Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe)

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Perlu kami lanjutkan pembahasan tentang hal-hal yang tak umum diketahui. Karena di dalam Galaksi kita (Bimasakti) setidaknya terdapat ribuan Planet dengan kehidupan makhluk dimensi ke-3 (setara Manusia di Bumi). Dan mereka itu jelas berbeda dengan Manusia dalam beberapa hal. Terlebih Manusia Bumi ini hanyalah bagian dari cabang kehidupan makhluk cerdas di seluruh Jagat Raya. Ada berbagai cabang yang lain, dan skala peradaban tingkat atas di seluruh Alam Semesta ini teramat besar. Sehingga tak bisa dijangkau oleh peradaban di Bumi selama ini, khususnya di periode zaman ke tujuh ini (Rupanta-Ra).

Dan sebenarnya keberadaan antar Planet dan Galaksi itu tidak terbatasi. Manusia yang berada di Galaksi Bimasakti dan beragam makhluk cerdas yang hidup di ke 9 Galaksi lainnya – yang terdekat, bahkan telah membentuk kekaisaran yang berperadaban sangat tinggi namun masih di level dasar untuk skala Universe. Kekaisaran itu bernama Mu’nan-Hisa. Adapun statusnya adalah yang mengawasi seluruh Planet dan Sistem Tata Surya yang berada di ke 10 Galaksi. Sedangkan anggotanya, alias para pengurus dari Kekaisaran Mu’nan Hisa itu, terdiri dari siapapun makhluk cerdas yang sudah bisa mencapai Peradaban Semesta minimal di tingkat 4-5 (Arahudaya dan Harinudaya). Jadi, sejak miliaran tahun silam para leluhur kita yang akhirnya meninggalkan planet Bumi ini, sudah ada yang menjadi anggota Kekaisaran Jagat Raya, bahkan masuk di jajaran pengurus Kekaisaran Mu’nan-Hisa. Tentang hal ini silahkan baca tulisan yang berjudul : “Memahami keberadaan dunia atas (2)” karena di sana telah diberikan contohnya. 

Catatan: Di bawah kekaisaran tingkat dasar seperti halnya Mu’nan-Hisa, sebenarnya ada satu kekaisaran yang memimpin atau mengawasi setiap Galaksinya. Mereka itu berperadaban tinggi, melebihi yang ada di Bumi sekarang. Di antaranya bernama Aqmirus, dengan status mengawasi wilayah seluas ±160 miliar Planet. Nah Kekaisaran Aqmirus inilah yang terus mengawasi Galaksi Bimasakti. Sedangkan karena Kekaisaran Mu’nan-Hisa itu menjadi pengawas di ke 10 Galaksi, maka secara otomatis juga memimpin ke 10 kekaisaran yang ada, termasuklah Aqmirus

Dan perlu kami tambahkan informasinya untuk menambah gambaran dan pemahaman tentang betapa luasnya Jagat Raya ini. Dimana pada tahun 1977, wahana antariksa yang bernama Voyager 1 telah diluncurkan ke luar angkasa. Artinya, sudah 45 tahun berlalu ia terus menerus bergerak menjauhi Matahari dengan kecepatan hampir 17 kilometer per detik. Sampai kini wanaha tersebut belum berhasil untuk keluar sepenuhnya dari pengaruh Matahari yang ada di dalam tata surya kita. Bahkan pada jarak itu, Voyager 1 masih bisa merasakan dampak elektromagnetik yang dihasilkan dari heliosfer Matahari. Nah, sebenarnya misi utama dari Voyager 1 ini adalah untuk meneliti planet-planet gas yang ada di sistem tata surya kita seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Namun semua misi tersebut telah selesai, dan Voyager 1 masih tetap bergerak ke arah luar dari tata surya kita. Dan hingga saat ini Voyager 1 pun sudah berada pada jarak 22 jam cahaya dari Bumi – untuk perbandingan, maka jarak antara Bumi dengan Galaksi Andromeda (Galaksi terdekat dengan Bimasakti) adalah 2,54 juta tahun cahaya. Dan itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan Alam Semesta, bahkan dengan jarak luasnya wilayah kekaisaran Mu’nan-Hisa.

(Voyager 1)

Ya. Ada banyak peradaban tinggi di luar angkasa sana. Peradaban di Kekaisaran Mu’nan-Hisa misalnya, jauh lebih maju dari kita di Bumi ini sekarang. Karena jika mereka datang mengirimkan armada luar angkasanya untuk menyerang, penduduk Bumi ini takkan bisa mengetahuinya. Hal semacam ini belum lagi jika dihubungkan dengan peradaban tingkat menengah di seluruh Alam Semesta. Karena secara tidak tertulis, Galaksi kita (Bimasakti) dan 9 Galaksi lainnya, yang termasuk dalam wilayah Kekaisaran Mu’nan-Hisa, bahkan telah berada di dalam wilayah Kekaisaran Tihala-Nuuya

Catatan: Sebenarnya telah banyak armada-armada luar angkasa yang mengelilingi planet Bumi ini sejak beberapa tahun belakangan. Semuanya beragam jenis dalam hal kepemilikan, dan tentunya dalam hal bentuk dan juga berteknologi super canggih. Makanya tak terdeteksi oleh peradaban di Bumi. Dan mereka itu sengaja datang karena ada agenda khusus yang harus di lakukan – baik dan buruknya. Tidak sekadar untuk mereka sendiri, tetapi bagi seluruh kehidupan di Bumi.  

