Chakra Manggilingan: Saatnya Kehancuran dan Kebangkitan Nusantara

Posted on Updated on

chakraWahai saudaraku. Mekanisme daur ulang (recycle) sudah dimulai di tlatah Nusantara ini. Perputaran ulang dan hukum sebab akibat (karma) telah baku sebagai hukum alam universal yang sudah berulang kali terjadi. Tak bisa lagi ditunda-tunda atau di ulur-ulur oleh kuatnya pengaruh politik, harta dan tahta. Dan kita semua tinggal menunggu waktu akhirnya tiba (puncak kehancuran), yang itu tidak akan lama lagi terjadi.

Ya. Jika digambarkan dalam sebuah lingkaran Chakra Manggilingan, Nusantara sedang menuju pada suatu titik akhir sekaligus sebagai titik awal dalam sebuah putaran roda kehidupan. Artinya, peradaban Nusantara yang dulunya di awali pada masa kerajaan Salakanagara misalnya, maka setelah di format ulang nanti, selanjutnya akan mengulangi (napak tilas) alur sejarah masa lalunya – bahkan sebelum masa berdirinya kerajaan Salakanagara. Itulah babak baru kehidupan dan peradaban di Nusantara ini, yaitu kembali pada sistem ketatanegaraan ke-RATU-an atau ke-DATU-an atau ke-Maharaja-an dan dipimpin oleh seorang Kesatria Utama yang sudah menerima Pulung Goib dari Wahyu Keprabon. Karena pada saat itu, telah terbuka pintu gerbang menuju Nusantara jaya. Namun perlu diwaspadai, karena sebelum pintu “gapura” itu terbuka, tanah Nusantara masih akan melalui masa kritis dimana ia harus melewati fase “goro-goro” (kegaduhan/kehancuran besar) sebagai wujud hukum seleksi alam. Sehingga “Sing sopo lena bakal keno. Sing setiti ngati-ati. Mulo iko kudu eling lan waspada amergo bakal nemu bejo : Siapa yang terlena/lalai akan terkena celaka. Yang teliti harus berhati-hati. Untuk itu harus selalu ingat dan waspada karena itu akan menemukan kebaikan/keselamatan”

Lalu apakah sebenarnya Chakra Manggilingan itu?

Kata Chakra berasal dari bahasa Sanskerta yang bisa diartikan sebagai cakram/roda, sementara kata Manggilingan berasal dari bahasa Jawa yaitu Giling yang berarti berputar/menggerus. Sehingga bila digabungkan, maka istilah Chakra Manggilingan itu berarti gambaran dari cakram/roda yang berputar. Sedangkan esensi dari Chakra Manggilingan ini sendiri adalah waktu, dimana ia-lah yang membuat semuanya terjadi. Dan perubahan-perubahan yang terjadi sudah menjadi kodrat kehidupan di dunia ini. Bahkan ketika manusia tercipta dan turun ke Bumi juga harus melaluinya dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Kejadian-kejadian yang akan dialami semuanya pun hanya tinggal menunggu waktunya terjadi. Sehingga konsepsi waktu sangatlah penting, bahkan kehidupan manusia di dunia ini pun dibatasi oleh waktu.

Sehingga, Chakra Manggilingan disini adalah filosofi atau keyakinan tentang berputarnya roda kehidupan baik mikro maupun makro. Demikian pula dengan berputar dan terbatasnya periode zaman serta lamanya sebuah kekuasaan atau peradaban. Bahkan setiap orang pun berada pada lingkaran Chakra Manggilingan-nya masing-masing, yang ia tidak akan bisa menghindar walau pun hanya sejenak.

Selain itu, bentuk melingkar pada Chakra Manggilingan, atau bentuk lain yang tertutup itu membuat suatu keseimbangan. Bila salah satu bagian tidak berfungsi sesuai dengan peran dan atau kecepatan berputarnya, maka keseimbangan itu akan terganggu dan bahkan bisa hancur. Bilamana masih memungkinkan, maka akan dilakukan perbaikan (recovery) pada titik kerusakan itu hingga pulih kembali, atau terjadi keseimbangan baru. Jika tidak bisa, maka akan datang perubahan atau revolusi besar dan pemurnian total. Setelah proses cepat itu terjadi secara menyeluruh di semua wilayah, barulah muncul kehidupan yang baru yang akan dimulai dari awal lagi. Inilah masa yang sedang dan akan dialami bangsa ini.

