Nan’an si ului da Khalifah

Posted on Updated on

Ya harsun. Anan vu ari anien dar lou dehi sal bigana. Ar meleth ga nida lea siba rif antu sifala. Peronen drul wisy mahiris ea nehat vra wirsa hulhule Bhumi yal eksan tinen. Awirel u sivu ne leja turiel vuru sush mehera. Vi unduna le admin to nel du ruha Jawi las Swarna hi Makiram din limas tur jaru. Gligan sinte res maqi siel mae ti ngiel tavaaru. Tel mear di suruu mendel se edur ifuin Nusanta-Ra sul hema usinda hime. Fu naenol mashe tun hunse vrudil san pesvin nurursil.

Vir ametbi lihasu warin dinal hikbaja purele erlan kuriel. An iu naen ta rile nan’an si ului da Khalifah dir aman asianen tafa rilsaya hasyin. Van peron seha men manti lusuwa len tenan dursil Asien, Afrah, Yerup, Haust, Amrk, las Dwipala. Tersan berme hurile menka riel eran hesansan diem. Heca loh urse grin tu run feinla sifanen. Ain anduna duad khaeda selle gwah tollen. Boe ral eram cuil viritha lem benan saen tultu lihaen. Uweit gwanan isy nawa haral sanen nath ah nadiin hurul lel basain an uit cuh hiral. 

Anu rigriyan enbanu han boer naidh dum gwantad boelen. Tarcu ile banan vrut thah mushil hanam kenain esel. O lein homor oen henien idhin isyi riil eniye syiril el sila yasyanin. Eliye yasyila dah tanen takaril anion odo ai anorion. Mellon kona riil binar insan manusy latahdi biyal malaik, jinu, pri, centuris, karudasy, ruwan, hwan, three, walluha, maltasi, birmanu, rihasa, sihara, nura las himasya. Undaril umnoin hinante miel tiro ur lela mis emor enderal heyam.

In faen hanen tel elemen for dere siham tan kenan gwin. Istanen heyal seba hiyanur ristenin alfirin nuhiyalen. Nahiran darilda elma i fae lerul naheralen efarule syi nahuwa irnama aren. Anor elah ilahan ed nawil sun intar gril elanin Sri Maharaja Dwipa Eka Mandala Dharma Hyang Gurunabhakti Sri Wikramatungga Arya Wangsa Bhuwana Pasya. Lenan ebaha habur selum ye afrinde ardhon ghanen tain. Naeranle uruma an ulamel tidarendir arendir vit uritem triel sirin. Ue raniyate ush higam jisantu luwin tavradi hulan swen turul.

Galen his amur sinam huri sinul lin nee sirutlah trenor hun. Ullume ar cho nilan tarung wiya sarutu niyema liyan. Tu hima lundura nisa yakali hemil sura ikanen darutal jahim. Monro neranin tilenda sidan he megat arsilta oriella cinhal. Arle liyed hier undulaf ilsyil lum jiyantira siwil. Toltha idamka hensan lier tarukh migayel si dannatah nauva nore syifal kayain.

Marlom bizar tama riil istanen lel mela govan’an tanu likasne. Uwelum dial habigasnen Bhumi ri lekum sahalti miyahre leru. Milah tan hural masiq na
Jawi las Swarna hi Makiram lit izlah yisy inggwen ai duril. Ammen henio guyah si mulwe Nusanta-Ra heyul makte. Weja unho merin swal kintu andelu iven ta kenta hani lu Rupanta-Ra mewsa luru Hasmurata-Ra ofun. El lah safarda men sebahli keske ren her’ul medakh sariel turiwen.