Lalu sebagai peradaban tingkat menengah, Kekaisaran Tihala-Nuuya itu langsung mengawasi lebih dari 10.000 Galaksi. Dan pada saat yang bersamaan ada 1.000 peradaban tingkat dasar (setara dengan Kekaisaran Mu’nan-Hisa) di seluruh wilayah Kekaisaran Tihala-Nuuya. Sedangkan Kekaisaran Mu’nan-Hisa di sini hanyalah satu dari seluruh bawahan Kekaisaran Tihala-Nuuya dengan status yang terbaik – karena ada makhluk spesial bernama Manusia. Artinya, meskipun Kekaisaran Mu’nan-Hisa memiliki tingkat peradaban yang jauh melampaui peradaban di Bumi sekarang, itu cuma sekadar mewakili sebagian kecil dari keagungan Kekaisaran Tihala-Nuuya.

Catatan: Baca lagi tulisan yang berjudul “Peradaban Semesta”, “Memahami Keberadaan Dunia Atas (2)“, “An-Dhasruhim : Ilmu Andalan Kesatria Pilihan“, dan “Gwardil : Kemunculan Gerbang Primordial“. Karena di situ telah dijelaskan tentang makhluk-makhluk superior di Jagat Raya. Termasuklah sebagian kecilnya dari ras Manusia di Bumi ini, khususnya para leluhur kita dulu. Dan di antara mereka itu ada yang masuk dalam jajaran pejabat atau dewan pengawas di Kekaisaran Mu’nan-Hisa, bahkan di Kekaisaran Tihala-Nuuya. Artinya, mereka sudah tidak lagi hanya sebatas menjadi anggota tetap dari kekaisaran tersebut. Kedudukannya sudah tinggi dan sangat dihormati. Bahkan ada yang menjadi pemimpin tertingginya. 

Lantas bagaimana dengan peradaban tingkat atas di Alam Semesta?

Nah, di antara peradaban tingkat atas di Alam Semesta ini disebut Kekaisaran Inhaku-Ridha. Statusnya adalah yang memerintah 10.000 kekaisaran dengan level peradaban tingkat menengah, termasuk Tihala-Nuuya, dan mengawasi wilayah seluas 100 juta Galaksi. Bisa dibilang inilah kekaisaran yang sudah masuk dalam jajaran peradaban tertinggi di seluruh Jagat Raya. Sedangkan untuk skala Universe, maka ada banyak lagi kekaisaran yang setara dengan Inhaku-Ridha. Tidak kurang dari 3.500 kekaisaran yang sama-sama mengawasi wilayah seluas 100 juta Galaksi atau lebih. 

Catatan: Sebenarnya Galaksi itu dibedakan menjadi dua, yaitu Galaksi Besar dan Galaksi Kecil. Jumlah Galaksi Besar (large galaxy) ada sebanyak ±350 miliar buah, sedangkan Galaksi Kecil (dwarf galaxy) ada sekitar ±7 triliun buah. Dan Galaksi Bimasakti kita adalah bagian dari kumpulan Galaksi lain yang membentuk sebuah gugusan Galaksi yang disebut Cluster[1]. Kemungkinan ada sekitar ±25 miliar Cluster yang ada di Alam Semesta kita. Lalu Cluster ini berkumpul membentuk apa yang disebut dengan Supercluster[2]. Jumlahnya diprediksi ada sekitar ±10 Juta Supercluster di Alam Semesta kita ini.

[1] Satu Cluster berisi serangkaian Galaksi; bisa puluhan, ratusan, atau bisa juga ribuan Galaksi di dalamnya.
[2] Supercluster adalah serangkaian (gugusan) dari beberapa Cluster. Satu buah Supercluster ini juga bisa termasuk di dalam satu Supercluster yang lainnya, yang ukurannya jauh lebih besar. Istilah yang dipakai untuk gugusan Supercluster yang lebih besar ini adalah Mega Supercluster.

