Arsitek dan teknologi dari hewan mengalahkan kemampuan terbaik manusia

Posted on Updated on

Sungguh tiadalah sebanding apa yang telah Allah SWT lakukan dalam kehidupan di alam semesta ini. Tentang apa yang telah Dia tentukan dalam kodrat setiap hamba yang menjalani kehidupannya masing-masing. Contohnya saja, ada beberapa makhluk kecil yang ternyata memiliki kemampuan luarbiasa sehingga manusia pun harus berlajar dari mereka. Setiap detil perilaku dan hasilya tidak perlu dipertanyakan lagi karena begitu akurat.

Berikut diberikan beberapa contoh keagungan karya mereka:

1. Karya arsitektur rayap yang mengagumkan
Setiap orang pasti terkagum-kagum melihat sarang rayap yang dibangun di atas tanah. Sarang rayap merupakan keajaiban arsitektural yang menjulang setinggi 5-6 meter (mungkin patut untuk masuk daftar 7 keajaiban dunia yang baru selain Pulau Komodo). Di dalam sarang ini terdapat sistem-sistem canggih untuk memenuhi seluruh kebutuhan rayap yang tidak boleh terkena sinar matahari karena struktur tubuhnya. Di dalamnya ada sistem ventilasi, saluran-saluran, ruang larva, koridor-koridor, ladang pembuatan jamur khusus, pintu ke-luar darurat, ruang untuk musim panas dan musim dingin. Singkatnya, semua ada. Yang lebih menakjubkan lagi, rayap yang membangun sarang ajaib ini ternyata buta.

Meskipun buta, rayap berhasil mengerjakan proyek arsitektural yang berukuran lebih dari 300 kali ukuran tubuhnya. Ada karakteristik lain yang menakjubkan: jika sebuah sarang rayap kita bagi menjadi dua pada tahap awal konstruksinya, dan kemudian menyatukannya kembali setelah beberapa saat, akan kita lihat bahwa semua lorong, saluran dan jalannya menyambung kembali. Rayap meneruskan pekerjaan seolah-seolah tidak pernah terjadi pemisahan. Bila sarang mereka rusak karena alam ataupun karena ulah manusia, mereka akan bisa memperbaikinya dengan cepat.

Untuk masalah keamanan rayap akan menempatkan sekelompok rayap tentara (penjaga),yang memiliki bentuk kepala besar yang dilengkapi dengan capit besar. Mereka akan memeriksa apapun yang masuk dan menyerang bila itu merupakan penyusup yang berbahaya. Ratu rayap berada pada suatu kamar khusus jauh dibawah tanah (biasanya sekitar kurang lebih 1 meter kebawah), sehingga cukup aman dari sinar matahari dan predator di atas tanah. Bahkan semutpun tidak bisa masuk kedalam sarang rayap. Dan saya yakin relatif lebih aman dari pada keamanan hotel JW Marriot dan Ritz Carlton milik manusia.

Sama seperti lebah, laba-laba dan hewan lainnya. Kemampuan mereka itu bukan kebetulan dan bukan evolusi, seperti yang dikatakan Evoluionis seperti Darwin. Mereka tidak belajar, tidak mengingat, tidak sekolah dan bahkan mereka tidak punya otak untuk melakukannya. Kemampuan mereka adalah anugerah yang diberikan Tuhan mereka Allah SWT. Sangat jelas hal ini juga merupakan salah satu tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah SWT .

2. Lebah madu: Sang arsitek dan penari ulung
Di antara makhluk paling memukau di alam ini adalah lebah madu, makhluk mungil yang menghidangkan kita sebuah minuman yang sempurna, yaitu madu yang dihasilkannya.

Lebih Hebat dari Ahli Matematika
Lebah madu hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Tapi, pernahkah kita berpikir, mengapa mereka membuat kantung-kantung dengan bentuk heksagonal?

Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik! Cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal.

Mari kita bandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya, dan lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya. Kantung madu berbentuk segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk geometris tersebut, yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal.

Karena alasan inilah, walaupun bentuk-bentuk tersebut menutupi luasan areal yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan baku lilin dalam jumlah paling sedikit.

Hal lain yang mengagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama di antara mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Bila seseorang mengamati sarang lebah yang telah jadi, mungkin ia berpikir bahwa rumah tersebut terbangun sebagai blok tunggal. Padahal sebenarnya, lebah-lebah memulai membangun rumahnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu di tengah-tengah. Tidak ada kesalahan sedikitpun pada tempat di mana mereka bertemu.

Lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada saat membangun rumahnya. Suatu rongga dengan rongga di belakangnya selalu dibangun dengan kemiringan tiga belas derajat dari bidang datar. Dengan begitu, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas. Kemiringan ini mencegah madu agar tidak mengalir keluar dan tumpah.

Berkomunikasi dengan Menari
Untuk mengisi kantung-kantung ini dengan madu, lebah harus mengumpulkan nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat. Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga. Mendapatkan bunga-bunga ini pun adalah pekerjaan berat tersendiri. Oleh karenanya, koloni lebah memiliki sejumlah lebah pemandu dan lebah pencari makan. Bagaimana lebah pencari makan menemukan bunga di wilayah yang begitu luas dibanding ukuran tubuh mereka? Bagaimana mereka menemukan jalan kembali ke sarang tanpa tersesat? Bagaimana mereka memberitahu lebah-lebah lain tentang arah sumber bunga? Tatkala kita berusaha menjawab beragam pertanyaan ini, kita akan sampai pada kenyataan yang sungguh menakjubkan.

Ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya dari lebah pemandu ini adalah untuk kembali ke sarang dan memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan kumpulan bunga tersebut. Segera setelah lebah pemandu kembali ke sarangnya, ia mulai memberitahukan lokasi sumber bunga yang ia temukan kepada lebah-lebah lain. Pertama, ia membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari bunga untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu ia memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian. Lebah pemandu mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Sulit dipercaya, tapi gerakan dalam tarian ini memberikan lebah-lebah lain informasi tentang lokasi sumber bunga. Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah bagian atas sarang, maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut. Jika lebah menari ke arah kanan, maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada tepat sembilan puluh derajat ke arah kanan.

Tetapi ada satu pertanyaan, lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan posisi matahari, padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit matahari bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini. Tapi, pengamatan menunjukkan bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan matahari. Ketika lebah pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam setiap empat menit, sudut yang mereka beritahukan juga bertambah satu derajat ke barat. Berkat perhitungan yang luar biasa ini, para lebah tidak pernah tersesat.

Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk kepada lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat. Mereka membawa perbekalan sari-sari makanan yang sekedar cukup untuk menempuh jarak ini, dan kemudian memulai perjalanan.

Perilaku mengagumkan dari para lebah ini telah diuji dalam sebuah penelitian di California. Dalam penelitian ini, tiga wadah berisi air gula diletakkan di tiga tempat yang berbeda. Sesaat kemudian, lebah-lebah pemandu menemukan sumber makanan tersebut. Lebah pemandu yang mendatangi wadah pertama diberi tanda titik; yang mendatangi wadah kedua ditandai dengan garis, dan yang mendatangi wadah ketiga diberi tanda silang. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah dalam sarang tampak mengamati dengan cermat para lebah pemandu ini. Para ilmuwan lalu memberi tanda titik pada lebah-lebah yang mengamati lebah pemandu bertanda titik, dan demikian halnya, mereka juga memberi lebah-lebah lain tanda yang sama dengan yang ada pada lebah pemandu yang mereka amati. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah bertanda titik mendatangi wadah pertama, yang bertanda garis tiba di wadah kedua dan yang bertanda silang di wadah ketiga.

Jadi, terbukti bahwa lebah-lebah dalam sarang menemukan arah berdasarkan informasi yang sebelumnya telah disampaikan oleh lebah-lebah pemandu.

Segala fakta ini hendaknya direnungkan dengan seksama. Dari mana lebah-lebah memperoleh kemampuan berorganisasi yang menakjubkan? Bagaimana seekor serangga mungil yang tak memiliki kecerdasan atau sarana berpikir mampu bertugas sebagai pencari makanan? Bagaimana ia dapat berpikir untuk mencari sumber makanan dan kemudian memberitahukannya kepada rekan-rekan sesarangnya? Bahkan jika ia dianggap mampu memikirkannya, bagaimana ia dapat menciptakan tarian untuk memberitahu yang lain tentang lokasi dan jarak sumber makanan? Bagaimana lebah-lebah dalam sarang mampu memahami arti gerakan dan getaran rumit dari lebah-lebah pemandu ?

Teori Evolusi Darwin yang mengklaim bahwa kehidupan di bumi terjadi secara kebetulan, tak mampu menjawab beragam pertanyaan ini. Segala keahlian khusus lebah ini menunjukkan bahwa Penciptanya telah memberikan semua sifat ini kepada mereka.

