Alvantara : Melampaui Batasan Manusia Dengan Chakra dan Kundalini

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Tak salah jika dikatakan bahwa Manusia itu adalah makhluk yang begitu sempurna diciptakan. Alasannya karena di dalam dirinya telah dibekali dengan kekuatan dan kemampuan yang luar biasa. Hanya saja itu semua masih tersembunyi, tertidur pulas, sehingga perlu untuk dibangkitkan terlebih dulu. Dan karena tugas Manusia di dunia ini juga untuk terus belajar, makanya ia pun harus melatih dirinya dengan sabar dan sungguh-sungguh. Tak ada yang instan dalam mencapai keberhasilan.

Oleh sebab itulah, dalam kesempatan ini kami akan menyampaikan informasi yang mungkin sangat berguna untuk Anda sekalian. Dan seperti biasanya juga terkait dengan kehidupan para leluhur kita dulu. Karena apa yang telah mereka lakukan sungguh luar biasa dan kita yang hidup setelahnya perlu mengikuti jejak yang telah mereka tinggalkan.

Nah untuk mempersingkat waktu, mari ikuti saja uraian berikut ini:

1. Kaum Zaruyat yang termasyhur
Pada masa lalu hiduplah kaum yang termasyhur dalam sejarah manusia yang bernama Zaruyat. Mereka tinggal di kawasan yang kini disebut Nusantara pada awal periode zaman ketiga (Dirganta-Ra). Kaum ini termasuk diantara yang terbaik dari anak keturunan Ayahanda Adam AS. Sebab hidupnya penuh dengan kebaikan dan kepatuhannya kepada Hyang Aruta (Tuhan YME). Dan lantaran sangat mengikuti bimbingan dari para utusan-NYA, mereka pun bisa memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Bahkan ada yang berhasil melampaui batasan dirinya sebagai manusia.

Nah, dalam kehidupan kaum Zaruyat ini terdapat sebuah tradisi yang sangat kental mengenai ilmu beladiri kanuragan dan kadigdayan. Mereka sangat menyukainya bukan sekedar untuk gagah-gagahan saja, tetapi lebih kepada upaya serius agar dirinya bisa memasuki level kehidupan yang lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk dapat mengenal diri sejatinya dan bisa pula menyatu dengan Sang Diri Sejati. Sehingga dalam kehidupan peradabannya sehari-hari, maka ada 5 tingkatan untuk praktisi ilmu beladiri (kanuragan dan kadigdayan) yang bisa dicapai, yaitu:

1. Sutras (tingkat dasar)
2. Lutras (tingkat menengah)
3. Mutras (tingkat lanjut)
4. Sifras (tingkat sempurna)
5. Aras (tingkat kesadaran penuh)

Karena itulah dalam kaum Zaruyat juga terdapat sistem hierarki bagi para praktisi beladirinya, yaitu:

1. Gadra (level prajurit)
2. Hadra (level komandan pasukan)
3. Yadra (level senopati perang/kepala divisi)
4. Zadra (level panglima perang)
5. Mantira (level dewa perang)

Nah, di setiap levelnya itu terdiri dari tiga tahapannya pula, yaitu: mirs (dasar), dwirs (menengah), dan tsirs (lanjutan). Dan umumnya mereka yang berada di level Gadra (prajurit) telah mampu menggunakan berbagai jurus dan senjata perang serta tenaga dalam tingkat tinggi dan mengendalikan minimal 1 elemen alam. Mereka cukup mahir dalam urusan ini dan punya banyak kesempatan untuk naik ke level berikutnya. Di level Hadra (komandan pasukan), mereka sangat mahir dalam menggunakan berbagai jurus dan jenis senjata, bahkan telah menguasai beberapa ilmu kadigdayan dan bisa mengendalikan 2-3 elemen alam. Di level Yadra (senopati perang/kepala divisi), mereka hanya perlu menggunakan berbagai ajian kadigdayan tingkat tinggi dan mengendalikan 5 elemen alam saat harus bertarung. Jika pun masih menggunakan senjata, tentunya berupa pusaka yang sakti mandraguna. Di level Zadra (panglima perang), seseorang tidak hanya menggunakan berbagai ajian kadigdayan tingkat tinggi, benda pusaka, dan bisa mengendalikan 5 elemen saja, tetapi sudah mengendalikan semua unsur dan elemen alam – termasuk jin, hewan, dan tumbuhan goib dengan mudah ketika harus bertarung. Begitu pun dengan keadaan lahir dan batinnya yang sudah berada di tingkat Sifras (sempurna) dan bisa mengeluarkan kemampuan yang menakjubkan.

