukan pada waktu dan tempat yang membahagiakan.

Bonus instrumental:

2 respons untuk ‘Refleksi 1 Abad : Datangnya Hari Penghakiman

    Robi said:
    Februari 28, 2024 pukul 1:42 pm

    yakin kok bkl di murnikan..sy aj muntah liat pertumbuhan manusia narsis dan durjana..ud siap klo dijemput kpn pun dmn pun

      Harunata-Ra responded:
      Februari 28, 2024 pukul 3:12 pm

      Okelah kalo gitu mas Robi… kita tunggu aja waktunya..

Tinggalkan komentar