Allah menciptakan, dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan mereka. Fakta ini dinyatakan dalam Alquran:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An-Nahl [16] ayat 68-69)

3. Sarang Bendungan Berang–berang
Bendungan berang–berang dibuat sebagai perlindungan terhadap predator, seperti coyotes, serigala dan beruang, dan untuk memberikan kemudahan akses ke makanan selama musim dingin. Berang–berang selalu bekerja di malam hari dan produktif pembangun, membawa lumpur dan batu dengan bagian depan dipagari dengan kayu yg dipotong dengan gigi.

4. Sarang Burung Penenun
Burung penenun membangun sarang permanen pada pohon dan objek lainnya yang tinggi. Sarang ini akan cukup besar untuk rumah puluhan keluarga burung, berisi beberapa generasi sekaligus.

Sarang yang sangat terstruktur memberikan burung rasa yang lebih nyaman dibanding kondisi di luar. Pusat kamar tetap panas dan digunakan untuk malam hari dan mengerami telur. Luar ruangan yang digunakan untuk berteduh di siang hari.


Karena itu, menghancurkan sebuah bendungan beaver tanpa mengeluarkan berang–berang sulit, terutama jika bendungan hilir adalah sebuah penginapan aktif. Berang–berang dapat membangun dasar seperti bendungan dalam semalam.

5. Sarang Semut dan Arsitekturnya
Komplek sarang semut dibangun oleh banyak anggota koloni. Sarang semut dibangun di bawah tanah atau di atas pohon. Sarang semut ini dapat ditemukan di dalam tanah, di bawah batu atau kayu dan di dalam batu berongga. Bahan yang digunakan untuk pembangunan adalah tanah dan tanaman.Sarang semut selalu dijaga ketat, jadi jangan sampai mengganggunya.

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh” (QS. An-Naml [27]:17-19)

Analisa semut salah satu makhluk mungil yang memberikan berjuta pelajaran, adalah makhluk yang sehari-hari sangat sering berinteraksi dengan kita. Karena mungilnya, semut barangkali merupakan makhluk yang paling sering diremehkan oleh manusia. Dijelaskan pada ayat di atas, perkataan seekor semut yang takut terinjak, karena manusia seringkali tidak menyadari keberadaan mereka. Hal yang menakjubkan, adalah bahwa semut-semut itu seolah-olah telah memahami dan tidak menyalahkan Nabi Sulaiman as. dan pasukannya, apabila mereka tanpa sengaja menginjak sarang, bahkan tubuh semut itu sendiri. Suatu kearifan besar yang dapat dipelajari dari makhluk yang kecil ini.

Karenanya, pada pembahasan mengenai arsitektur sarang semut ini, kita akan menggali sebagian kecil dari keajaiban dan pelajaran yang sejak lama telah ditujukan kepada manusia, agar terhindar dari kesombongan diri, yang sebagian disebabkan oleh ketidaktahuan akan kebesaran Allah swt.

Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dari ayat di atas dapat dipahami bahwa semut merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan berkelompok. Di antara keunikan yang dimiliki hewan ini, adalah ketajaman indra, sikap hati-hati dan etos kerja yang sangat tinggi. Mereka memiliki sistem kehidupan sosial yang sangat kompleks, dengan teknologi, sistem kerja, kedisiplinan, jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat sulit untuk diterapkan di dunia manusia, bahkan dalam suatu perusahaan internasional, ataupun dunia militer. Peradaban masyarakat semut yang kompleks terwujud pula dalam hasil-hasil ‘kebudayaan’ mereka, yaitu sarang yang memiliki tingkat perencanaan setara dengan perencanaan kota bagi manusia, bahkan jauh lebih teratur dan sistematis. Sebagian koloni semut membangun sarangnya meliputi daerah yang sangat luas. Pada zaman nabi Sulaiman as., mereka tinggal di suatu daerah yang disebut oleh Al-Qur’an sebagai lembah semut, dikarenakan luasnya daerah cakupan sarang-sarang mereka.

Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan sarang semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh ruang yang terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna. Ruang yang memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah, memperoleh sinar matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Ruang-ruang yang membutuhkan akses yang cepat dan senantiasa berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-gudang penyimpanan bahan makanan mudah dicapai dan terhindar dari kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya, terdapat ruang yang cukup luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan pengikat ruang-ruang lainnya.

Sistem ventilasi atau penghawaan dalam sarang semut pun merupakan bukti dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT ini. Di dalam buku ‘Keajaiban pada Semut’, dipaparkan bahwa bagian-bagian ruang yang dekat dengan permukaan tanah dipenuhi oleh kebun jamur. Sementara itu, ruang-ruang yang lebih luas dan terletak lebih dalam menampung sisa-sisa tumbuhan yang membusuk. Uniknya, beberapa ruang mengandung tanah lebih banyak daripada bahan organik. Hal ini disebabkan, tanah diperlukan sebagai penutup untuk limbah-limbah berbahaya. Udara panas hasil pembakaran keluar dari ruang pembuangan ini, sehingga udara yang sejuk dan kaya oksigen terserap ke dalam sarang.