Sementara itu khusus yang berada di level Mantira (dewa perang), maka seseorang tidak hanya bisa mengendalikan semua unsur dan elemen alam, termasuk jin, hewan, tumbuhan goib, manusia dan cahaya, tetapi juga sudah mampu menciptakan dan menghancurkan apapun – dalam batas tertentu – yang mereka inginkan. Tentunya orang yang berada di level ini sudah melalui keempat level sebelumnya dan ia pun dapat mengalahkan siapapun yang berada di keempat level dibawahnya itu dengan mudah. Lahir dan batinnya pun sudah berada di level Aras (kesadaran penuh), sehingga bisa bergerak secepat kilat, tak terlihat, atau menjadi bentuk apapun yang ia mau. Dan ia pun sudah setara dengan para Dewa-Dewi di Kahyangan.

Lalu, sebenarnya masih ada satu lagi tingkatan yang berada di atas gelar Mantira (dewa perang), dan siapapun yang bisa mencapainya telah benar-benar terbebaskan dari apapun di dunia ini – termasuk bangsa, negara, ras, makhluk, dan segala bentuk keduniawian. Disebut dengan gelar Alvantara karena kekuatan dan kemampuannya sudah tak masuk akal. Di level inilah seorang manusia akhirnya benar-benar telah melampaui batasan dirinya sebagai manusia. Sehingga ia pun bisa menghancurkan satu benua atau bahkan planet hanya dengan satu gerakan tangan saja.

Mengapa bisa begitu? Sebab ia sudah berada di level Eassar (ke-transcendence-nan) yang sesungguhnya. Wujudnya pun tidak lagi berupa materi, namun dalam bentuk entitas supranatural yang tak terbatas – meskipun tetap bisa kembali dalam bentuk materi. Makanya tak perlu lagi tinggal di Bumi ini layaknya manusia biasa. Bukan lantaran sudah moksa, tetapi karena bisa berada dimana saja yang ia mau. Moksa itu bahkan sangat mudah untuk dilakukan olehnya. Bahkan ia sudah moksa tanpa perlu melakukan moksa seperti pada umumnya manusia pilihan. Ia telah menyatu dengan Yang Maha Satu dalam kenyataan dan keridhoan-NYA.

“Namun pertanyaannya adalah, ketika seseorang mendapatkan kekuatan yang hebat, maka kegunaan atau penyalahgunaan dari kekuatan itu menjadi segalanya. Akankah digunakan untuk kebaikan, atau hal yang merusak, atau justru hanya untuk masalah pribadi? Itu yang tetap menjadi dilema bagi siapapun yang belum terbebaskan dalam kesadaran penuh.”

2. Membangkitkan potensi diri dengan Chakra dan Kundalini
Dalam upaya untuk bisa meningkatkan kemampuan dirinya, maka selain berguru kepada Nabi Syis AS, kaum Zaruyat juga mendapatkan bimbingan langsung dari Begawan Patrayana. Beliau ini hidup sejak awal periode zaman kedua (Purwa Naga-Ra) dan berasal dari negeri Zulikah, yang sekarang ini juga berada di kawasan Nusantara. Kepada kaum Zuriyat, sang Begawan mengajarkan tentang cara khusus untuk mengolah Chakra dan Kundalini agar bisa memurnikan energi. Dan ketika seseorang telah berhasil memurnikan energi yang tersembunyi dalam dirinya sendiri, maka ia pun dapat mengendalikan elemen dan energi alam secara mudah.