thomas-kincaid-paradise-landscape-painting

Ya. Masyarakat Nusantara, khususnya Jawa, harus mempunyai kesadaran akan pentingnya pemahaman tentang Chakra Manggilingan ini. Sebab, dengan itu mereka bisa selalu siap dengan keadaan yang akan dihadapi, baik atau buruknya. Dengan memahami esensi Chakra Manggilingan yang tidak lain adalah waktu kehidupan yang terus berputar, maka kita bisa mempersiapkan diri kita untuk tidak larut dalam kebahagiaan atau kesedihan yang sedang dihadapi. Berlebihan dalam menikmati kebahagiaan duniawi ini bisa melupakan dan menyesatkan diri kita, begitu pula sebaliknya, jika terus larut dalam kesedihan atau keterpurukan, maka kita hanya akan jalan ditempat dan tidak mungkin bisa membawa perubahan yang baik.

Untuk itu, dengan memelihara pikiran yang positif yaitu menerima kenyataan dan melakukan yang terbaik untuk saat ini, tentu akan membuahkan hasil di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa masa depan ditentukan dari sikap dan pilihan kita saat ini – dan tentunya mempertimbangkan pengalaman di masa lalu. Sehingga manusia Nusantara juga dituntut untuk dapat melakukan “TRI WIKRAMA” dalam artian mampu mempertemukan tiga kekuatan yang ada dalam dirinya; yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dengan begitu, orang yang dapat mengambil pelajaran pada setiap masa yang telah dilalui dan saat ini dapat menjadi manusia yang memiliki pola pikir jangka panjang (visioner), sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih baik. Sebaliknya, jika mengabaikan sejarah dan masa kini, maka masa depannya akan suram dan berakhir pada kemusnahan.

Jadi, sebagai manusia yang berakal, maka siapapun harus mau “nggelemi kahanan” (mau menerima kenyataan) yang sudah, sedang dan akan terjadi nanti. Itulah kunci untuk mempersiapkan diri kita agar siap menghadapi kenyataan yang ada. Dan terkait hal ini, maka pemahaman tentang adanya Chakra Manggilingan dalam kehidupan dunia tentu sangat membantu. Karena ketahuilah, setiap periode zaman itu akan berakhir dan berganti yang baru. Peradaban atau sebuah kaum dan bangsa pun bisa digantikan dengan yang baru. Begitu pun dengan sistem ketatanegaraan, maka jika sudah tiba waktunya atau sudah tidak lagi sesuai dengan perikehidupan yang sejati, maka akan berganti dengan yang baru. Dan di Nusantara ini hal itu akan segera terjadi, tidak lama lagi, karena tanda-tandanya sudah semakin jelas terlihat dan bisa dirasakan langsung (secara lahir maupun batin).

Tapi mungkin banyak yang tidak setuju dengan hal ini, namun demikian Chakra Manggilingan akan terus berputar dan posisi “jarum rodanya” sudah hampir tiba di batas terendah akhlak manusia untuk kemudian mulai balik ke atas menuju kemuliaan. Dan sekarang ini pergerakannya semakin kencang turunnya, yang disebabkan oleh perilaku akhlak manusia yang semakin buruk/parah. Nah, pada saat “jarum” Chakra Manggilingan itu tiba di titik nadir kehidupan, maka pada saat itulah akan datang “goro-goro (kehancuran/kegaduhan besar)” dimana-mana. Setelahnya barulah akan ada kebangkitan menuju Nusantara yang gemilang.

# Kajian supranatural tentang Chakra Manggilingan
Wahai saudaraku. Dari sudut pandang batiniah (supranatural), maka Chakra Manggilingan itu adalah piranti yang ada di alam goib yang berhubungan langsung dan berpengaruh pada kehidupan nyata. Dari sisi fungsinya, Chakra Manggilingan ini adalah alat untuk memutar perubahan zaman. Perubahan masa untuk menuju ke arah situasi atau suatu keadaan yang dikehendaki-Nya. Dan yang bisa melakukannya adalah seorang yang terpilih, yaitu sosok mulia yang mengemban tugas dari Hyang Aruta (Tuhan YME).