Semut dan Cara Pengenalan Ruang
Dari surat An-Naml ayat 18 yang telah disebutkan, kita juga dapat mengetahui, bahwa di dalam komunitas semut terdapat suatu sistem komunikasi yang menghubungkan seekor semut dengan semut-semut lain dalam jangka waktu relatif cepat. Penelitian ilmiah menyebutkan, bahwa semut memiliki beberapa cara dalam berkomunikasi, yaitu dengan isyarat kimiawi, bau, sentuhan dan isyarat bunyi. Harun Yahya menyatakan, dengan beberapa metode komunikasi ini, semut ibarat manusia yang menguasai tiga sampai empat bahasa sekaligus.

Proses komunikasi pada hewan-hewan sejenis semut yang hidup berkelompok, digolongkan dalam beberapa kategori, di antaranya mengambil posisi siaga, bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali dan mendeteksi kasta. Dalam proses mengenali ruangan di dalam sarangnya, semut tidak pernah mengalami kesalahan dalam mendeteksi jenis ruang dan kemana ia harus menuju. Semut-semut berjalan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seekor semut pekerja tidak akan pernah salah membawa bahan makanan ke ruang pemeliharaan larva. Metode yang digunakan oleh semut-semut ini untuk mengenali ruang, ialah dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, upaya eksplorasi ruang dalam arsitektur juga mengenal beberapa metode yang ditemui pada saat semut mengidentifikasikan ruang-ruang di dalam sarangnya. Selain dengan penglihatan, ternyata ruang juga dapat dieksplorasi dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi. Sebuah ruang dapat dikenali luasannya dari kemampuannya memantulkan bunyi, atau efek audio yang dihasilkannya. Dengan sentuhan, seorang tuna grahita dapat membedakan ruang dari perbedaan permukaan dinding dan lantai. Begitu pula dengan bau yang dimiliki oleh setiap ruang. Di dalam sebuah rumah tinggal yang sederhana, misalnya, kita dapat membedakan ruang dapur, kamar mandi atau kamar tidur dari bau yang tercium di dalamnya. Aspek eksplorasi ruang ini menjadi sangat penting, terutama apabila kita merancang suatu bangunan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.

Antara Sarang Semut dan Rumah Sakit
Dari aspek tata ruang dan sirkulasi, pengaturan zona pada sebuah sarang semut dapat dikatakan mirip dengan penataan sirkulasi rumah sakit. Zona-zona ruang pada sarang semut dapat dikatakan jauh lebih teratur, karena tidak terdapat perpotongan-perpotongan sirkulasi yang tidak diperlukan. Ruang-ruang pengeraman dan perawatan larva serta ruang tempat ratu semut bertelur terletak di area privat dengan jalur yang buntu, sehingga tidak dilalui oleh semut-semut lain yang tidak bertugas di area itu.

Dalam proses perancangan rumah sakit, sistem pengaturan semacam ini juga telah dikenal. Terdapat semacam jalur-jalur cul de sac (jalur buntu) untuk menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan dan privasi tinggi, misalnya ruang bedah, ruang bersalin dan ruang rawat intensif (ICU). Dengan cara ini, diharapkan pengunjung rumah sakit yang tidak berkepentingan tidak melewati ruang-ruang tersebut. Satu hal yang menyebabkan pengaturan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit menjadi rumit, adalah adanya kebutuhan untuk memisahkan jenis-jenis ruang tertentu, namun menjadikannya tetap dekat satu sama lain. Selain itu, kebutuhan akan pemisahan sirkulasi juga merupakan hal yang sangat penting. Jalur sirkulasi medis sebaiknya diletakkan terpisah dari jalur sirkulasi pengunjung.

Walaupun demikian, karena keterbatasan lahan dan biaya, biasanya jalur sirkulasi ini sebagian besar digabung. Hanya jalur-jalur sirkulasi khusus, misalnya jalur sirkulasi anesthesia dan ruang bedah yang benar-benar terpisah. Hal yang sering terjadi, ialah pasien yang masih setengah sadar dibawa menuju ruang rawat inap dengan melewati jalur pengunjung, sehingga ketenangan dan privasi pasien kurang diperhatikan. Demikian pula dengan tingkat sterilitas (bebas hama) jalur sirkulasi pengunjung yang jauh di bawah standar tingkat sterilitas jalur sirkulasi medis. Membawa pasien pascaoperasi melewati jalur ini sedikit banyak dapat mengakibatkan pasien terkontaminasi bakteri dan sejenisnya.