Jadi kesimpulannya, pada setiap 100 juta Galaksi yang tersebar di sepenjuru Alam Semesta, maka terdapat satu kekaisaran terkuat dengan status peradaban tingkat atas. Bahkan masih ada lagi yang posisinya berada di atas mereka. Peradaban itu disebut Nuinya-Hutira atau yang berarti Kehidupan Adidaya, dimana statusnya mengawasi wilayah seluas 1 miliar Galaksi. Sehingga bisa dibilang kekaisaran ini sudah termasuk dalam jajaran Kekaisaran Jagat Raya tingkat puncak lantaran memimpin 10 Kekaisaran Semesta tingkat atas. Dan masih ada lagi yang berada di atas itu, atau dalam artian sebagai pemimpin dari semua Kekaisaran Semesta. Peradaban itu bernama Aqqismur-Hudha atau yang berarti Melaksanakan Petunjuk Ilahi. Statusnya adalah yang mengawasi wilayah seluas ±350 miliar Galaksi Besar (large galaxy) dan ±7 triliun Galaksi Kecil (dwarf galaxy), atau dengan kata lain yang memimpin sebanyak 350 Kekaisaran Semesta tingkat puncak – karena secara kekuasaan, maka wilayah dari Galaksi Kecil (dwarf galaxy) termasuk dalam wilayah Galaksi Besar (large galaxy). Artinya, peradaban Aqqismur-Hudha ini bertugas mengawasi seluruh penjuru Jagat Raya kita.

Sementara keunggulan dari peradaban Aqqismur-Hudha ini adalah bisa menembus batas Alam Semesta kita menuju ke Alam Semesta lainnya untuk bergabung dalam komunitas Multiverse. Bahkan dari apa yang telah kami ketahui, maka peradaban Aqqismur-Hudha itu memang sudah masuk dalam komunitas multiverse sejak triliunan tahun silam. Posisinya pun sangat dihormati karena ada makhluk istimewa bernama Manusia yang hidup di dalamnya. Dan lebih dari itu, sesungguhnya mereka pun bisa dengan mudah berpindah-pindah ke dimensi lain, hanya saja itu tak sering di lakukan karena tugas utama mereka hanyalah di alam nyata dunia ini. 

Catatan: Perlu diketahui, bahwasannya makhluk dari golongan Jin, Peri, Cinturia, Karudasya, Naga, dan sebagainya, ada yang ikut bergabung dalam Kekaisaran Semesta ini, baik di tingkat dasar, menengah, atas, maupun di puncaknya. Semuanya bisa menjadi anggota, dengan cara memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan. Dan sebenarnya nama-nama dari semua kekaisaran di atas (Aqmirus, Mu’nan-Hisa, Tihala-Nuuya, Inhaku-Ridha, Nuinya-Hutira, dan Aqqismur-Hudha) hanyalah satu dari beberapa nama yang bisa kami share di blog ini – sebab kelimanya itu punya nama lainnya. Ada protap yang harus tetap diikuti. 

Sedangkan fungsi mengawasi di sini tak sama dengan mengatur, mengontrol, atau mengendalikan. Sebab mengawasi itu tidaklah harus mencampuri free will (hak pilih) dari setiap penghuni planet yang ada, apalagi sampai memaksakan kehendak. Hanya jika ada hal yang extraordinary (sangat luar biasa) saja barulah pihak kekaisaran yang terkait akan turun tangan. Itu pun hanya sebatas yang diperlukan saja, dan tentulah sesuai dengan petunjuk dari Hyang Aruta (Tuhan YME). Makanya walaupun mereka itu sering datang ke Bumi – apalagi di 10 tahun belakangan, bahkan sampai melakukan berbagai aktifitas besar di permukaannya, justru tak ada yang tahu. Secanggih apapun teknologi Manusia Bumi sekarang, bahkan sehebat apapun ilmu terawangannya, tak bisa melihat apa yang mereka kerjakan, terutama yang terjadi beberapa tahun ini. Semuanya tetap dalam kerahasiaan, agar tidak mempengaruhi kehidupan penduduk Bumi secara frontal.  

Untuk itu, sesuai dengan yang telah dijelaskan pada tulisan berjudul “Sumaruya dan Gundayatra : Jalan keabadian manusia“, maka dalam skala universe terdapat beberapa tingkat kesatria yang utama. Yaitu:

1. Sitra (Murid atau Pemula)
Pada level ini seseorang bisa menggunakan kekuatan Nhi (energi dalam dirinya) untuk pertarungan. Jadi di tingkat ini seseorang sudah bisa menggunakan metode Nhi yang terkendali dan bervariasi sesuai dengan elemen dasar yang ia pelajari.

2. Jatra (Guru)
Pada level ini kendali seseorang terhadap Nhi semakin baik. Dimana sudah bisa menyebarkan Nhi tersebut ke seluruh tubuhnya. Hal ini dapat meningkatkan kekuatan, pertahanan, dan kecepatannya.

3. Ahitra (Mahaguru)
Pada level ini, kendali seseorang pada Nhi semakin baik dan bisa memadatkannya menjadi bentuk tertentu yang bisa dilihat. Kekuatan, pertahanan dan kecepatannya jelas di atas level Jatra (Guru).

4. Bastra (Tuan Besar)
Pada level ini, seseorang bisa pula menyalurkan Nhi yang ia miliki kepada sesuatu yang berada di luar dirinya. Misalnya kepada orang lain atau makhluk tertentu untuk bisa menaikkan kekuatan atau memberikan pertolongan. Juga bisa untuk disalurkan kepada benda tertentu agar kekuatannya meningkat tajam. Kemampuan yang dimiliki oleh mereka yang berada di level ini jelas berada jauh di atas level Ahitra (Mahaguru).