Jambi, 06 April 2017
Harunata-Ra

(Maaf tidak disertakan artinya. Tugasku disini hanya sebatas menyampaikan apa yang bisa dan boleh disampaikan. Silahkan direnungkan)

27 respons untuk ‘Nan’an si ului da Khalifah

    masakoe said:
    April 7, 2017 pukul 6:39 am

    inti maknanya apa mas oediku ???

      oedi responded:
      April 7, 2017 pukul 4:39 pm

      Hmmm.. Tentang perubahan zaman, peradaban dan kondisi dunia nanti mas/mbak Masakoe.. 🙂

    masakoe said:
    April 8, 2017 pukul 3:18 am

    kenapa kok ga’ skalian di artikan mas oediku..

      oedi responded:
      April 9, 2017 pukul 5:19 am

      Saya hanya bisa menyampaikan sesuai protap atau yg diizinkan saja.. Semua ada waktunya sendiri dan tentu ada maksudnya.. Sekarang masih dalam tahap awal yaitu pengenalan aja.. Ada step by stebnya kok.. Harus sabar.. Maaf sebelumnya.. 🙂

    Nadnad said:
    April 8, 2017 pukul 10:58 am

    Kurang lebih mirip sama yg judulnya Madisyali Khulafayah ya?

      oedi responded:
      April 9, 2017 pukul 5:23 am

      Terimakasih atas kunjungannya mas/mbak Nadnad, semoga bermanfaat.. 🙂
      Intinya emang gak jauh berbeda dg yg itu.. Hanya saja disini ada tambahan info yg lainnya.. 🙂

        Nadnad said:
        April 13, 2017 pukul 1:36 pm

        Apakah pesan2 ini (termasuk yg mas sampaikan lewat judul Madisyali) ditujukan untuk Sang Terpilih itu?
        Bagaimana cara mas mendapatkan pesan2 seperti ini? Apakah sang pemberi pesan2 seperti ini berada di dimensi lain dunia (fisik maupun nonfisik)? Maaf kalo saya terlalu ingin tahu. Terima kasih sebelumnya.

        oedi responded:
        April 16, 2017 pukul 2:22 am

        Jawaban untuk pertanyaan pertama: Pesan-pesan itu bukan berasal dari saya, karena saya hanya sebatas menyampaikan saja lewat media tulisan khususnya blog ini. Isinya berlaku untuk semua makhluk, khususnya manusia yang hidup di muka bumi ini sekarang. Tapi mungkin hanya sebagian kecilnya saja yang bisa memahaminya, atau lebih tepatnya yang peduli dan mau mengambil hikmahnya dengan cara merenung lebih dalam.
        Jawaban untuk pertanyaan kedua: Di dunia ini ada ilmu ilmiah dan ada pula ilmu batiniah. Ada yang tampak jelas di mata, tapi ada pula yang hanya bisa terlihat dengan batin (mata ketiga/mata batin). Ada pula yang umum diketahui, tapi ada banyak pula yang tidak diketahui kecuali dengan cara-cara dan metode khusus.. Di bawah kolong langit itu ada banyak dimensi, ada banyak semesta, semuanya saling terhubung dimana Bumi kita adalah pusatnya. Kini sudah waktunya semua diubah dan ditata ulang kembali. Nah mereka yang ada di tempat atau dimensi lain punya kepentingan dengan kehidupan di Bumi ini, karena jika semakin rusak kondisinya maka akan berpengaruh buruk pula di tempat mereka. Untuk memperbaiki semua itu, maka kehidupan di Bumi ini juga harus baik – tepatnya diperbaiki. Caranya dengan menata ulang kembali tatanan yang ada, yang kembali pada hukum Tuhan. Memberi peringatan seperti tulisan diatas adalah salah satu tahapannya. Kedepannya tentu akan ada tahapan yang lainnya, mungkin akan lebih tegas dan keras…

      Dorie said:
      Mei 18, 2017 pukul 7:16 am

      Well done Pa38l#&2u0;I loved the laying in the grass and riding the motorcycle with YaYa the best well thought out, well written and well received! Love Ya’ll (in my best US accent)