Belajar dari arsitektur sarang semut, tampak dari skema perletakan ruang, terdapat tiga zona besar dengan hirarki dan pemisahan jalur sirkulasi yang jelas di dalamnya. Zona pertama adalah zona ‘publik’. Di area ini terdapat pintu masuk, ruang penjaga, dan ruang besar sebagai pengikat jalur-jalur sirkulasi dari segala arah. Dipisahkan dengan suatu jalur sirkulasi mendatar, di bawah area publik ini terdapat zona penyimpanan. Zona penyimpanan gandum dan daging dipisahkan dengan sebuah koridor, masing-masing terdapat di jalur cul de sac. Zona terakhir dan terdalam, adalah zona reproduksi yang terdiri dari ruang perawatan larva, ruang pengeraman telur, ruang pemanas sentral dan ruang bangsawan. Di antara zona penyimpanan dan zona reproduksi terdapat ruang besar yang digunakan sebagai tempat semut-semut berhibernasi dan melewatkan musim dingin di ruangan ini. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan, bahwa terdapat area-area perantara yang memisahkan sekaligus menghubungkan dua zona yang berbeda. Perantara ini dapat berupa jalur sirkulasi maupun ruang-ruang semacam aula.

Keistimewaan lain dari sarang semut ini, adalah meskipun sarang ini meliputi area yang sangat luas, dengan kedalaman yang berbeda dari permukaan tanah, suhu di dalam setiap ruang tetap konstan dan seragam sepanjang hari. Sistem pengaturan suhu yang sangat canggih ini mengingatkan kita kepada perancangan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit. Ruang-ruang tertentu di dalam sebuah rumah sakit, misalnya ruang bedah, ruang rawat intensif (ICU), ruang recovery dan ruang penyimpanan obat membutuhkan pengaturan suhu, kondisi kelembaban dan tingkat sterilisasi tertentu, agar kondisi pasien dapat terjaga. Pada sebagian rumah sakit, kebutuhan ini terkadang tidak dapat dipenuhi secara optimal, dikarenakan beberapa kendala, di antaranya biaya, tata ruang dan struktur bangunan yang kurang mendukung. Sebaliknya, perancangan tata ruang, struktur, sirkulasi dan persyaratan ruang dalam setiap sarang semut selalu sesuai dengan kebutuhan koloni itu. Terdapat sebuah ruang pemanas sentral, tempat semut-semut mencampur potongan daun dan ranting yang menghasilkan panas tertentu dan menjaga suhu sarang antara 20 sampai 30 derajat.

Selain itu, terdapat pula sekat luar yang terdiri dari potongan cabang dan ranting yang selalu diawasi oleh semut pekerja. Sekat luar ini sangat efektif dalam melindungi sarang dari hujan, angin dan panas yang berlebihan.

Dari uraian panjang di atas, tampaklah bahwa kesempurnaan arsitektur sarang semut salah satunya dikarenakan tata ruang, struktur dan sirkulasi yang benar-benar sesuai dengan fungsi dan kebutuhan koloni semut itu. Keindahan yang muncul darinya pun adalah karena perancangan yang benar, indah karena benar. Tiadalah seekor semut yang kecil dengan kapasitas otak yang sangat terbatas mampu merancang sarang yang serumit dan sesempurna ini, apabila tidak ada suatu ‘grand design’ dari Allah swt. yang Maha Kuasa yang diilhamkan kepada mereka. Hal ini merupakan suatu pelajaran yang penting pula bagi manusia, karena seluruh pengetahuan dan kepintaran yang dimiliki saat ini, semuanya berasal dari Allah swt. dan hanya dengan izin-Nya lah manusia dapat memperoleh pengetahuan itu.

6. Arsitektur dan Sarang Laba-laba
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…” (QS. Al-Baqarah [2]:26)

Seperti halnya nyamuk dan lalat, laba-laba seringkali dianggap sebagai makhluk yang tidak penting dan merugikan. Namun, di dalam ayat di atas Allah menyatakan bahwa Ia tiada segan membuat perumpamaan dengan binatang-binatang yang kita anggap remeh ini, karena bagi orang-orang beriman, mereka meyakini bahwa kebenaran adalah dari Allah SWT. Sebesar atau sekecil apapun kebenaran itu, tetaplah akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Di balik makhluk-makhluk kecil itu, terdapat pelajaran dan hikmah yang besar bagi manusia, agar menyadari dan menjalankan tujuan penciptaannya di muka bumi ini, yaitu sebagai khalifah sekaligus sebagai hamba Allah SWT.