5. Yastra (Raja)
Pada level ini, selain bisa mengalirkan Nhi-nya ke lingkungan sekitar, seseorang bisa juga mengubah Nhi-nya itu menjadi sesuatu yang berguna. Misalnya sayap untuk terbang dan senjata untuk bertarung. Kemampuan yang dimiliki oleh mereka yang berada di level ini jelas berada jauh di atas level Bastra (Tuan Besar).

6. Sahastra (Maharaja atau Kaisar)
Pada level ini seseorang bisa menyerap atau mengendalikan Nhi yang ada disekitarnya. Makanya bisa melepaskan kekuatan penghancur yang sangat besar kepada siapapun. Karena itu, mereka yang sudah berada di level inilah yang bisa disebut sebagai orang-orang kuat di dunia. Alasannya, karena mereka bisa menghancurkan ribuan pasukan atau satu kota hanya dengan sendirian.

7. Nuyatra (Yang Terhormat)
Di level ini seseorang telah berada di puncak-puncak kekuatan Manusia. Alasannya karena ia sudah memiliki kemampuan spesial, yaitu kekuatan untuk bisa memanipulasi ruang dan waktu meskipun dalam batas-batas tertentu. Juga bisa membuat semacam penjara ruang atau dinding energi dalam lingkup yang luas. Ciri khas dari mereka yang sudah di level ini adalah bisa berjalan di udara atau terbang tanpa menggunakan sayap seperti yang ada di level Yatra (Raja). Lalu seluruh bagian tubuhnya bisa menjadi senjata yang mematikan.

Catatan: Sejak di level ini, seseorang tidak lagi terikat dengan urusan bangsa, negara, dan seluk beluk kepentingan Manusia di Bumi. Mereka adalah sosok yang bebas merdeka tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Karena itulah, kehidupan mereka sehari-hari hanya fokus untuk latihan dan terus meningkatkan kemampuan dirinya. Kalau pun ada yang mereka lakukan kepada Manusia, itu hanya sebatas kemanusiaan saja. Tidak ada lagi kepentingan pribadi.

8. Minuyatra (Yang Mulia)
Di level ini, seseorang telah bisa menggunakan kemampuan spesialnya dengan sempurna dan tentunya lebih fleksibel dari mereka yang di level Nuyatra (Yang terhormat). Secara otomatis, tubuhnya bisa menyerap energi alam sesukanya untuk dipakai sesuai dengan yang diinginkan. Dan jika mau, setiap kekuatan yang ia keluarkan tidak bisa dilihat atau didengar. Disamping itu, ciri khas orang yang berada di level ini adalah bisa menciptakan portal dimensi untuk berpindah tempat (teleportasi) sesukanya. Sehingga ia tak perlu terbang untuk sampai di tujuan. Bahkan yang sudah di level ini biasanya tidak lagi tinggal di sekitar Manusia, dan tak pula mau berurusan dengan Manusia. Meskipun ada, mereka tidak lagi diketahui keberadaannya. Karena ia lebih senang menyendiri, ber-tapa brata, dan terus berpetualang.

9. Wasistra (Yang Agung)
Di level ini, seseorang telah mulai memasuki ranah ke-Ilahi-an. Makanya akal logika sulit untuk membayangkan atau memahami bentuk kemampuannya. Dan meskipun hanya beda satu tingkat dengan Minuyatra. (Yang Mulia), namun kekuatan dari Wasistra. (Yang Agung) ini sangat berbeda. Bahkan seorang Wasistra (Yang Agung) itu bisa menghabisi banyak Minuyatra (Yang Mulia) dengan mudah. Selain itu, mereka yang berada di level ini, di setiap tingkatannya, juga sangat berbeda kekuatannya. Perbandingannya ibarat seekor gajah dengan kambing. Sedangkan ciri khas mereka yang berada di level ini adalah bisa mengendalikan energi dan kekuatan alam sesuka hatinya, jauh di atas kemampuan para Minuyatra (Yang Mulia). Karena itulah setiap gerakannya, seperti melambaikan tangan, sudah bisa menghancurkan sebuah kota dalam sekejap.

Selanjutnya, di level ini seseorang telah bisa memisahkan sebuah ruang atau alam untuk hunian dari berbagai makhluk hidup. Di tingkat kedua level ini, ia bahkan dapat menggunakan kekuatan alam secara lebih efektif untuk menciptakan dunia yang mereka inginkan. Sedangkan di tingkat ketiganya, mereka bisa dianggap sebagai perwakilan dari puncak kekuatan dunia Manusia sebab kesaktiannya memang sangat luar biasa. Makanya jika terjadi pertarungan di level ini, mereka tidak melakukannya di Bumi. Melainkan di sebuah lokasi yang mereka ciptakan sendiri. Sehingga tidak perlu memikirkan tentang kerusakan yang ditimbulkan. Karena efek dari pertarungan di level ini, jika di Bumi, bisa mengakibatkan pulau-pulau dan benua hancur berantakan. Bahkan seluruh kawasan di Bumi ini bisa ikutan hancur hanya dalam waktu yang singkat.