Di jagat raya ini ada dua jenis Chakra Manggilingan. Yaitu:

1. Chakra Virhawaya
Chakra ini tertancap di dasar Bumi dengan kekuatan energi Bumi. Bentuknya bisa digambarkan mirip dengan bentuk cakram yang pada bagian tengahnya ada semacam tiang/tugu yang agak berulir. Di puncak tiang/tugu itu lalu terdapat bentuk seperti kuncup bunga kantil yang pada bagian paling atasnya lagi terdapat batu merah delima – sehingga kobaran energi yang terpendar pun berwarna merah. Warna merah berarti gelora semangat, tetapi dalam masa tertentu akan lebih mewakili warna darah. Sehingga dalam fase perubahannya membutuhkan pertumpahan darah meskipun perubahan tetap terjadi. Contoh dalam hal ini adanya perang dahsyat di masa kehidupan Sri Rama dalam kisah Ramayana atau perang besar di masa kehidupan Sri Krisna dalam kisah Mahabharata atau juga Perang Dunia ke-I dan II yang memakan korban nyawa puluhan juta orang, hingga pada peristiwa Revolusi Indonesia tahun 65-an yang telah memakan korban nyawa lebih dari 6 juta orang.

2. Chakra Virahaya
Chakra ini berada di angkasa dengan kekuatan energi alam semesta. Berbentuk cakram yang dibagian tengahnya terdapat tiang/tugu bulat polos. Pada puncak tiang/tugunya terdapat bentuk seperti kubah masjid, lengkap dengan ulir dan lubang angin di sela-sela putaran ulirnya. Lubang angin ini menjadi sumber kekuatan putaran energi. Pada puncak bentuk kubah itu terdapat pula batu bening berwarna biru langit, sehingga energi yang dipancarkan juga berwarna biru langit. Warna ini mendasari kekuatan laku tirakat, prihatin dan daya guna. Contoh dalam hal ini adalah masa berdirinya kerajaan Medang Kamulan atau kerajaan Salakanagara atau kerajaan Sriwijaya atau kerajaan Majapahit. Yang ketika itu berhasil membawa manusia Nusantara pada puncak kejayaannya.

Ya. Pada dasarnya kedua Chakra Manggilingan ini adalah piranti yang bisa dimiliki oleh seseorang. Ia bisa didapatkan setelah seseorang mencapai pencerahan dan berhasil melewati tahapan pencapaian unsur-unsur alam, yaitu api, air, angin/udara, tanah, logam, dan cahaya. Biasanya yang paling mudah di peroleh adalah energi air dan tanah, sedangkan energi api diperoleh saat terakhir. Siapapun yang berhak mengendalikan chakra-chakra ini adalah sosok yang memang mumpuni di bidang pengolahan energi alam.

Namun dari zaman ke zaman, biasanya kedua Chakra ini (Virhawaya dan Virahaya) hanya diputar satu persatu, tidak pernah sekaligus dalam waktu bersamaan. Kadang hanya yang Chakra Virhawaya atau di lain waktu hanya Chakra Virahaya saja. Tidak pula pernah terjadi di waktu yang sama ada dua sosok pemutar kedua Chakra Manggilingan ini. Karena biasanya hanya ada satu orang untuk sebuah periode. Tapi atas kehendak Tuhan Yang Maha Agung, khusus di zaman kita sekarang ini, maka kedua Chakra itu akan serentak diputar oleh dua orang yang terpilih. Itu nanti jika sudah waktunya, tidak akan lama lagi.

Selain itu, tentunya ada perbedaan dari kedua jenis Chakra Manggilingan ini. Perbedaan dari keduanya adalah pada bagian puncaknya, jika yang pertama ditandai dengan ujung batu berwarna merah yang menyiratkan api, tanah, logam, dan darah, maka yang kedua adalah batu berwarna biru langit, simbol perpaduan kekuatan air, angin/udara, cahaya dan langit. Jika Chakra Virhawaya di putar, maka akan terjadi banyak gejolak dan pertumpahan darah meski perubahan akan tetap terjadi. Sedangkan jika yang diputar adalah Chakra Virahaya, maka akan ada perubahan tapi lebih nyaman dan tidak banyak gejolak. Hal ini disebabkan oleh kekuatan energi yang disebarkan memang bersifat lembut dan halus. Di putarnya Chakra Virahaya ini juga menandakan akan datang masanya kebangkitan dan kejayaan yang sangat besar dalam kehidupan manusia.