Dalam pembahasan mengenai sarang laba-laba ini, akan dijelaskan mengenai struktur jaring laba-laba, keunggulan desainnya dan penerapannya dalam dunia arsitektur saat ini. Pembahasan ini diharapkan dapat mengantarkan kita kepada pemahaman yang lebih dalam mengenai kesempurnaan arsitektur di alam semesta. Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya, tidak lain adalah sebagai petunjuk dan pelajaran bagi manusia yang berpikir. “…dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk…”.

Laba-laba merupakan salah satu binatang yang diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk membangun sarangnya dengan potensi yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Tubuh laba-laba menghasilkan benang sutera dengan diameter kurang dari seperseribu milimeter. Dalam bukunya ‘Keajaiban pada Laba-laba’, Harun Yahya menginformasikan bahwa benang sutera ini memiliki kekuatan lima kali lebih besar daripada sehelai kabel baja dengan diameter yang sama.

Selain itu, benang ini juga memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi, yaitu dapat menahan regangan sampai empat kali panjang awalnya. Elastisitas yang demikian besar ini berguna untuk menahan mangsanya secara perlahan, sehingga terhindar dari bahaya putusnya jaring. Keistimewaan lainnya, dengan panjang sekitar 40.000 km (setara dengan panjang keliling bumi), sehelai benang sutera ini bahkan hanya memiliki berat sebesar 320 gram.

Dari uraian di atas, terdapat tiga sifat utama yang dimiliki oleh sebuah jaring laba-laba, yaitu kuat, elastis dan ringan. Dari berbagai penelitian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya para ahli menyimpulkan bahwa cara pembuatan jaring laba-laba memiliki tingkat kemiripan yang sangat tinggi dengan proses pembuatan serat-serat industri. Lebah mengeraskan benang-benang sutera yang dimilikinya dengan cara mengasamkannya. Serangkaian panjang proses terjadi di dalam tubuh laba-laba, melibatkan berbagai bahan baku dengan sifat yang beragam. Tubuh laba-laba itu sendiri adalah sebuah pabrik yang memproduksi berbagai jenis jaring, sesuai dengan kebutuhan. Di dasar perut laba-laba ditemukan kelenjar-kelenjar sutera yang menghasilkan unsur yang berbeda. Kombinasi unsur-unsur ini pada akhirnya menghasilkan benang-benang sutera yang beragam pula. Selain itu, tubuh laba-laba dilengkapi pula dengan berbagai pompa dan sistem tekanan yang canggih. Dengan segala potensi yang terdapat di dalam tubuhnya itulah, laba-laba memproduksi bahan baku ‘keratin’ menjadi serat yang dikeluarkan melalui cerat-cerat pemintal yang berfungsi sebagai keran. Tekanan semprotan benang dapat diatur dengan keran ini. Dengan cara inilah diameter, daya tahan dan elastisitas benang ditentukan. Jadi, karakteristik benang ditentukan oleh kecepatan dan tekanan saat dikeluarkan, tanpa mengubah susunan kimiawinya.

Setidaknya terdapat tujuh macam benang sutera untuk keperluan yang berbeda-beda, yaitu sutera untuk membentuk jaring dan bingkai, sutera lengket untuk menangkap mangsa, sutera pelekat yang melapisi sutera spiral, serat tambahan untuk memperkuat bingkai, sutera kepompong, sutera pembungkus mangsa, dan sutera pelekat rangka ke struktur pondasi. Berbagai jenis benang yang dihasilkan ini menunjukkan tingkat kecanggihan dan kesempurnaan yang sangat tinggi pada arsitektur sarang laba-laba. Allah SWT yang Maha Mengetahui telah melengkapi laba-laba dengan segala potensi yang sangat sesuai dengan fungsi-fungsi yang dibutuhkannya. Dalam dunia arsitektur, segala sesuatu yang dirancang  sesuai dengan fungsinya, akan terhindar dari kesia-siaan dan kemubaziran. Inilah keindahan yang sesungguhnya, keindahan yang menyatu dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

Dari segi struktural, jaring laba-laba  terdiri dari serangkaian benang-benang bingkai penahan beban, benang-benang spiral penangkap dan benang-benang pengikat yang menyatukan semuanya. Untuk menangkap mangsa dan memerangkapnya, selain memiliki benang-benang spiral yang berlapiskan zat perekat, sarang laba-laba juga dilengkapi dengan tingkat elastisitas yang optimal. Elastisitas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan jaring kehilangan bentuk ketika benang-benang menempel karena mangsa yang meronta, sedangkan elastisitas yang terlalu rendah mengakibatkan mangsa yang terbang dan menubruk jaring terpental balik. Selain itu, elastisitas jaring laba-laba juga disesuaikan dengan kecepatan angin dan gerakan-gerakan benda yang dijadikan tempat melengketkan jaring.
Jaring laba-laba merupakan satu kesatuan sistem struktur yang masing-masing bagiannya saling mempengaruhi.

