Mantra dan Keistimewaannya

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Sering terjadi kesalahpahaman tentang istilah mantra, tentang arti dan maknanya. Bahkan kini tidak sedikit orang yang telah menganggapnya sesat dan jahat. Padahal mantra itu tidaklah sama maknanya dengan doa apalagi sihir. Bila doa merupakan permohonan langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka mantra itu seumpama menarik pemicu senapan yang bernama daya hidup. Daya hidup manusia itu ada karena pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa. Disini tentunya harus dengan usaha yang khusus dari manusia itu sendiri.

Jadi, kata mantra itu sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “man” yang berarti pikiran dan “tra” yang berarti pembebasan. Sehingga mantra itu berarti pikiran yang terbebaskan atau pembebasan pikiran. Atau dengan kata lain, mantra disini adalah suatu upaya dalam proses untuk bisa membebaskan pikiran. Makanya mantra itu pun bukanlah untuk orang awam atau kalangan biasa. Melainkan hanya untuk mereka yang memiliki koneksi dan kedekatan dengan Sang Pemilik Kekuasaan, yaitu Hyang Aruta (Tuhan YME).

Lalu untuk bisa mencapai tujuan dari mantra tersebut, maka setiap pribadi harus melakukan hal-hal yang khusus. Dan pada masa Mahapatih Gajah Mada misalnya, maka ada tiga jenis nilai yang dikembangkan dalam diri manusia, terutama para murid di sekolah, yaitu:

1. Shastratama
Ini adalah norma-norma tentang apa yang disebut dengan indah dan apa yang disebut dengan jelek.

2. Bhuwanatama
Ini adalah nilai-nilai tentang kepekaan sosial, yaitu nilai kebersamaan, empati dan kepedulian terhadap permasalahan kemasyarakatan.

3. Susilatama
Ini adalah kaidah-kaidah atau norma-norma tentang apa yang benar dan apa yang salah menurut berbagai jenis ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.

Sehingga akhlak, watak dan moral tinggi merupakan sebuah sikap yang ditandai dengan pengikatan diri secara sukarela kepada nilai-nilai dan norma-norma yang baik dan benar. Yang dengan begitu akan menaikan derajat dan kemampuan diri sendiri. Namun sangat disayangkan pendidikan saat ini justru kurang menekankan pada hal-hal tersebut. Konsep pendidikan negara kita sekarang telah mengabaikan watak dan kemampuan bernalar, sehingga manusia Nusantara menjadi tidak peka terhadap nilai-nilai benar dan salah, karena pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah hanyalah pengetahuan yang kosong dari makna. Padahal tanpa pendidikan watak dan kemampuan bernalar yang benar, sekolah hanya akan menjadi beban karena tidak bisa menjadi alat untuk berpikir secara logis dan konseptual. Oleh karena itu, pembinaan watak, karakter dan kemampuan bernalar harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.

Kemudian, setelah konsep pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan, maka ada juga visi spiritual yang pernah diterapkan di Nusantara, yang diberi nama Tri Hita Wacana. Visi ini adalah tiga penyebab rasa bahagia atau dengan kata lain tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan. Adapun di antaranya yaitu:

1. Deva Hita (hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan).
2. Manusya Hita (hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, bahkan makhluk lainnya (jin, hewan, tumbuhan, dll)).
3. Loka Hita (hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam atau lingkungannya).

Ketiga hubungan yang harmonis ini diyakini akan membawa kebahagiaan dalam kehidupan ini, yang kemudian diwujudkan dalam tiga unsur, yaitu:

1. Parahyangan atau tempat suci.
2. Pawongan atau manusia itu sendiri.
3. Palemahan atau alam semesta atau lingkungan.

Selanjutnya, ada pula visi Tri Kaya Parasada, yang merupakan salah satu bagian dari ajaran Susila. Tri Kaya Parasada artinya tiga perilaku manusia yang suci. Perilaku yang suci sama dengan perilaku yang baik dan benar. Adapun bagian-bagiannya adalah:

1. Manacika; berpikir yang baik dan benar.
2. Wacika; berkata yang baik dan benar.
3. Kayika; berbuat yang baik dan benar.