Capture
Ya. Energi-energi yang terpendar inilah yang mampu mempengaruhi pola pikir banyak orang, bahkan rakyat sebagian besar negeri untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh “pemilik” Chakra Manggilingan. Dan di setiap zamannya akan ada satu orang atau di zaman kita sekarang ada dua orang yang mendapat kesempatan memegang/mengendalikan Chakra Manggilingan ini. Tentunya mereka itu adalah sosok yang terpilih dan tidak bisa sembarangan orang. Karena sejatinya yang mendapatkan anugerah besar itu adalah pribadi yang juga menjalankan tugas dari Hyang Aruta (Tuhan YME). Kadang di antara mereka ada yang muncul kepermukaan seperti halnya Sri Krisna di masa kisah Mahabharata, tetapi lebih banyak lagi yang tidak dikenali oleh siapapun, bahkan oleh keluarga dan tetangganya sendiri. Mereka hanya cukup menjalankan tugas, yaitu memutar Chakra Manggilingan sesuai dengan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Nah, terkait dengan keadaan zaman kita sekarang, maka sudah ada sosok yang mendapatkan hak dan tugas untuk mengendalikan Chakra Manggilingan itu. Dan khusus di akhir zaman ke tujuh ini, maka ada dua sosok sekaligus yang bertugas memutar kedua Chakra Manggilingan itu. Berdasarkan petunjuk dari Tuhan YME, satu dari mereka sudah mulai memutar Chakra Virhawaya. Karena itulah dimana-mana kini sering terjadi bencana besar dan banyak perang. Selanjutnya, nanti yang kedua akan memutar Chakra Virahaya untuk membangkitkan kejayaan dan peradaban manusia, khususnya di Nusantara.

*****

Wahai saudaraku. Segala sesuatu akan berubah seiring dengan berjalannya sang waktu, mengikuti siklus tertentu. Bumi tempat kita tinggal juga bergerak seiring dengan Matahari mengitari pusat Galaksi, membentuk pergantian musim dan tahun. Begitu pun dengan kehidupan peradaban manusia. Yang berbuah pada hari ini adalah hasil dari tabur benih yang kita lakukan dimasa lalu, dan apapun yang kita lakukan saat ini akan dipanen di hari esok atau di masa depan, cepat atau lambat.

Ya. Bentuk melingkar Chakra Manggilingan mengisyaratkan keseimbangan dalam setiap lintasannya. Kehidupan alam fisik maupun alam sosial berputar silih berganti bagai roda pedati. Di dalam kehidupan kita, banyak hal yang merupakan manifestasi dari Cakra Manggilingan; contohnya orang muda akan menjadi tua, yang kaya bisa tiba-tiba menjadi miskin dan yang miskin bisa mendadak kaya, kekuasaan ada masa berlakunya bahkan sebelum waktunya berakhir, dan yang hidup akan mengalami kematian cepat atau lambat, sehingga tak ada lagi yang dapat dibanggakan kecuali amal dan ibadah suci.

Oleh sebab itu, Chakra Manggilingan membantu kita dalam mencermati siklus kehidupan alam sekitar dan juga yang ada di dalam diri kita sendiri. Pun mengingatkan kita agar selalu bersikap eling lan waspodo atau mawas diri agar tetap berada di jalan yang benar dan akhirnya selamat. Sebab, ketika kita berada pada posisi puncak, maka dengan mengingat esensi dari Chakra Manggilingan, kita bisa selalu waspada dan berusaha agar perputaran sang chakra tetap mengarah ke atas, atau setidaknya, memperlambat perputaran roda yang mengarah ke bawah sambil berusaha agar cakram yang menggelinding itu berbalik arah – kembali naik ke atas. Sebaliknya, ketika kita berada pada titik nadir, kita akan tetap optimis dan termotivasi agar selalu berusaha mencapai posisi teratas – tentunya dengan cara yang benar dan halal.

Semoga kita bisa selamat atau diselamatkan saat proses pergantian zaman terjadi. Dan beruntunglah bagi siapa saja yang mau mempersiapkan diri sejak saat ini, sehingga berhasil melalui transisi zaman ini untuk tiba di zaman yang baru nanti dengan selamat.

Catatan: Mungkin sebagian dari isi tulisan ini – khususnya tentang kajian supranatural Chakra Manggilingan –  akan sulit dipahami oleh beberapa orang pembaca. Karena itulah, sebelum Anda menilai atau menghakimi, mari lebih banyak sinau lagi tentang berbagai ilmu dan pengetahuan yang sejati. Kembangkanlah cakrawala berpikir, dengan begitu niscaya Anda akan lebih bijaksana.