Catatan: Istilah Chakra masih sesuai dengan nama aslinya sejak awal, namun Kundalini sudah tidak lagi sama dengan aslinya. Seiring waktu telah ada perubahan namanya, baik dengan cara sengaja atau karena tidak tahu nama sebenarnya lalu memberikan nama istilah sendiri. Dan maaf tak bisa kami jelaskan nama aslinya disini.

Nah, menurut Begawan Patrayana; Chakra itu berarti pecahan energi Ilahi yang ada di dalam diri setiap manusia. Terdiri dari 9 buah cahaya dan posisi masing-masingnya ada pada titik vital dalam tubuh. Dimana energi tersebut pun saling terintegrasi dan harus dibangkitkan dari bawah ke atas. Sehingga pemahaman ini menjadi sedikit berbeda dengan yang ada sekarang – yang menganggap bahwa Chakra di dalam tubuh manusia itu hanya ada 7 buah. Dan sebenarnya keterangan yang ada sekarang ini pun tidak salah, cuma kurang lengkap, karena itu hanyalah bagian dari tahap yang ketiganya saja.

Artinya, Chakra itu sesungguhnya ada 7 tahapan. Di tahapan 1, 2 dan 3 biasanya dapat dikuasai oleh Manusia yang tidak biasa (kesatria terbaik). Lalu tahapan yang ke 4 biasanya hanya bisa dikuasai oleh para Dewa-Dewi. Sedangkan untuk tahapan yang ke 5, 6, dan 7 sudah luar biasa, diatasnya para Dewa-Dewi yaitu para Bhatara-Bhatari dan Sang Hyang. Jadi yang kebanyakan bisa dikuasai oleh Manusia sejak dulu hanya sampai ditahapan yang ketiganya saja – dan itu pula yang maksimal bisa dicapai oleh para kesatria terbaik pada zaman ketujuh ini (Rupanta-Ra). Dan biasanya hanya ada 7 Chakra yang diaktifkan pada ketiga lapisan/tahapan itu – padahal sebenarnya Chakra sendiri ada 9 buah dan bisa diaktifkan di setiap tahapannya. Makanya ketika ada yang tahu rahasia dan bagaimana caranya untuk bisa mengaktifkan kedua Chakra lainnya itu (Chakra ke 8 dan 9), maka ia akan menjadi sosok yang sangat luar biasa. Dialah yang kemudian bergelar Mantira dan Alvantara dalam tradisi kaum Zaruyat.

Adapun tentang ke 9 jenis Chakra yang terdapat dalam diri manusia bisa kami sampaikan berikut ini:

1. ……… (energi kehidupan)
2. ……… (pengendalian)
3. ……… (penguatan)
4. ……… (pencahayaan)
5. ……… (pemusnahan)
6. ……… (penciptaan)
7. ……… (pengetahuan)
8. ……… (pencapaian)
9. ……… (keheningan) -> Maaf tak bisa kami sebutkan dalam bahasa aslinya, ada protap yang harus diikuti.

Sedangkan tentang ke 7 tahapan dalam Chakra bisa pula kami sebutkan diantaranya yaitu:

1. ……… (kesucian)
2. ……… (keagungan)
3. ……… (kemuliaan)
4. ……… (ketiadaan)
5. ……… (kesatuan)
6. ……… (keheningan)
7. ……… (kesempurnaan) -> Maaf tak bisa juga kami sebutkan dalam bahasa aslinya, ada protap yang harus dipatuhi.