Adapula visi yang tak kalah pentingnya, yaitu visi Tri Parama Arta. Artinya adalah tiga macam perbuatan untuk bisa mengusahakan kesejahteraan dan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain. Adapun di antaranya yaitu:

1. Tresna Asih (cinta kasih).
Artinya menyayangi dan mengasihi sesama makhluk sebagaimana mengasihi diri sendiri. Tujuannya agar terwujud kerukunan, kedamaian dan keharmonisan dalam hidup ini.

2. Punila
Artinya perwujudan cinta kasih dengan wujud saling tolong menolong dengan memberikan sesuatu atau harta benda yang manusia miliki secara ikhlas dan berguna bagi yang diberi. Punila atau pemberian dengan ikhlas ini dapat dibedakan menjadi empat hal, yaitu:

1) Pemberian berupa makanan dan minuman.
2) Pemberian berupa pakaian dan perhiasan.
3) Pemberian berupa pelayanan.
4) Pemberian berupa ilmu dan pengetahuan.

3. Bhakti
Artinya perwujudan hati nurani berupa cinta kasih dan sujud kepada Tuhan, menghormanti orang tua, guru dan pemerintah (yang benar kinerjanya). Bahkan lebih jelasnya lagi ada konsep khusus yang disebut dengan Bhakti Marga, yaitu cara atau jalan untuk melakukan hubungan kepada Tuhan adalah dengan jalan sujud bakti kepada-NYA secara tulus murni, tanpa pamrih dan tedheng aling-aling.

Untuk itu, bilakah sebuah perbuatan dikatakan benar atau salah, baik atau buruk? Padahal Tuhan menuntun selalu dunia ini melalui jalan yang benar. Segala sesuatu yang dapat menolong dunia ini melalui jalan yang telah ditentukan Tuhan sendiri adalah benar, dan segala sesuatu yang menghalanginya adalah salah. Dan Tuhan berada dimana-mana sekaligus Tunggal. Menjadi dasar hidup segala ciptaan-NYA yang berpisah-pisah. Sebagaimana matahari yang menyinari segala pelosok, meskipun ribuan rumah yang membatasi, akan tetapi sinar matahari akan menyinari semuanya dengan cahaya serta panas pada tiap-tiap rumah itu, yang berasal dari matahari yang tunggal. Sehingga jika tata susila mendasarkan ajarannya hanya kepada ke-ESA-an Tuhan saja – karena mendasari setiap makhluk – ini berarti tiap-tiap perbuatan yang baik dan tidak baik, yang di lakukan oleh seseorang pada orang lain, berarti juga berbuat baik/tidak baik kepada dirinya sendiri.

Selanjutnya, ada beberapa hal yang juga harus di lakukan apabila seseorang ingin berhasil memahami dan menguasai mantra dengan benar. Semuanya harus di lakukan dengan kerendahan hati dan penuh kesadaran, alias tanpa ada paksaan atau hanya karena ajakan seseorang. Adapun di antara yaitu:

1. Tapaning jasad
Sikap ini berarti mengendalikan/menghentikan daya gerak tubuh atau kegiatannya. Disini seseorang seharusnya jangan merasa iri, dengki, sakit hati atau menaruh dendam kepada siapapun. Segala sesuatu itu, baik ataupun buruk, harus bisa diterima dengan kesungguhan hati dan sikap yang ikhlas.

2. Tapaning hawa nafsu
Sikap ini berarti mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka yang ada di dalam diri pribadi. Pada tahap ini seseorang itu hendaknya selalu bersikap sabar, ikhlas, murah hati, berperasaan mendalam (tenggang rasa, welas asih), suka memberi maaf kepada siapa pun, juga taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, ia juga sudah bisa memperhatikan perasaan secara sungguh-sungguh, dan berusaha sekuat tenaga kearah ketenangan (heneng), yang berarti tidak dapat diombang-ambingkan oleh siapa atau apapun juga, serta berada dalam kewaspadaan (hening).

3. Tapaning budi
Sikap ini berarti selalu mengingkari perbuatan yang hina, tercela dan segala hal yang bersifat tidak jujur (munafik). Pada tahap ini, seseorang itu harusnya sudah berbudi pekerti yang luhur, memiliki sopan santun, sikap rendah hati dan tidak sombong, tidak pamer dan pamrih, serta selalu berusaha untuk bisa berbuat baik kepada siapapun.