Benang-benang pembentuk jaring merupakan benang-benang yang meregang, dan gaya yang bekerja pada struktur adalah gaya tarik. Pada keadaan normal, benang-benang yang teregang biasanya putus karena retakan yang terjadi pada permukaan akan membelah benang dengan cepat. Gaya-gaya yang bekerja di sepanjang serat terpusat pada retakan dan mengakibatkan sobekan ke dalam semakin cepat. Hal yang menarik, adalah pada sarang laba-laba, komposisi bahan yang terdiri dari rantai asam amino dan kristal mencegah peristiwa ini. Kristal-kristal yang tersusun secara teratur dalam benang menyebabkan sobekan-sobekan yang terjadi berbelok-belok dan melemah. Selain itu, laba-laba juga melumuri sebagian jaring yang digunakan menangkap mangsanya dengan cairan khusus. Cara ini kemudian digunakan pula pada kabel-kabel industri yang menahan beban berat, seperti pada jembatan layang dan high-rise building.

Dalam dunia arsitektur, prinsip ini diterapkan dalam bangunan-bangunan yang menggunakan struktur kabel dan tenda. Kelemahan dari struktur yang hanya menahan gaya tarik ini, adalah kurang mampu menahan gaya tekan, terutama gaya tekan yang datang tiba-tiba dan melebihi ambang batas kekuatan bangunan. Karena itu, pada sebagian besar bangunan konvensional, penggunaan baja yang memiliki kekuatan dalam menahan gaya tarik dikombinasikan dengan penggunaan beton yang memiliki kekuatan menahan gaya tekan.

Jaring laba-laba yang sangat kuat menahan gaya tarik itu, dapat dengan mudah rusak apabila mengalami tekanan yang besar atau tiba-tiba. Gangguan-gangguan binatang yang membuatnya tercerabut dari pondasinya membuat jaring kehilangan kemampuannya menahan regangan. Sebagai sebuah struktur, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, misalnya putusnya salah satu benang, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Hal ini dikarenakan, kemampuan menahan gaya tarik yang jauh berkurang pada keseluruhan struktur.

Kelemahan lainnya adalah, bagian spiral untuk menangkap mangsa dapat dengan mudah rusak karena hujan, debu atau gerakan mangsa yang terperangkap. Karena itu, jaring laba-laba memerlukan pengurusan terus-menerus. Dalam waktu singkat, sebuah jaring laba-laba dapat kehilangan kemampuan untuk menangkap mangsanya. Jaring itu harus dibongkar dan dibangun kembali secara berkala. Cara yang digunakan oleh laba-laba, adalah dengan memakan dan mencerna kembali benang yang dibongkar, kemudian menggunakannya kembali setelah melalui proses pencernaan. Hal ini berlangsung dalam jangka waktu sekitar 24 jam. Sebagian laba-laba memakan jaringnya pada malam hari dan membangunnya kembali pada pagi hari, sebagian lagi membangun jaringnya pada malam hari dan telah memakannya kembali pagi harinya. Karena itulah, Al-Qur’an mengumpamakan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah SWT seperti laba-laba yang membangun rumahnya dan mengharapkan perlindungan di dalamnya, padahal sebenarnya merekalah yang terus-menerus melindungi rumah itu dari kerusakan.

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabuut [29]:41)

Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab memaparkan penjelasan Mustafa Mahmud, bahwa ayat di atas tidak menyatakan sesungguhnya serapuh-rapuh benang adalah benang laba-laba, namun menyatakan rumah laba-laba sebagai rumah yang rapuh. Hal ini menunjukkan, bahwa yang dimaksudkan pada ayat di atas, adalah sarang laba-laba sebagai suatu kesatuan struktur. Seperti telah dijelaskan di atas, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Maha Suci Allah yang menciptakan kekuatan di balik kerapuhan dan menyembunyikan kerapuhan di balik kekuatan makhlukNya.