Catatan: Mereka yang sudah mencapai level ke 9 (Wasistra) dalam ilmu Gundayatra ini berarti dengan sendirinya telah berada di level pertama dari keabadian, yang disebut Laksura. Artinya, ia bisa hidup selama minimal 100.000-900.000 tahun. Dan di masa kehidupan Begawan Zurfala, hanya ada puluhan orang saja yang memiliki kesaktian yang levelnya sama dengan ini. Mereka itu tidak harus mengusai ilmu Gundayatra, karena ada ilmu lain yang juga luar biasa.

10. Wimatra (Yang Suci)
Di level ini seseorang telah setara dengan para Dewa-Dewi tingkat atas dimana kemampuannya sulit untuk dijelaskan. Kekuatannya sangat jauh berada di atas level Wasistra (Yang Agung). Dan pada masa Begawan Zurfala, di seluruh Bumi hanya ada 7 orang saja yang telah mencapai tingkatan yang setara dengan level ke 10 ini. Barulah kemudian Begawan Zurfala sendiri yang bisa memasukinya, bahkan ia terus melebihinya.

Nah di level Wimatra (Yang Suci) ini, maka ciri khasnya adalah bisa menyatukan tubuh aslinya dengan alam. Saat itu terjadi, alam itu sendiri telah menjadi bagian dari tubuhnya. Lalu pada saat ia menggunakan kekuatan ini, maka hanya dengan mengangkat tangan saja telah bisa menghancurkan sebuah benua, bahkan satu planet. Karena itu, pertarungan di tingkat ini hampir tidak pernah terjadi di alam nyata dunia ini dalam rentang waktu jutaan tahun belakangan. Dan siapapun yang berhasil mencapai level ini, ia sudah tinggal di dimensi lain yang tingkatannya lebih tinggi. Di sana segalanya memiliki sistem kekuatan dan bentuk alam yang sangat berbeda dari alam semesta kita ini.

Catatan: Mereka yang sudah mencapai level ke 10 (Wimatra) dalam ilmu Gundayatra ini berarti dengan sendirinya ia sudah tiba di level kedua dari keabadian, yang disebut Yutara. Artinya, ia bisa hidup selama minimal 1-99 juta tahun. Dan tentunya ia akan terus berusaha untuk bisa menaiki tangga keabadian yang lebih tinggi lagi. Karena memang begitulah kodrat yang harus ditempuh oleh mereka yang menguasai ilmu-ilmu tingkat tinggi.

Ya. Begitulah sedikitnya penjelasan tentang ke sepuluh level ilmu Gundayatra. Dan pada setiap levelnya itu, maka di bagi lagi ke dalam 3 tingkatan yang berbeda, yaitu Lakra (dasar), Sadra (menengah), dan Migra (atas). Siapapun harus bisa mencapai ketiganya untuk dapat memasuki level berikutnya yang lebih tinggi. Dan karena bisa menguasai ke 10 tingkatan dari ilmu tersebut, Begawan Zurfala mampu bergerak terus menaiki berbagai level keabadian. Artinya, ilmu Gundayatra itu adalah bekal utama untuk bisa mencapai keabadian. Tanpa hal itu akan sulit diwujudkan, bahkan takkan mungkin bisa – kecuali menggunakan jenis ilmu lain yang kemampuannya setara.

Artinya, untuk bisa tergabung dalam komunitas universe, maka siapapun itu tak cukup hanya dengan bermodalkan teknologi super canggihnya saja. Tetapi juga harus memiliki kemampuan diri pribadi yang oleh kita sekarang disebut dengan istilah sakti mandraguna. Bahkan, jika ia tak bisa memasuki level Sanityasa (keabadian), maka takkan layak untuk menjadi anggota dari Kekaisaran Semesta, bahkan yang di tingkat dasar (misalnya Mu’nan-Hisa) – apalagi di kekaisaran tingkat menengah dan atas. Sebab cara hidup dan pola kerjanya sangat berbeda dengan kebiasaan di Bumi ini. Dan yang jelas skala waktunya yang tak lagi sama dengan yang ada di Bumi, bahkan berlawanan dengan hukum fisika, kimia dan biologi di seluruh Bumi. 

Catatan: Khusus untuk kesaktian yang menjadi syarat mutlak agar bisa tergabung dalam kekaisaran semesta tingkat dasar seperti Kekaisaran Mu’nan-Hisa, maka seseorang itu harus sudah mencapai level kesatria utama minimal di tingkat ke 7 (Nuyatra : Yang Terhormat). Tanpa hal itu, secara otomatis ia takkan bisa menjalankan tugas atau agenda yang sudah ada di Kekaisaran Semesta tingkat dasar. Sedangkan untuk bisa tergabung dalam Kekaisaran Semesta tingkat menengah seperti Tihala-Nuuya, maka syarat minimalnya adalah sudah mencapai level kesatria utama tingkat ke-8 (Minuyatra : Yang Mulia). Artinya, semakin tinggi level kekaisarannya, maka semakin tinggi pula level kesaktian yang harus dimiliki. Itulah bagian dari hukum sebab akibat yang sudah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta. 