Jambi, 18 Mei 2016
Mashudi Antoro (Oedi`)

16 respons untuk ‘Chakra Manggilingan: Saatnya Kehancuran dan Kebangkitan Nusantara

    […] Sesungguhnya ketiga zaman itu (Kali Swara, Kali Yoga, Kali Sangara) selalu berada di dalam lintasan Chakra Manggilingan. Artinya, apa yang terjadi di dalam setiap zamannya itu akan terus terulang hingga nanti berakhir […]

    oedi said:
    November 14, 2016 pukul 10:34 am

    Terimakasih banyak bro atas wawasannya.. setelah ane baca dan pasangin dengan puzzle-puzzle dalam pikiran yang membuat ane penasaran kok sepertinya sangat masuk akal sekali dengan apa yang telah diuraikan diatas. Semoga kita semua masih diberikan waktu untuk memperbaiki diri.

      arkzn said:
      November 14, 2016 pukul 10:37 am

      walah, salah ngisi identitas hehe

        oedi responded:
        November 17, 2016 pukul 5:06 am

        Hehehe… iya saya sempat kaget liat kok Oedi komentar utk Oedi? nyante aja gan hehe.. 🙂

      oedi responded:
      November 17, 2016 pukul 4:58 am

      Terimakasih mas/mbak arkzn atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Aamiiin… semoga demikian.. 🙂

    maruf Aditya said:
    September 25, 2019 pukul 3:49 pm

    kolo bendu, kolo tidho, 25 September 2019 mungkin goro-goro, semoga tak lama lagi kolo subo..

    Ya Rahman.. aku bertaubat kembali kepadamu dari dosa-dosa yang telah kulakukan, dan dari dosa-dosa yang akan selalu datang bermunculan, aku bertaubat kepdamu Rabbi, karena kepadamu jua aku kembali.

      Harunata-Ra responded:
      September 26, 2019 pukul 6:09 am

      Ow gitu ya mas Maruf, terima kasih atas kunjungannya.. Semoga kita termasuk orang2 yg beruntung.. 😊🙏

    Suryo said:
    November 30, 2019 pukul 5:11 pm

    Mungkinkah kedua Chakra Manggilingan diputar oleh orang yg sama?

      Harunata-Ra responded:
      Desember 28, 2019 pukul 1:42 am

      Terima kasih mas Suryo atas kunjungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Mungkin aja mas, karena gak ada yg gak mungkin di dunia ini, apalagi kalo DIA sudah berkehendak, apapun pasti terjadi meskipun itu keluar dari kebiasaan selama ini..

    Ajeng Dewanthi said:
    April 6, 2020 pukul 3:33 am

    Apakah saya bisa mengetahui dari mana submerso anda? saya sangat tertarik dengan artikel ini. saya akan sangat berterimakasih atas infonya, karena dengan mengetahui sumber tersebut penelitian saya bisa saya lanjutkan. Terimakasih.

      Harunata-Ra responded:
      April 6, 2020 pukul 7:36 am

      Maksudnya? karna kalo dalam bahasa Portugis kata submerso itu artinya tenggelam loh..

        Ajeng Dewanthi said:
        April 19, 2020 pukul 2:17 pm

        Maaf. Maksud saya dari mana sumber anda.

    Oentara said:
    Mei 31, 2020 pukul 8:22 am

    2020, sedang terjadi goro goro ontran ontran e jagat…yang berhak memutar cakra manggilingan saat ini apa eyang sabdo palon dan satrio piningit?

      Harunata-Ra responded:
      Mei 31, 2020 pukul 12:16 pm

      Hmm tidak keduanya..

    […] siapapun untuk mendekat, tunduk, dan menerima perintahnya. Dirinya juga bisa mengendalikan kedua Chakra Manggilingan yang ada (Virhawaya dan Virahaya) dengan mudahnya. Namun terkadang ia pun tidak harus langsung memutar satu atau kedua Chakra […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (1) « Perjalanan Cinta said:
    September 19, 2023 pukul 3:32 am

    […] daya) tersebut bertanggungjawab untuk pembuatan “roda-roda alam semesta raksasa” (Chakra Manggilingan) yang sekarang tetap dalam proses evolusi astronomi itu. Namun demikian, kemampuan mereka untuk […]

Tinggalkan Balasan ke oedi Batalkan balasan