“…Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu..” (QS. Al-Hijr [15]:21)

Laba-laba dan Struktur Kabel
Salah satu pelajaran bagi dunia arsitektur yang dapat diperoleh dari laba-laba, ialah penerapan struktur kabel dalam bangunan-bangunan berbentang lebar. Selain itu, teknik covering sarang laba-laba juga digunakan untuk menutupi bangunan-bangunan dengan area tertutup yang luas. Laba-laba menutupi area yang cukup luas dengan jaringnya yang ringan dan mendistribusikan beban strukturnya secara merata ke seluruh pondasi yang melekat pada benda lain. Dengan cara ini, area yang luas dapat ditutupi dengan sempurna, tanpa mengakibatkan bangunan terbebani oleh berat struktur (beban mati) yang besar, seperti jika bangunan dibangun dengan konstruksi konvensional.
Metode-metode ini digunakan, selain karena kemampuannya untuk menutupi bangunan-bangunan dengan skala yang besar, juga karena tingkat efektivitas yang cukup tinggi dari segi ekonomi bangunan. Lebih jauh, penerapan struktur kabel dapat menghasilkan desain dengan bentuk-bentuk lebih dinamis, fleksibel dan organik, serta menghasilkan bentuk-bentuk kurva yang menambah nilai estetika bangunan. Contoh penerapan struktur ini dalam bangunan, di antaranya adalah bandar udara Jeddah dan Stadion Olimpiade Munich.

Pada Akhirnya…
Dari paparan panjang di atas, dapat diraih sebuah pelajaran berharga bahwa kemajuan teknologi arsitektur yang telah berkembang pesat saat ini ternyata tidak terlepas dari karya-karya arsitektur di alam semesta sebagai sumber inspirasinya.

Namun tentu tak sampai di situ saja pelajaran yang kita peroleh. Pelajaran yang hakiki sebenarnya akan kita dapatkan jika kita mampu meraih hikmah terbaik di balik segala ciptaan untuk mengarahkan kita kepada Allah SWT yang Maha Menciptakan. Di alam, kita selalu dapat belajar bagaimana nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan menyatu di dalam setiap ciptaanNya. Tidakkah hal ini cukup sebagai pelajaran terbaik bagi kita?

Yogyakarta, 27 Juli 2010
Mashudi Antoro (Oedi`)

Sumber:
* http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/02/10/arsitektur-dan-sarang-laba-laba/
* http://arya-muhamad.blogspot.com/2009/09/manusia-dan-rayap-siapa-arsitek.html
* http://tymask.wordpress.com/2009/09/08/the-best-nest/
* http://tymask.wordpress.com/2009/09/08/the-best-nest/
* http://tymask.wordpress.com/2009/09/08/the-best-nest/
* http://tymask.wordpress.com/2009/09/08/the-best-nest/
* http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/06/24/belajar-arsitektur-dari-sarang-semut/

8 respons untuk ‘Arsitek dan teknologi dari hewan mengalahkan kemampuan terbaik manusia

    Andika said:
    Juli 28, 2010 pukul 2:54 am

    wah keren ….. kita juga harus banyak belajar dari alam dan hewan dalam membuat sarang arsitek alami yg bisa dijadikan refrensi buat kita semua.
    artikel yg bagus mas banyak memberikan informasi bagi kita … lanjutkan mas 🙂

      oedi responded:
      Juli 28, 2010 pukul 5:50 am

      makasih Dik utk kunjungan dan dukungannya di tulisan ini, semoga bermanfaat.
      Ya begitulah kita sebagai layaknya manusia ciptaan Allah SWT. kita mesti senantiasa tidak sombong dan melihat sesuatu yg ada di alam semesta ini sebagai pelajaran yg berharga.

    ningnong said:
    Agustus 23, 2010 pukul 6:55 am

    subhanallah… 🙂

      oedi responded:
      Agustus 24, 2010 pukul 5:06 am

      Tarimakasih ya Nin atas kunjungan dan dukungannya pada tulisan ini, semoga bermanfaat.

    fachry said:
    Januari 25, 2011 pukul 8:50 pm

    wah subhanallah..
    kren..

      oedi responded:
      Januari 26, 2011 pukul 4:49 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.

    Hilmi Asy`ari said:
    Oktober 19, 2011 pukul 8:42 am

    Subhanallah….
    betapa luar biasanya kebesaran Allah yang di tunjukkan kepada kita…
    masihkah kita takabur kepada-Nya dan sesama kita…
    “maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan”

      oedi responded:
      Oktober 20, 2011 pukul 8:16 am

      Untuk itu, mari kita terus mengagungkan Dia dengan terus bertadabbur dan bertafakur atas segala bentuk ciptaannya yang luar biasa itu… karena dengannya maka kita akan mendapatkan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan dunia dan akherat… 🙂
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 😀

Tinggalkan komentar