Lalu, sama dengan kekaisaran di Bumi, maka Kekaisaran Semesta juga memiliki sistem hierarki kepemimpinannya. Dimana pemimpin tertingginya adalah seorang yang disebut Khalifah (Maharaja/Kaisar). Ia adalah pribadi yang sangat kharismatik dan bijaksana, seorang yang waskita dan tentunya berilmu tinggi, yang ditunjuk langsung oleh Hyang Aruta (Tuhan YME). Di bawahnya secara berurutan ada jabatan Absyurah (Mahapatih/Perdana Menteri), para Afnirutah (Menteri), para Qamirutah (Patih/Gubernur), dan para Hazirutah (Adipati/Bupati). Semuanya menjalankan tugas yang diberikan oleh sang Khalifah dan tetap memberikan laporan rutin dalam jangka waktu tertentu.

Disamping itu, ada pula jabatan penting lainnya seperti Azhar (Panglima), para Guhar (Jenderal), dan para Silhar (Senopati/Komandan divisi pasukan) kekaisaran. Tak jauh berbeda dengan yang ada di Bumi, hanya saja di Kekaisaran Semesta tidak ada pembagian jenis angkatan perangnya seperti angkatan darat, laut dan udaranya. Hal itu tidak diperlukan, karena setiap diri pasukan memiliki kemampuan di semua elemen. Bahkan tak ada pula golongan sipil atau militer di Kekaisaran Semesta ini. Semuanya menjalankan tugas sebagai seorang sipil dan militer sekaligus tanpa terkecuali. 

Catatan: Itulah alasan kenapa Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifatul fil Ardh (pemimpin tertinggi di Bumi). Semuanya telah diatur sedemikian rupa agar tetap terjaga keharmonisan dunia – karena sebelum Manusia hadir di Alam Semesta ini, maka sudah lebih dulu ada makhluk cerdas lainnya. Selain itu, sudah ada pula Khalifah untuk setiap Galaksi, Cluster Galaksi, Super Claster Galaksi, dan Alam Semesta. Semuanya punya tugas dan tanggungjawabnya masing-masing di hadapan Sang Pencipta. 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya AKU hendak menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi“. Mereka berkata: “Mengapa ENGKAU hendak menjadikan (Khalifah) di Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji ENGKAU dan mensucikan ENGKAU?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya AKU mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 30)

Jadi, walaupun Manusia sering terlihat lemah dan penuh kekurangan, namun sebenarnya ia telah diberikan bekal yang cukup dan istimewa sejak masih di dalam kandungan. Lalu seiring waktu, ia pun memiliki kesempatan untuk membuktikan dirinya sebagai yang terbaik dan pantas menjabat sebagai Khalifatul fil Ardh (pemimpin tertinggi di Bumi). Dan bila seorang Manusia itu bisa mengenali diri sejatinya lebih dekat dan terus meningkatkan kemampuan yang tersembunyi dalam dirinya sendiri, barulah ia berkesempatan untuk bisa memangku jabatan sebagai Khalifatul fil ‘Alamin (pemimpin tertinggi di Alam Semesta). Saat itulah ia bisa mendapatkan gelar khusus yang teristimewa, yakni sang Hyangratu Chakravartin. Hanya saja ini tak semudah yang dibayangkan, takkan mungkin pula untuk sosok yang sembarangan atau biasa saja (awam). Karena dia pastilah sosok yang terpilih dan terbaik dari semuanya.

Selain itu, ada pula dewan penasehat Kekaisaran Semesta yang beranggotakan 9 orang yang disebut Asytariah. Mereka ini adalah sosok yang sangat istimewa dan begitu dihormati di seluruh kekaisaran – di setiap tingkatannya. Sehingga memang layak untuk menduduki posisi khusus sebagai Mahaguru. Darinya maka setiap keputusan dari sang Khalifah – atas nama kekaisaran – akan dipertimbangkan terlebih dulu sebelum ditetapkan. Mereka itu berhak memberikan saran dan masukan kepada sang Khalifah, dalam hal apapun demi kelancaran tugasnya. Begitulah Yang Ilahi terus mengajarkan tentang pentingnya bermusyawarah. 

Catatan: Tidak menutup kemungkinan bahwa ada korelasi antara 9 Mahaguru yang ada di kerajaan Nusantara, khususnya Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram, dengan 9 Mahaguru yang ada di Kekaisaran Semesta. Bisa jadi apa yang ada di kerajaan-kerajaan Nusantara itu justru bersumber atau terinspirasi dari ketatanegaraan yang ada di Kekaisaran Semesta. Dengan kata lain, dibentuknya dewan mahaguru kerajaan yang berjumlah 9 orang itu bisa terjadi atas dasar wangsit (petunjuk spiritual) yang bersumber dari aktor Kekaisaran Semesta. Caranya bisa lewat seorang Manusia (leluhur) yang sudah bergabung dalam Kekaisaran Semesta, dalam hal ini para Begawan yang telah meninggalkan planet Bumi ini di masa lalu. Oknum tersebutlah yang memberikan petunjuk kepada seorang Raja-Ratu yang masih hidup di Bumi agar diterapkan dalam kerajaannya. Dan hal itu bisa terjadi karena si Raja-Ratu yang bersangkutan telah melakukan tirakat khusus atau ber-tapa brata dalam waktu tertentu hingga akhirnya bisa berkomunikasi dengan oknum dari Kekaisaran Semesta.