    Tufail (@TufailRidha) said:
    April 10, 2017 pukul 4:02 am

    Apa ini masih sama dg bahasa Madisyali, kalau analisa awan saya ada perbedaan gramatikal dan kosakatanya pun banyak beda. Dan juga masih bahasa Syansyakarta? Semoga dunia ini semakin cepat kearah perubahan peradaban yang gemilang dengan puncak keindahan dunia, dengan kepemimpinan dari leluhur kita bangsa Nusantara mungkin beliau ini sang calonnya: Sri Maharaja Dwipa Eka Mandala Dharma Hyang Gurunabhakti Sri Wikramatungga Arya Wangsa Bhuwana Pasya.
    Salam.
    Rahayu Salawasna _/|\_

      oedi responded:
      April 12, 2017 pukul 8:59 am

      Nuhun kang Tufail karena masih mau berkunjung, semoga tetap bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. tentu berbeda sekali kang, sebab bahasa yang dipakai dalam pesan di atas tidak sama dengan yg sebelumnya (Madisyali Khulafayah). Bukan pula dari bahasa Syansyakarta, karena memang berasal dari akar bahasa yang berbeda dan beda pula zamannya.. Artinya, bahasa ini punya akar bahasanya sendiri, beda rumpun dan beda pula yang menggunakannya..
      Tentang nama tokoh, saya gak bisa komentar dulu ya kang, silahkah sampeyan beranggapan begitu, tulisan ini memang menyimpan makna tersirat dan ada tujuan khususnya kok. Hanya akan dipahami oleh yang mau berpikir dan merenungkannya dengan serius.. Tapi yang jelas sang pemuda itu bukan lagi sebagai calon – bahkan gak pernah dalam posisi calon, sebab beliau itu sudah ditunjuk sejak lama, sejak dalam kandungan, dan kini hanya menunggu izin dan perintah dari Hyang Aruta saja untuk mulai bertindak. Beliau itu sangat patuh dan taat kepada-Nya, karena itu gak pernah berbuat yg bukan atas izin dan petunjuk-Nya. Muncul ke permukaan aja gak pernah, masih menyembunyikan diri meski tak pernah sembunyi lantaran hidup di tengah-tengah manusia. Itulah bedanya beliau dengan siapapun di dunia ini. Dan semua kebutuhan untuk merevolusi dunia sudah siap, nunggu komando dari Hyang Aruta saja, perang dan perubahan dunia akan terjadi.
      Rahayu Bagio.. _/|\_

        Lina said:
        Mei 18, 2017 pukul 7:21 am

        How neat! Is it really this sipmle? You make it look easy.

    widya said:
    April 10, 2017 pukul 2:46 pm

    mas oedi,klo tdk ada artinya ,bgmn bisa dipahami/direnungkan?

      oedi responded:
      April 12, 2017 pukul 9:26 am

      Terimakasih mbak Widya atas kunjungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Sebagaimana dalam tulisan di atas, saya sudah meminta maaf karena tulisan ini tanpa disertakan terjemahannya. Saya sadar bila akan ada yang bertanya seperti mbak ini. Dan jujur sebenarnya saya ingin memberikan terjemahannya, tapi belum diizinkan. Ini saya lakukan karena begitulah protap yang harus saya patuhi, dan untuk sekarang terjemahan dari pesan di atas memang belum bisa disampaikan, masih harus menunggu waktu yang tepat. Semua ada waktunya, harus bertahap dan itupun bukan tanpa tujuan, karena memang ada maksud tersirat yang bisa diketahui hanya dengan lebih jauh dalam merenungi.. Dan disini tidak cukup hanya dengan cara mengikuti kebiasaan umum selama ini (harus ada terjemahan dulu baru paham), tapi harus dengan merenung lebih mendalam, jika perlu dengan jalan meditasi atau semedhi dulu. Sudah waktunya sekarang level keilmuan dan kehidupan manusia Bumi mulai ditingkatkan. Karena pesan ini bukanlah hal yang biasa atau sekedar ecek-ecek. Ini sangat berharga dan memang tidak untuk semua orang, terlebih yang tak mau berusaha. Sehingga ada rahasia dibalik rahasia di pesan ini, ada sesuatu yang bisa diketahui hanya dengan membuka diri dan batin sendiri dulu.. Ya gunakanlah rasa hati terdalam, baru akan mengerti. Dan mengerti disini tidak harus mengetahui semua arti dari setiap kalimat dalam pesan di atas. Karena yang terpenting itu adalah tau dulu inti dan garis besarnya dan itu harus terus direnungkan sampai bisa lebih paham lagi… Begitulah seterusnya, karena tidak ada jalan yang instan untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal.. 🙂
      Namun kalau mbak Widya gak berkenan, silahkan abaikan saja pesan ini.. Gak usah ambil pusing biar gak pusing hehe.. 🙂