4. Tapaning suksma
Sikap ini berarti memenangkan jiwanya. Jadi pada tahapan ini hendaknya kedermawanan seseorang itu diperluas. Pemberian sesuatu kepada siapapun juga harus berdasarkan keikhlasan hati, seakan-akan sebagai persembahan khusus, sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi siapapun. Singkat kata, ia tidak lagi pernah menyinggung perasaan orang lain.

5. Tapaning cahyo
Sikap ini berarti seseorang itu selalu bersikap eling lan waspodho (ingat dan waspada). Jangan sampai lalai atau mabuk, karena keadaan cemerlanglah yang dapat mengakibatkan penglihatan yang serba samar (tidak jelas) dan saru (tidak baik, tidak sopan, tidak tepat, tercela) menjadi jelas. Lagi pula setiap kegiatannya harus selalu ditujukan untuk kebahagiaan dan keselamatan umum. Jauh dari urusan materi duniawi.

6. Tapaning gesang
Sikap ini berarti selalu berusaha sekuat tenaga dan hati-hati untuk bisa menuju pada kesempurnaan hidup. Hal ini bisa terjadi, ketika seseorang sudah melalui ke lima jenis tapa sebelumnya. Dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa disini adalah yang paling utama, mengingat hanya dari Tuhanlah kebenaran yang mutlak itu berasal.

Wahai saudaraku. Untuk berhasil, maka laku batin tersebut harus dilandasi dengan perbuatan dan perilaku yang baik, budi pekerti yang luhur, hati yang suci bersih, dan dengan selalu manembah atau sujud dan mendekatkan diri kepada Gusti Pengeran; Tuhan (manembah ing kawula Gusti).

Dan perlu diketahui, bahwa setiap pelaku kebatinan akan mengalami beberapa pengalaman, ada yang enak dan ada pula yang dirasa berat. Semua itu adalah bumbu-bumbu kehidupan dalam menapaki jalan Ilahi. Dan pengalaman puncak pelaku kebatinan/spiritualis adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai kawulo (hamba) yang berada dalam hubungan yang serasi dengan Gusti (Tuhan). Istilah populernya adalah: Jumbuhing kawulo Gusti (hubungan serasi hamba dan Tuhan), Manunggaling kawulo Gusti (manunggalnya hamba dan Tuhan) dan Pamore kawulo Gusti (berpadunya hamba dan Tuhan). Yang intinya berarti seorang anak manusia itu telah berada di dalam kehidupan sejatinya dalam lindungan keagungan Tuhan.

***

Dikarenakan mantra juga bermakna bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata (kalimat) yang dianggap mampu “menciptakan perubahan”, atau sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan goib, maka ada beberapa kata mantra yang dimiliki oleh berbagai bangsa di dunia. Di antaranya seperti yang dimiliki oleh orang Jawa dan Melayu untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Sebab mantra disini sama dengan kata kunci untuk mengaktifkan sesuatu. Seperti password yang berfungsi untuk membuka program komputer atau media sosial di internet.

Nah, berdasarkan fungsi dalam penjelasan di atas, mantra pun dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Mantra Kadigdayaan, ialah salah satu jenis mantra yang dipakai jika sedang berhadapan dengan musuh, sehingga yang membaca mantra ini tidak dapat dikalahkan atau menang dalam pertarungan.

Di antara contohnya sebagai berikut:

1) Mantra ajian Brajamusti.
Ajian ini adalah suatu ajian kadigdayan yang biasa digunakan orang-orang zaman dulu untuk melumpuhkan lawan saat bertarung. Para pendekar masa silam belum akan turun gunung jika ia belum dibekali oleh ajian satu ini. Sebab ajian ini dikatakan sebagai salah satu ajian tingkat tinggi karena tingkat keganasan dan kedahsyatannya yang mengerikan. Dan konon ajian ini juga dimiliki oleh Patih Batik Madrim dari kerajaan Malowopati.

Ya, dengan ajian ini siapapun yang menguasainya memiliki sebuah pukulan yang kekuatannya sangat luar biasa. Pukulan kita yang biasanya hanya dapat mempenyokan batang pisang, maka dengan menguasai ajian ini seseorang bisa merubahnya menjadi pukulan yang bisa menghancurkan beton tebal, bongkahan batu, atau bahkan besi sekalipun. Pukulan ajian Brajamusti juga bisa di lakukan pada target jarak jauh. Kekuatannya sama saja meski lawan berada lebih dari 5 meter di hadapan sang pemilik ajian.