Memang jalan Tuhan itu tersembunyi dan terkadang ditutupi oleh hamparan “salju” yang menyilaukan pandangan. Tetapi dalam urusan negara, maka semuanya sudah jelas. Dan pilihan yang terbaik adalah mendirikan kerajaan yang sesuai dengan ketetapan-NYA. Itulah sistem Khilafah yang bisa membangkitkan kebenaran yang hakiki. Meninggikan kewibawaan, toleransi dan rasa cinta terhadap sesama. Mengeratkan sikap gotong royong dan kedermawanan, bahkan memacu kreatifitas dan pembangunan negara. Sehingga yang terjadi adalah meningkatnya jaminan hidup dan kesejahteraan bagi setiap orang.”

Lalu timbul pertanyaan tentang bagaimana kaitannya dengan para Malaikat jika Kekaisaran Semesta itu yang berperan mengawasi seluruh Jagat Raya? Ya keduanya sama-sama menjadi pengawas, bahkan yang juga mengurusi seluk beluk kehidupan di seluruh Alam Semesta. Hanya saja antara para Malaikat dan Kekaisaran Semesta itu menjalankan tugasnya masing-masing. Dimana semuanya itu berasal dari petunjuk Hyang Aruta (Tuhan YME). Tak ada yang saling tumpang-tindih atau bertentangan. Sehingga antara para Malaikat dan Kekaisaran Semesta itu akan tetap berkoordinasi dan atau saling bekerjasama. Semuanya demi menjalankan apa yang sudah diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa. 

***

Sungguh, di atas langit masih ada langit, di atas peradaban masih ada lagi peradaban yang lebih tinggi. Dan masih banyak lagi yang tak diketahui umum, khususnya penduduk Bumi ini, tentang hakikat dari kehidupan Alam Semesta beserta ragam jenis makhluknya – juga level kemampuannya. Lebih dari itu, karena sebenarnya hal-hal yang tak diketahui atau tak dipahami itu adalah yang perlu diusahakan untuk bisa menemukan hakikat Yang Sejati. 

Akan tiba masanya nanti kebenaran yang sejati bisa terungkap. Saat itulah peradaban di Bumi ini akan kembali pada yang semestinya. Tidak hanya di level 0, seperti yang ada sekarang. Namun bisa naik lagi ke level 1, 2, 3 dst. Hingga akhirnya Manusia Bumi ini pun layak untuk tergabung lagi ke dalam komunitas universal. Seperti para leluhurnya dulu.

Lalu, cobalah untuk bisa melihat gambaran besar dari tulisan ini, juga dari beberapa tulisan sebelumnya yang berkaitan dengan peradaban tingkat tinggi di Alam Semesta. Dimana semuanya itu merujuk pada sebuah peringatan dan motivasi dalam hal kesejatian hidup ini. Siapakah diri kita dan apa yang harus di lakukan? Juga tentang apa yang bisa dicapai jika mau mengasah dan membangkitkan kemampuan tersembunyi dalam diri sendiri. Tak ada ruang untuk merasa rendah diri, putus asa, atau bahkan hanya percaya dengan segala bentuk kelemahan dan kehinaan umat Manusia itu adalah takdir yang tak bisa diubah. Harus terus bangkit dan bergerak maju. Karena sesungguhnya diri Manusia itu selalu istimewa dan luar biasa – asalkan dengan catatan ia mau mengenal dirinya sendiri dalam kesadaran penuh.  

Lebih dari itu, teruslah mempersiapkan diri sebaiknya, dan jangan lupa untuk selalu bersikap eling lan waspodo! Karena apa yang terjadi di masa lalu, yakni hal-hal yang dahsyat dan sangat gaduh, yang menimbulkan kehancuran yang teramat besar, mungkin saja akan terulang lagi di masa kita sekarang, bahkan tak menutup kemungkinan bisa menjadi yang lebih parah. Tanda-tandanya sudah kian terlihat jelas dimana-mana, namun tak banyak yang bisa menyadarinya. Bahkan hanya segelintir orang saja yang mau terus mengambil hikmah saat ada yang sering mengingatkan. 