    Reef said:
    April 18, 2017 pukul 11:59 am

    Salam kenal mas Oedi,
    Kebetulan saya diberitahu oleh saudar tentang blognya mas Oedi dan banyak membuka pengalaman dan pengetahuan saya. Disini saya mencoba mengikuti walaupun tidak bisa dari awal karena karya mas Oedi juga sudah banyak jadi butuh waktu buat penggemar baru seperti saya.
    Saya mungkin bila diisyaratkan manusia, mungkin pengetahuan masih bayi yang bahkan perlu diajarkan kata2 baru, dan perlu banyak jatuh walau untuk berdiri. Msih dalam proses berkenalan dengan diri sendiri.
    Semoga bisa dibantu juga dari tulisan2 mas Oedi. Kalo boleh juga ditulkarkan ilmunya, untuk bisa lebih dekat dengan Sang Hyang Aruta…
    Terima kasih…

      oedi responded:
      April 19, 2017 pukul 1:21 am

      Salam kenal juga mas Reef, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Oh ya? wah saya bersyukur banget karena itu artinya tulisan di blog ini terus menyebar dan semoga bisa selalu mendatangkan manfaat bagi yang mau membacanya.. Semoga mas Reef dan saudaranya itu juga mendapatkan kebaikan dan keselamatan dunia akherat.. 🙂
      Ya pelan-pelan aja mas, sudah mau baca satu artikel saja di blog ini sudah bagus kok.. Kapan ada waktunya aja, dan jangan pula dipaksakan karena sesuatu yang dipaksakan hasilnya takkan baik.. Terlebih memang beberapa artikel di blog ini membutuhkan waktu khusus dan perenungan yg lebih mendalam.. jadi emang kudu pelan-pelan biar pesan dan maknanya bisa didapatkan.. 🙂
      Wah saya pun masih sangat awan dan terus belajar ini mas, di tingkat dasar malah.. Sudah berpuluh tahun ini belajar, namun saya masih belum lulus neh. Padahal masih banyak tingkatan lainnya yang harus dilalui… Jujur, masih ada banyak ilmu yang tak saya pahami, ada banyak pengetahuan yang tak saya mengerti.. Jangankan yg baru, yg lama aja belum begitu paham..
      Waduh.. Saya ini masih terlalu bodoh mas, karena itu kita sama-sama belajar dan mengingatkan aja deh mas.. Bahkan mungkin justru saya yang akan berguru dengan sampeyan nanti.. 🙂
      Rahayu _/|\_

        Reef said:
        April 21, 2017 pukul 9:57 am

        Iya mas Oedi, kan belajar terus sampe tanah menutup jasad. Sekarang selain kenalan sama diri sendiri juga kenalan sama nusantara ini mas, karena banyak sejarah yg sudah diputerbalikkan salah satu jalan juga dari tulisan mas Oedi. Nah kalo boleh tanya, saya lagi posisi menelusuri silsilah saya, mungkin ada saran mas?
        Beberapa tahun yg lalu, sempet kakek saya menuliskan silsilah sampe 15 di atas saya cuma ada yg terputus di urutan 11-12 dari atas. Dan saya juga masih ada keraguan dari yg dituliskan itu. Nah, mungkin mas Oedi punya pengalaman yg bisa dibagikan untuk menelusuri silsilah. Soalnya juga keluarga juga baru tau silsilah tersebut.
        Makasih