Berikut ini kalimat mantra-nya:

Ingsun amatek ajiku si Brajamusti kang aneng Pringgondani.
Purubaya, Purubaya, Purubaya.
Ototku kawat, balungku wesi, kulitku tembogo.
Dengkulku paron, dagingku wojo.
Epek-epekku wesi mekangkang, antep tanpa sama.
Ajur mumur katiban tanganku.
Heh iyo aku Purubaya ratuning wesi kabeh.
Sakabehing braja nglumpruk kadi kapuk.
Tan ono tumama ing badanku.

2) Mantra ajian Gelap Ngampar
Ajian ini tergolong ilmu tingkat tinggi dan tidak semua orang bisa mencapainya. Konon juga dimiliki oleh Mahapatih Gajah Mada dan Panembahan Senopati. Adapun tentang arti dari namanya, maka Gelap Ngampar itu berasal dari kata “Gelap” yang dalam bahasa Jawa berarti petir, sedangkan “Ngampar” yang berarti menyambar. Sehingga bila disimpulkan nama Gelap Mampar itu memiliki arti petir yang menyambar.

Adapun keistimewaan dari ajian ini adalah jika disalurkan lewat suara, maka yang mendengar bentakannya akan langsung tuli dan bila ajian ini dibaca di tengah-tengah riuhnya peperangan, siapa pun yang mendengar teriakan dari si pemilik ajian ini akan langsung bersimpuh menyerah atau melarikan diri. Sedangkan bila ajian ini disalurkan lewat telapak tangan, tubuh yang terkena pukulannya akan terasa panas seperti tersambar petir.

Berikut ini kalimat mantra-nya:

Hong, ingsun amatek ajiku si Gelap Ngampar.
Gebyar-gebyar ono ing dadaku.
Ula lanang guluku.
Macan galak ono raiku.
Surya kembar ono netraku.
Durgadeglak ono pupuku.
Gelap ngampar ono pengucapku.
Gelap Sewu suwaraku.
Ah O aku si Gelap Sewu.

2. Mantra Pagar Diri, yaitu suatu jenis mantra yang digunakan sebagai perisai diri supaya orang tidak dapat membinasakan dirinya atau orang-orang tidak akan berkehendak untuk mengalahkan dirinya. Contohnya:

1) Mantra ajian Rajah Kalacakra
Pemilik Ajian Rajah Kalacakra diyakini memiliki kehidupan yang nyaman, tenang, dan tenteram. Oleh sebab itu banyak orang menyebut Ajian Rajah Kalacakra sebagai pagar goib. Rajah Kalacakra konon banyak dipakai prajurit Jawa pada masa lalu untuk membentengi diri dalam peperangan. Rajah ini akan memiliki efek yang maksimal jika dituliskan pada daun dan kulit binatang, khususnya kulit kijang. Namun awas, rajah ini kurang baik jika ditulis pada sebuah benda berbahan logam serta batu.

Rajah Kalacakra dikenal ampuh sebagai tameng untuk perlindungan diri dan keluarga, menghancurkan kekuatan lawan (baik manusia maupun goib) serta mampu mengusir makhluk halus dengan cara memasangnya di tempat yang dirasa angker. Rajah ini juga bisa digunakan sebagai pagar goib harta benda dan rumah, tolak balak dari penyakit goib, sampai menghalau niat jahat.

Berikut ini kalimat mantra-nya:

Hong Wilaheng, Sang Hyang Kala Kang Katon Sun umadep, sun umarep, singkir sumingkir, keno sanjato Prabu Kresna.

“Ya Maraja – Jamara Ya”
“Ya Marani – Nirama Ya”
“Ya Silapa – Palasi Ya”
“Ya Midosa – Sadomi Ya”
“Ya Dayuda – Dayuda Ya”
“Ya Siyaca – Cayasi Ya”
“Ya Simaha – Mahasi Ya”

2) Mantra ajian Lebur Saketi
Ajian Lebur Saketi biasanya dijadikan andalan oleh para pendekar zaman dahulu. Pukulan Ajian Lebur Saketi jika sudah dikuasai secara sempurna, dapat mengakibatkan tubuh terbelah-belah dan hancur lebur. Ajian ini juga dapat digunakan untuk menolong atau mengobati orang yang terkena pengaruh ilmu goib seperti guna-guna, sihir, santet dan lain-lain. Selain itu ajian ini juga dapat melawan Jin dan membakarnya.