Nah, setiap masing-masing tahapan itu terdiri dari 5 lapisannya. Lalu di setiap lapisannya ada pula 5 lapisan lagi. Semuanya harus mampu dikuasai oleh seseorang agar bisa dikatakan telah benar-benar sukses dalam mengolah dan menguasai Chakra. Selain itu, tentulah ada mantra (kata kunci rahasia, password) yang harus digunakan untuk bisa mengaktifkan setiap Chakra dan tahapan yang ada. Namun sekali lagi tak bisa kami jelaskan disini, ada protapnya, maaf. Terlebih karena tulisan ini pun hanya bersifat pengantar saja.

Lalu mengenai Kundalini, maka menurut Begawan Patrayana; Semuanya berkaitan dengan Chakra. Setelah membangkitkan/mengaktifkan Chakra, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan Chakra. Kuncinya di pernapasan dan aliran Chakra yang tepat. Sehingga elemennya pun terdiri dari 9 jenis pula, yaitu:

1. ……… (tanah)
2. ……… (api)
3. ……… (logam)
4. ……… (air)
5. ……… (udara)
6. ……… (angin)
7. ……… (jin, hewan dan tumbuhan goib)
8. ……… (manusia)
9. ……… (cahaya) -> Maaf tak bisa pula kami sebutkan dalam bahasa aslinya, ada protap yang harus ditaati.

Catatan: Untuk di kaum Zaruyat, maka yang berada di level Gadra (level prajurit) adalah yang benar-benar telah menguasai Chakra ……. (energi kehidupan), sehingga ia bisa mengendalikan elemen tanah. Di level Hadra (level komandan pasukan) adalah yang menguasai Chakra ….. (pengendalian), sehingga ia bisa mengendalikan elemen tanah, api, dan logam. Di level Yadra (level senopati perang/kepala divisi) adalah yang menguasai Chakra ……. (penguatan), sehingga ia bisa mengendalikan elemen tanah, api, logam, air, dan udara. Di level Zadra (level panglima perang) adalah yang bisa menguasai Chakra ……. (pencahayaan), sehingga ia bisa mengendalikan elemen tanah, api, logam, air, udara, angin, jin, hewan dan tumbuhan goib. Di level Mantira (level dewa perang) adalah yang menguasai Chakra ……. (pemusnahan dan penciptaan), sehingga ia bisa mengendalikan semua elemen termasuk jin, hewan, tumbuhan goib, manusia dan cahaya. Sedangkan yang bisa sampai ke level Alvantara adalah yang telah menguasai semua Chakra, khususnya Chakra …….. (pengetahuan, pencapaian dan keheningan), sehingga apapun yang ia inginkan bisa terjadi, sebab kemampuannya telah melebihi batasan manusia, bahkan makhluk sakti lainnya. Tetapi dari zaman ke zaman, umumnya para kesatria terbaik manusia itu hanya mampu menguasai ketiga Chakra-nya saja (energi kehidupan, pengendalian, dan penguatan). Sangat jarang yang bisa lebih dari itu.

Nah, untuk mengendalikan elemen tanah misalnya, maka cukup dengan fokus di Chakra paling bawah yaitu ……. (energi kehidupan). Harus menyatu dengan Bumi dan latihannya tanpa alas kaki (nyeker). Jadi lebih banyak pada gerakan kaki dalam setiap jurusnya, lalu diikuti dengan gerakan tangan dan seluruh bagian tubuh. Setelah menguasai elemen tanah, maka tahap selanjutnya adalah menggabungkan antara ……. (energi kehidupan) dengan ……. (pengendalian) untuk bisa membangkitkan energi api dalam diri, sehingga bisa mengendalikan elemen api yang terdapat di alam. Begitulah seterusnya, satu persatu harus dilatih dengan sabar dan tekun. Tentunya dengan cara dan teknik yang benar.

Catatan: Setiap orang harus hafal nama-nama istilah dalam Chakra dan Kundalini sesuai bahasa aslinya, bukan terjemahan yang kami sampaikan dalam tulisan ini. Bukan pula yang tersebar umum sekarang, karena memang bukan itu. Hal ini juga merupakan syarat penting untuk bisa menguasai keduanya.