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 15 Desember 2022
Harunata-Ra

[Cuplikan dari buku “Diri Sejati”, karya: Harunata-Ra] 

Catatan akhir:
1. Silahkan untuk percaya atau tidak dengan tulisan ini. Tugas kami hanya sebatas menyampaikan dan mengingatkan saja.
2. Apa yang disampaikan di sini tak begitu mendetail sebab ada protap yang harus diikuti. Namun ini cukuplah untuk dijadikan sebagai gambaran. Semoga bermanfaat.
3. Semua wilayah kekaisaran yang disebutkan pada tulisan di atas berada dalam lingkup alam nyata ini, bukan alam goib atau juga dimensi lain. Siapapun yang terlibat, artinya ia hidup di alam materi ini, walaupun mudah baginya untuk berpindah-pindah alam dan dimensi kehidupan lainnya.

Bonus instrumental:

10 respons untuk ‘Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe)

    Yeddi Aprian Syakh said:
    Desember 18, 2022 pukul 10:55 am

    Gak kebayang kalau buku “Diri Sejati” yang Mas Oedi tulis itu selesai ditulis mungkin akan menjadi buku sejarah paling orisinil, paling lengkap dan tebal bukunya itu jika dicetak bisa berjilid-jilid. Masya Allah. Teruslah berkarya dengan Bimbingan-Nya Mas Oedi. Takjub luar biasa.

      Harunata-Ra responded:
      Desember 18, 2022 pukul 1:45 pm

      Terima kasih kang Yeddi utk dukungannya.. 🙂

      Hmm ttg buku “Diri Sejati”, kalo berjilid2 sih gak, tapi kalo tebal halamannya emang iya… lebih dari seribu halaman dan ukurannya pun gede, karena sengaja di layout seukuran kertas A4…

      Ada sih satu buku yg lain yg emg ditulis berjilid-jilid.. buku itu juga berukuran gede, dan isinya fokus ttg sejarah umat manusia mulai dari sblm turun ke Bumi sampai akhir zaman kita skr ini… Ada uraian di setiap zamannya, lengkap dengan berbagai kisah kaum atau kerajaan yg ada beserta gambar ilustrasinya juga… dari zaman yg pertama (Purwa Duksina-Ra) sampai yg ke tujuh ini (Rupanta-Ra)… Skr masih dalam proses, karena ada sgt byk kaum dan kerajaan yg perlu dituliskan sejarahnya… termasuk juga kisah para Nabi dan orang2 hebat di masa lalu… semua penjabarannya anti mainstream… Doakan aja lancar dan kelar pada waktunya.. 🙂

    Quantum Energy (2) « Perjalanan Cinta said:
    Desember 26, 2022 pukul 5:22 am

    […] membahas hal yang besar-besar seperti Planet, Galaksi dan Alam Semesta pada tulisan yang berjudul ; Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe), maka di kesempatan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang hal-hal yang berukuran kecil. […]

    Arasyiyas : Tempat Pencerahan Terbaik « Perjalanan Cinta said:
    Februari 8, 2023 pukul 6:33 am

    […] Catatan: Untuk lebih jelasnya tentang betapa luasnya ukuran dari Haltan (Dunia Bawah) dan Multan (Dunia Atas), silahkan baca tulisan yang berjudul: Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe). […]

    […] semesta ini, silahkan baca tulisan sebelumnya yang berjudul “Peradaban Semesta“, “Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe)“, dan “Memahami Keberadaan Dunia Atas […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (1) « Perjalanan Cinta said:
    September 19, 2023 pukul 3:32 am

    […] Jangan sombong atau merasa hebat dan puas diri! karena apa yang dijelaskan pada tulisan berjudul Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe), dimana terdapat berbagai tingkat kekaisaran di alam semesta; seperti Aqmirus, Mu’nan-Hisa, […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (2) « Perjalanan Cinta said:
    Oktober 27, 2023 pukul 7:07 am

    […] Perlu dipahami bahwasannya para Aisyin, Iswan dan Hirruwas tidak masuk dalam lingkup jajaran Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe), sebagaimana yang sudah diuraikan pada tulisan sebelumnya. Meskipun terkadang memiliki tujuan yang […]

    Perang Besar dan Bencana Interdimensi « Perjalanan Cinta said:
    Februari 8, 2024 pukul 2:42 pm

    […] Multan (Dunia Atas), para penghuni Kahyangan (Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Sang Hyang), para anggota Kekaisaran Jagat Raya, para Nurrataya, para Safaru, para Hirruwas-Iswan-Aisyin, para Naye-Sinu-Vali, para Ainur, dan para […]

    […] Multan (Dunia Atas), para penghuni Kahyangan (Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Sang Hyang), para anggota Kekaisaran Jagat Raya, para Nurrataya, para Safaru, para Hirruwas-Iswan-Aisyin, para Naye-Sinu-Vali, para Ainur, dan para […]

    Afhaniyyah : Pusat Alam Semesta « Perjalanan Cinta said:
    Mei 22, 2024 pukul 2:59 am

    […] Multiverse. Masih ada sebutan lain yang tak bisa kami sampaikan di sini. Dan tidak semua anggota Kekaisaran Jagat Raya (Aqqismur-Hudha) bisa memasuki Afhaniyyah ini. Ada semacam perisai energi yang sangat kuat dan […]

Tinggalkan komentar