Makanya ajian Lebur Sakheti merupakan ajian pamungkas andalan beberapa perguruan. Bila diamalkan terus menerus, dayanya sangat hebat dan bisa juga untuk pengobatan. Tapi karena itulah ajian ini tidak bisa digunakan sembarangan. Kekuatannya sangat luar biasa, bahkan pemiliknya mampu membunuh dan melebur Jin sakti dan setan jahat yang mengganggunya. Itulah mengapa orang yang memiliki ajian ini sangat ditakuti oleh makhluk halus. Karena selain mampu melawan makhluk halus, ajian ini juga mampu menyembuhkan penyakit aneh. Misalnya penyakit akibat guna-guna, tenung, atau santet. Pengobatan akan di lakukan secara magis hingga tingkat kesembuhannya sangat tinggi. Itulah mengapa orang yang memiliki ajian ini harus menggunakannya dengan bijaksana.

Berikut ini kalimat mantra-nya:

Hyang kadyatollah, Ingsun megeng nafas goib.
Nukat goib, neges jatining roso.
Bumi jugrug segoro asat soko kersaning Hyang Sejati.
Sirno dunya sirno akhir, sah dunya sah akhir.
Sirno gondo lungo roso teko Jleg katon sajege urip.

3) Mantra perlindungan diri dan pengusir makhluk halus:

Demit ora ndulit, setan ora doyan.
Nyitno yuwono leno keno.
Teguh yuwono slamet.
Slamet soko kersaning Gusti.”

3. Mantra Pakasih, yakni sebuah jenis mantra cinta kasih. Mantra ini biasanya digunakan untuk memikat seseorang agar jatuh hati kepada yang membaca mantra tersebut. Berikut ini kalimat mantra-nya:

Ingsun matek aji pengasihan, cahyaning surya, candra lan kartika, nyawiji marang ingsun, sarining kembang setaman, nyawiji marang ingsun, wong sabuwono podho welas asih marangingsun

Artinya: “Aku sengaja memasang “ajian” pengasihan, cahaya matahari, bulan dan bintang menyatu dengan diriku, sari keindahan bunga setaman masuk dalam diriku, segala manusia sedunia berbelas kasihanlah kepadaku”

4. Mantra Pengobatan, adalah semua jenis mantra yang biasa digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Berikut ini kalimat mantra-nya:

1) Mantra untuk mengobati orang dari pengaruh makhluk halus:

Sihir lontar pinang lontar.
Terletak diujung bumi.
Setan buta jembalang buta.
Aku sapa tidak berbunyi.

2) Mantra pengobat sakit perut:

Gelang-gelang si gali-gali.
Malukut kepala padi.
Air susu keruh asalmu jadi.
Aku sapa tidak berbunyi.

5. Mantra Tundik, merupakan berbagai jenis mantra yang biasanya dilepas melalui kekuatan jarak jauh, tujuannya adalah agar orang yang dimaksud supaya jatuh kedalam pengaruh si pembaca mantra. Berikut ini kalimat mantra-nya:

Saribanun sari m*******d kursyi a**h pucuk alam teranji alam terhempas di batang nyiur sampaikan doaku di hari malam kepada ruh si ………. ia jangan diberi lelap tidur kalau tidur suruh ia bangun kalau ia bangun suruh ia duduk kalau ia duduk suruh ia berjalan kalau ia berjalan suruh ia berlari kalau ia berlari suruh ia terjun tiada bertangga mabuk gila bercinta hai ruh si ……… gilalah engkau kepadaku berkat aku memakai doa si mimpi a**h mimpi m******d mimpi baginda r*******h berkat l**********h

Catatan: Mantra-mantra dalam pengertian jenis kedua ini ibarat pisau yang multi fungsi, makanya bisa untuk tujuan yang baik tetapi juga dapat dipakai untuk kepentingan yang buruk. Sehingga sering pula disalahartikan, juga disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik. Karena itu, sangat dituntut pemahaman moral yang mendalam dan nilai kebijaksanaan yang tinggi bagi siapapun yang ingin menggunakan mantra-mantra yang ada, khususnya yang telah disebutkan di atas. Dan semua kalimat mantra itu akan berfungsi hanya ketika sudah melalui tirakat khusus atau olah batin atau sudah memenuhi apa saja yang menjadi prasyarat dari setiap ajian atau mantra yang bersangkutan.