Oleh sebab itu, perlu adanya usaha dalam memurnikan energi-energi yang ada dalam diri, lalu dikumpulkan dan disatukan. Setelah masing-masing posisi berhasil disatukan dan dimurnikan, barulah melakukan pemurnian terakhir dimana semua energi itu harus menuju ke titik/posisi Cahaya. Dan perlu diketahui bahwa sesungguhnya ketika berhasil menuju Cahaya itu, atau dalam artian telah mendapatkan Cahaya Sejati, maka itu barulah di lapisan yang pertamanya saja. Karena sesungguhnya ada 4 lapisan Cahaya Sejati lain yang lebih tinggi dan tidak mungkin semua orang bisa mencapainya. Sangat sulit, karena bahkan setiap lapisan Cahaya itu terdiri dari lima lapisannya pula (artinya ada 5×5 = 25 lapisan Cahaya yang harus dicapai). Jika belum sukses melalui kelima lapisan Cahaya di sebuah lapisan Cahaya itu, maka otomatis takkan bisa mencapai lapisan Cahaya Sejati berikutnya – yang kesemuanya itu berjumlah 4 lapisan lagi.

Catatan: Sesuai dengan penjelasan diatas, maka ketika seseorang berhasil sampai di lapisan Cahaya Sejati yang pertama, maka ia sudah bisa dengan mudah mengendalikan semua elemen alam (tanah, logam, air, udara, angin, api, petir, ether, dll). Bahkan ia sudah pantas disetarakan dengan para Dewa-Dewi di Kahyangan. Bayangkan jika seseorang mampu sampai ke lapisan Cahaya Sejati lainnya, yang lebih tinggi sifatnya? Itulah kekuatan dan kemampuan diri Manusia yang sesungguhnya.

Dan karena itulah Sang Hyang Wisnu pun sempat menjelaskan bahwa: Antara Chakra dan Kundalini itu adalah sejalan. Kuasai dulu Chakra barulah Kundalini. Dan jika telah berhasil menguasai keduanya, maka akan bisa naik ke tahap memurnikan energi. Adapun caranya harus dengan ber-semedhi dan terus fokus ke titik-titik energi yang ada. Misalnya energi …… (tanah), jika lelakunya benar, maka di depan tubuh akan muncul serpihan energi putih, yang itu harus disatukan, seolah-olah dari tubuh ada tangan goib yang keluar mengambil energi tersebut untuk disatukan. Bentuknya lingkaran yang ada lingkaran kecil ditengahnya. Bisa dibilang lingkaran kecil yang berada di tengah itu untuk meletakkan energi tersebut ke posisi/titik pusat memurnikan energi …… (tanah). Sehingga jika digambarkan, maka ada 3 bagian lingkaran yaitu luar, dalam, dan kecil. Energi yang keluar dari area titik energi ….. (tanah) yang belum dimurnikan itu lalu dikumpulkan dalam bentuk lingkaran. Setelah terkumpul semuanya, barulah dapat disatukan lalu bisa dimurnikan.

Jadi ini seperti model piringan CD (compact disk) yang ada lubang pada bagian tengahnya. Nah piringannya itulah yang dipakai untuk menampung energi yang terpisah-pisah dari area titik energi ……. (tanah). Dimana yang lingkaran tengah kecilnya itu untuk posisi titik pusat energi ……. (tanah). Semacam CD yang dipasang pada porosnya dan terus berputar perlahan. Nah disitulah serpihan energi tanah yang berwarna putih akan terkumpul dan disatukan. Jika sudah cukup waktunya dan energi putih itu sudah benar-benar terkumpul dan bisa disatukan, maka baru akan bisa dimurnikan untuk dapat membangkitkan kekuatan energi tanah dalam diri yang tersembunyi, yang masih tertidur pulas. Selanjutnya jika itu berhasil, maka seseorang bisa mengendalikan elemen tanah yang ada di alam sesukanya.