        Rahayu 🙏

        oedi responded:
        April 22, 2017 pukul 2:20 am

        Hmmm maaf sebelumnya mas Reef, tentang hal itu saya kurang paham, masih kurang berkompeten… Tapi setahu saya, ada satu cara untuk bisa menelusuri trah keluarga, caranya dengan bertanya langsung kepada para leluhur yang sudah meninggalkan kehidupan dunia nyata ini (kehidupan di Bumi ini).. Masalahnya, seseorang harus terlebih dulu mempelajari ilmu khusus dan laku tirakat yg khusus pula.. Gak mudah dan butuh waktu lama untuk bisa. Dan ilmu itu bersifat sangat rahasia, jarang yang menguasainya.. Rahayu Bagio… _/|\_

    nursidik said:
    April 21, 2017 pukul 8:06 am

    alhamdulillah,..
    salam kenal….

      oedi responded:
      April 22, 2017 pukul 2:09 am

      Salam kenal juga mas Nursidik, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Slamet riyadi said:
    April 27, 2017 pukul 1:00 am

    Mas Oedi,terimakasih sudah memberikan pembelajaran yang bermanfaat bagi saya,semoga saya diperjalankan Tuhan berjumpa langsung dengan panjenengan.

      oedi responded:
      April 27, 2017 pukul 1:57 am

      Sama2lah mas Slamet Riyadi, terimakasih juga karena sudah mau berkunjung, semoga bermanfaat.. 🙂
      Waaah saya ini cuma orang awam yang bodoh mas, gak pantes untuk ditemui karena kondisi saya yg masih memalukan.. Masih banyak kok di luar sana sosok yang lebih layak untuk jenengan temui.. Tapi jika memang sudah takdir Tuhan, kita semua hanya bisa patuh.. 🙂

    Slamet riyadi said:
    April 29, 2017 pukul 8:46 am

    Semoga ditakdirkan Tuhan untuk sinau langsung dengan njenengan yaa mas,artikelnya sangat bermanfaat.Semoga sehat selalu mas Oedi

      oedi responded:
      April 30, 2017 pukul 4:10 am

      Ya semoga saja mas, kita hanya bisa menjalankan apa yg sudah ditetapkan oleh-Nya saja.. takdir dan garis hidup kita 100% milik-Nya, kita gak ada haknya sama sekali. Tapi kalo untuk belajar, waaah saya ini cuma orang awam mas, masih bodoh.. justru saya ingin belajar dg byk orang biar gak bodoh lagi… Jadi sangat blm pantas utk jadi guru atau ngajarin orang lain, gak layak..
      Aamiin.. semoga mas Slamet juga sehat wal afiat, selama dunia akherat.. 🙂

    awan said:
    Mei 2, 2017 pukul 8:14 pm

    Assalamu alaikum mas oedi..
    Sebelumnya terima kasih atas informasi dan ilmu yang dibagikan
    sudah lama tak membaca blognya, karena mencoba memahami dan menerapkan tirakat apa yang mas oedi tuliskan. Mas saya mau tanya tentang beberapa hal yang saya alami mohon sekiranya mas oedi dapat memberi pencerahan, Begini mas saya akhir-akhir ini lebih suka menyendiri mas dan sering bertanya-tanya pada diri seolah-olah kaya percakapan gitu mas, saya heran mas setiap kali ada percakapan saya seolah-olah mendapat pemahaman baru dan saya hanya bisa membiarkan percakapan itu mengalir dan kalau dalam keadaan tidur saya mulai bisa mengendalikan dan mengingat apa yang ada didalam mimpi dan sering mendapatkan pelajaran baru didalam mimpi dengan istilah-istilah yang asing di telinga, Saya juga pernah mas diajak bicara dengan bahasa yang tidak saya kenal/asing ketika dalam mimpi dan saya sadar bisa mengucapkan bahasanya dengan lancar tapi ketika bangun saya bengong ngomong bahasa apa tadi pas tidur(awal-awal dulu). tapi sekarang saya mulai mengingat dan terlihat jelas mimpi itu mas tidak lagi samar.