***

Untuk itu, bagi siapapun yang bisa menerapkan setiap point dari uraian di atas dengan konsisten, maka ia akan dapat menguasai ilmu tingkat tinggi yang bernama Sastra Cetha. Dimana bila dilihat dari sudut pandang bahasa, maka kata “shastra/sastra” itu berarti pengetahuan, sementara kata “cetha” berarti jelas atau terang benderang. Sehingga Sastra Cetha bisa diartikan sebuah ilmu pengetahuan yang jelas atau terang benderang.

Namun bila dilihat dari sudut pandang sifatnya, maka ilmu Sastra Cetha ini merupakan ilmu tingkat tinggi yang tak tersurat (samar, goib) secara langsung. Sastra Cetha sendiri adalah sebuah informasi tak terbatas yang sudah atau belum digambarkan oleh alam semesta secara jelas, begitu samarnya sehingga sampai tidak dapat terlihat bila kita menggunakan daya penangkapan yang terlalu rendah. Oleh sebab itu, yang mendapatkan kejelasan disini sebenarya adalah orang yang telah menguasai ilmu purba ini dan setelah ia bisa mengetahui apa yang tersembunyi dibalik yang nyata.

Ya. Untuk mewujudkan itu semua, khususnya mantra, maka tiada pilihan bagi setiap pribadi kecuali terlebih dulu membebaskan dirinya sendiri dari segala keterikatan. Ia harus mampu memerdekakan hati dan jiwanya sendiri dari segala kemunafikan. Karena itu, apa yang ia lakukan haruslah berdasarkan pada kesadaran diri, bukan atas dasar doktrin semata, apalagi hanya sebatas kata orang lain dan sekedar ikut-ikutan saja. Caranya dengan melakukan berbagai laku spiritual, seperti Panca Karya berikut ini:

1. Aksanaya (pikiran bersih)
2. Wartanaya (perkataan bersih)
3. Bhaktinaya (perbuatan bersih)
4. Dirhanaya (welas asih, kasih sayang)
5. Sirtunaya (kebaikan budi)

Untuk itu, menjadi baik akan jauh lebih penting ketimbang menjadi benar. Kebaikan itu modal untuk bisa menuju pada kebenaran. Tanpa modal itu, maka kebenaran pun takkan bisa dicapai dengan benar. Terlebih kebenaran yang sejati tidak ada yang tahu kecuali Sang Maha Mengetahui; Tuhan. Kita sebagai makhluk hanya bertugas untuk berusaha menjadi benar – tanpa perlu menilai kebenaran itu sendiri – dengan syarat utamanya adalah berbuat yang baik dalam hidup ini. Karena cepat atau lambat, sadar atau tidak sadar, maka kebaikan inilah yang akan menuntun kita pada kebenaran yang sejati. Hanya kebaikan itu saja! karena kita tidak pernah tahu apa itu kebenaran yang sejati. Hanya Tuhan-lah yang paling tahu tentang hal itu, dan DIA pula yang memutuskannya nanti.

Wahai manusia. Kau harus merawat kesejatian yang tersimpan di dalam dirimu. Itu akan melindungi hidupmu jika engkau mau belajar untuk peka terhadap kebenaran sejati. Biarkan hatimu memberi tahu apa itu kebingungan, kekacauan dan ketidakbenaran. Belajarlah dengan serius untuk mendengar dan melihat yang tak terlihat dan tak terdengar oleh semua orang. Berusahalah tetap berjalan ke arah cahaya-NYA. Karena waktumu sudah tidak lama lagi. Dan jangan lagi berbuat ingkar pada hukum Tuhan. Dengan begitu kau akan memimpin dirimu sendiri saat melewati masa transisi zaman nanti