Catatan: Memang ada ilmu ajian untuk bisa membuat seseorang dapat mengendalikan elemen alam, misalnya ajian Segoro Geni, Gelap Ngampar, Lebur Sakethi dan Tapak Sakethi untuk dapat mengendalikan elemen api. Cara menguasainya pun tak sesulit ketika harus mengolah energi (Chakra dan Kundalini). Hanya saja perbedaan hasilnya dengan orang yang menguasai pengolahan energi (Chakra dan Kundalini) sangat mencolok. Jika pengguna ajian akan terkuras energi dan tenaganya setelah ia melepaskan ajian, maka yang sudah berhasil mengolah energi tersembunyi dalam dirinya (Chakra dan Kundalini) tidak sama sekali. Berapa kalipun ia menggunakan kemampuannya dalam mengendalikan elemen api, maka ia takkan pernah kelelahan. Begitu pula jika ia menggunakan kemampuan pengendalian elemen yang lainnya. Dan jelas sekali orang yang telah berhasil mengolah energi (Chakra dan Kundalini) akan dengan mudah bisa mengalahkan mereka yang hanya mengandalkan ilmu ajian. Memang begitulah kodratnya.

Dan jika ada yang merasa bahwa pembahasan dalam tulisan ini sangat berbeda – atau bahkan bertentangan – dengan apa yang pernah dijelaskan pada tulisan mengenai Chakra dan Kundalini sebelumnya, maka itu karena memang keduanya berbeda level. Ibarat sebuah buku, maka yang sebelumnya itu hanyalah tahap pengenalan saja. Sementara yang di tulisan ini adalah bagian pengantarnya. Tentunya ada pula isi buku dan bagian penutupnya. Dengan begitu maka barulah sebuah ilmu tentang kemampuan sejati Manusia itu dapat dikuasai sepenuhnya, alias paripurna. Semua harus bertahap agar benar dalam hasil dan tujuannya.

3. Penutup
Wahai saudaraku. Ada banyak kemampuan sejati Manusia yang bisa dibangkitkan. Ada banyak pula contoh kekuatan dari para leluhur kita yang sungguh menakjubkan namun tak lagi diketahui, bahkan tak pernah diceritakan karena seringkali dianggap khayalan. Dan kisah-kisah spektakuler tersebut sudah ada jauh sebelum kisah Ramayana dan Mahabharata terjadi. Sehingga perlu kesabaran yang tinggi dan pengertian yang luas tentang kebenaran sejarah peradaban Manusia. Bahkan masih banyak lagi yang belum terungkap dan diceritakan kembali. Hanya masalah waktu, maka satu persatu akan terus disampaikan.

Untuk itu sadarilah! Bahwa tak ada yang tak mungkin jika kita tahu caranya dan menyadari setiap kemampuan tersembunyi dalam diri kita sendiri. Hanya saja itu takkan semudah yang dibayangkan. Bahkan pada masa silam perlu waktu selama 77-777 tahun untuk bisa menguasai Chakra, dan 30-80 tahun untuk yang Kundalini. Bagaimana bisa? Maklumlah para leluhur kita dulu masih diberikan umur yang sangat panjang dan sifat mereka yang sangat gigih dalam berlatih. Berbeda sekali dengan kita sekarang yang hidup di periode zaman ketujuh ini (Rupanta-Ra), yang bahkan selalu berpikiran untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang paling instan. Sungguh aneh dan lucunya.

Lantas bagaimana dengan kita sekarang? Apakah mungkin dapat menguasai teknik pemurnian energi (Chakra dan Kundalini) juga? Maka atas izin dari Hyang Aruta (Tuhan YME) tentulah bisa, namun dengan cara dan aturan yang sedikit berbeda, lebih sederhana. Dan tentang masalah waktunya jelas tak mungkin lagi sama dengan kaum terdahulu, karena kita sekarang berumur singkat dan banyak malasnya. DIA Yang Maha Mengetahui setiap kebutuhan dan kemampuan dari makhluk-NYA. Sedangkan waktulah yang ditugaskan untuk membuktikan kebenaran ini, dan beruntunglah bagi siapapun yang nantinya berkesempatan untuk bisa mempelajarinya.