    mohon mas oedi dapat membantu menjelaskan apa yang saya alami karena saya tidak memiliki guru yang secara fisik, saya kebanyakan membaca artikel, buku-buku, dan memperhatikan alam mencoba untuk menerka ilmunya

    terima kasih

      oedi responded:
      Mei 4, 2017 pukul 1:04 am

      Wa’alaikumsalam mas Awan.. terimakasih utk kunjungannya lagi, semoga ttp bermanfaat.. 🙂
      Wah saya ini cuma orang awam yg gak pengalaman sih mas.. Masih baru belajar kok.. Tapi dari penjelasan mas Awan di atas, kalau saya tidak salah itu menunjukkan bahwa tingkat kesadaran diri sampeyan mulai meningkat dari keadaan umumnya orang awam. Lantaran mau melakukan tirakat hidup secara disiplin, maka kesadaran itu akan terus meningkat. Tanda awalnya kadang terdengar suara-suara (gaib) yang terasa asing dan aneh, atau justru familiar. Suara-suara tersebut bisa jadi berasal dari hati nurani, tapi bisa juga yg berasal dari makhluk dimensi lain. Itu terjadi karena kesadaran seseorang telah berada di ambang batas antara dunia nyata dengan dunia gaib. Suara-suara tersebut bukanlah sengaja mengganggu, karena justru menunjukkan bila diri seseorang sudah mulai berhasil mengubah dirinya menjadi “radio transistor”. Bahkan jika lebih khusyuk lagi, maka seseorang bisa juga melihat sosok-sosok yang berada pada dimensi lainnya – yang selama ini tidak bisa dilihat dengan kasat mata – dan juga bisa langsung berkomunikasi dengan mereka. Nah, pada tahap ini bisa jadi ia mampu menangkap petunjuk-petunjuk yang berasal dari para leluhurnya (orang yang telah moksa). Bentuknya bisa berupa mimpi ataupun secara langsung saat berdiam diri (semedhi, meditasi, tafakur). Inilah keadaan yg sepertinya pernah mas rasakan. Jadi teruskan saja dg sikap yg sabar, tenang dan hati-hati. Tetaplah menjaga niat bahwa semua itu bukan utk mencari kesaktian atau agar menjadi lebih hebat dari orang lain, tetapi hanya utk mengenal diri sendiri dan Tuhan lebih dalam.
      Lalu, kalau mas Awan mau terus disiplin dalam tirakatnya, kemampuan indera keenam itu akan terus meningkat.. Tapi disini, pesan saya harus selalu berhati-hati, karena apa yg ada di dimensi goib itu sgt rentan dg kesesatan.. Ada byk kekuatan khususnya yg negatif yg akan berusaha menarik perhatian masnya utk ngikutin dia. Kelihatannya saja baik padahal cuma jebakan saja, agar diri sampeyan tertipu dan tersesat.. Karena itu sgt perlu seorang guru atau pembimbing yg nyata, yg bisa ketemu langsung dg sampeyan, yg bisa tatap muka langsung dan berdiskusi dg sampeyan. Jadi gak bisa cuma lewat tulisan di internet aja.. Butuh banyak sekali obrolan dan sharing ttg hal ini. Jadi saran saya, sebaiknya mas Awan mencari seorang guru atau pembimbing yg mumpuni dalam olah batin.. Tidak harus paranormal, tapi sosok tersebut adalah orang yg rendah hati dan tidak terlalu terikat dg duniawi.. Mungkin itu aja yg bisa saya sampaikan mas, maaf kalo kurang memuaskan.. Semoga berhasil.. 🙂

      utomo rachmadi said:
      Juni 15, 2017 pukul 7:31 pm

      🙂

Tinggalkan Balasan ke Slamet riyadi Batalkan balasan