Sungguh, jika engkau ingin menguasai mantra, maka harus tahu bahwa jalan rahasia dari spiritual adalah mengisi hidupmu dengan kebaikan yang murni. Penuhilah keseharianmu dengan kebaikan budi dan welas asih yang disertai dengan pikiran bersih, perkataan bersih, dan perbuatan yang selalu bersih dari kejahatan. Dengan sikap itu, perbaikan diri akan selalu tercipta. Kemanapun engkau melangkah, hati dan jiwamu akan mudah bergetar secara spiritual sehingga mudah terhubung dengan ke-Maha Suci-an DIRI-NYA. Inilah wujud nyata dari kemuliaan hidup, dan olehnya engkau baru akan dikatakan telah memiliki/menguasai serta memahami mantra yang sesungguhnya.

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 21 Agustus 2020
Harunata-Ra

Bonus instrumental:

8 respons untuk ‘Mantra dan Keistimewaannya

    awandoku said:
    September 8, 2020 pukul 10:56 am

    Candi Borobudur dengan sastra cetha apa ada keterkaitannya mas ? 😀

      Harunata-Ra responded:
      September 8, 2020 pukul 11:08 am

      Hmm.. Borobudur itu, khususnya tentang simbol2 dan makna2 yg terkandung dalam bentuk/arsitektur bangunan dan reliefnya, adalah bagian dari Sastra Cetha.. Makanya gak salah jika skr dipahami adanya simbolisasi ttg konsep Kamadhatu (manembah: syariat, tharikat), Rupadhatu (manunggal: hakikat), dan Arupadhatu (lebur: makrifat) pada bangunan itu.. Ketiganya itu yg lebih dekat dg ilmu Sastra Cetha yg dimaksud..

        awandoku said:
        September 8, 2020 pukul 3:53 pm

        Kalau saya tangkap, bisa jadi candi borobudur adalah salah satu pesan yang ingin disampaikan para leluhur kepada generasi penerus dan pada masyarakatnya saat itu. Kalau dilihat dari arsitektur bangunannya sepertinya ada hubungannya dengan Sri Yantra. Dimana dalam suatu ajaran tertentu dikenal istilah Mantra, Tantra, Yantra. Mantra(budaya pengajaran melalui tulisan,lisan)
        Tantra(budaya pengajaran melalui gerakan)
        Yantra(budaya pengajaran melalui struktur bangunan).

        Sastra Cetha apa bisa diumpakan seperti jalannya para kultivator/pertapa mas? Terima kasih

        Harunata-Ra responded:
        September 8, 2020 pukul 4:04 pm

        Ya bisa dibilang gitu.. Dan bisa multitafsir juga sih ttg makna dibalik Borobudur karena emang universal..

        Hmm.. Saya lebih merasa bahwa Sastra Cetha itu bukan lagi jalan, melainkan tujuan atau hasil yg didapatkan.. Mantra, tantra, yantra, dhyana, semedhi, tapa brata dll lah jalan2nya..

    GEMI8 said:
    September 8, 2020 pukul 3:17 pm

    Subhanallah luar biasa ,matur suwun kagem ilmu pengetahuan yg sampun langka Niki enggih mas
    Mugi sllu bermanfaat bagi kita semua dan berkah kagem panjenengan aamiin ya rabbal alamiinn

    GEMI8 said:
    September 8, 2020 pukul 3:17 pm

    Subhanallah luar biasa ,matur suwun kagem ilmu pengetahuan yg sampun langka Niki enggih mas
    Mugi sllu bermanfaat bagi kita semua dan berkah kagem panjenengan aamiin ya rabbal alamiinn

      Harunata-Ra responded:
      September 8, 2020 pukul 4:03 pm

      Nggih mbak Sami2lah ya.. Nuwun juga karena masih mau berkunjung.. 😊🙏

      Aamiin.. Semoga begitu.. 🙏🙏

    Gerbang Keabadian (Immortality) « Perjalanan Cinta said:
    September 21, 2021 pukul 4:05 am

    […] bisa mencapai Sanityasa (keabadian/immortality). Tentulah ada banyak materi pelajaran, metode, dan mantra-mantra yang perlu dikuasai. Semuanya pun tak bisa dengan cara-cara yang instan, sebab dibutuhkan kesabaran […]

Tinggalkan komentar