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 29 Desember 2020
Harunata-Ra

[Cuplikan dari buku “Diri Sejati”, karya: Harunata-Ra]

Catatan akhir:
1. Sebagaimana tulisan yang lainnya, maka silahkan percaya atau tidak percaya dengan uraian di atas. Tugas kami hanya sebatas menyampaikan saja.
2. Bukalah cakrawala hati dan pikiranmu seluas mungkin. Jangan terburu-buru atau menganggap enteng perihal di atas. Bacalah dengan penuh seksama, resapi tiap-tiap bait kalimatnya, dan cobalah pahami dengan batin yang jernih. Hanya dengan begitu maka rahasia tulisan ini akan tersibak.
3. Tetaplah bersikap eling lan waspodo, teruslah mempersiapkan dirimu secara lahir batin. Lakukan dengan maksimal, karena yang akan kita hadapi nanti tidak akan mudah. Sangat berat dan memprihatinkan.

Bonus instrumental:

8 respons untuk ‘Alvantara : Melampaui Batasan Manusia Dengan Chakra dan Kundalini

    Gemi8 said:
    Desember 30, 2020 pukul 8:14 am

    Subhanallah sungguh luarr biasa
    Alhamdulillah matur suwun kagem ilmu yg sampun super langka ini enggih mas
    Lagi2 para leluhur kita mmbuat kulo sangaat terkagum2 dn bahkan ingin segera bertemu dngn beliau 2 jika Gusti Pengeran mngizinkannnya mas ,

      Harunata-Ra responded:
      Januari 7, 2021 pukul 1:36 am

      Iya mbak sama2lah.. nuwun juga karena masih mau berkunjung.. semoga ttp bermanfaat.. 🙂

      Ya mungkin nanti ada waktunya, yg penting dari skr terus mempersiapkan diri, menjadikan diri pantas.. 🙂

        Asyifa wahida said:
        Februari 27, 2021 pukul 3:54 pm

        Enggih mas,insyaallah kulo akan sllu berkunjung selagi panjenengan masih mngajarkn kebenaran2 yg sejati lewat dumay ini mas

        Enggih mas, matur suwun kagem nasehatnya dn suportnya enggih mas,

    Muhammad Alan said:
    Maret 25, 2021 pukul 3:29 pm

    Terima kasih mas, atas postingan dan ilmunya, saya menjadi tertarik untuk membaca buku njenengan yang berjudul Diri Sejati, apakah tersedia versi cetaknya? Terima kasih, semoga Mas selalu bahagia dan sehat selalu

      Harunata-Ra responded:
      Maret 26, 2021 pukul 2:57 am

      Iya sama2lah mas Alan, terima kasih juga utk doa dan kunjungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. ttg buku itu blm diterbitkan sih mas, jadi maaf blm ada cetakannya skr.. 🙂

    Gerbang Keabadian (Immortality) « Perjalanan Cinta said:
    September 21, 2021 pukul 4:05 am

    […] di antaranya sudah disampaikan di blog ini, seperti Haisantara, Daifantra, Arruyas, Hastrayansa, Alvantara, Eondha, Zhen-Madha, dan Hattar (Datran, Satran, Yatran). Sehingga perlu mengubah mindset (cara […]

    Mayadi said:
    Maret 9, 2023 pukul 3:00 am

    AWESOME.SUMBERNYA INFORMASI DARI MANA?

    […] setara dengan Dewa-Dewi. Dan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Begawan Patrayana kepada kaum Zaruyat, maka usaha dalam mengolah Chakra dan Kundalini adalah cara agar bisa memurnikan energi. Dan ketika […]

Tinggalkan komentar