Afhaniyyah : Pusat Alam Semesta

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Mari kita berpetualang lebih jauh lagi, sebab ada begitu banyak ciptaan Tuhan yang mengagumkan namun tak diketahui oleh penduduk Bumi ini. Padahal di bawah kolong Langit (Agatura), ke seluruh Alam Semesta (Multiverse) yang ada, memiliki pusatnya. Dan dari miliaran Alam Semesta (Multiverse) tersebut, semuanya telah menempati posisinya masing-masing dan terus mengelilingi “inti kekal” yang penuh energi. Hal ini jelas luput dari perhatian mayoritas penduduk Bumi, karena mereka pun tak menyadarinya.

Nah di sana, di jantung Multiverse, terdapat “pulau inti” raksasa dengan stabilitas mutlak yang diam tanpa gerak. Induk Multiverse ini lalu disebut Afhaniyyah dan berada amat jauh dari Alam Semesta kita. Dimensinya sangatlah besar dan massanya pun hampir tak bisa dipercaya, serta terdiri dari jutaan “bola-bola dunia” yang indah tak terbayangkan, karena merupakan kemegahan yang luhur. Sedangkan ukuran sesungguhnya dari ciptaan Hyang Aruta (Tuhan YME) ini benar-benar di luar jangkauan pikiran dan pemahaman Manusia Bumi sekarang.

Adapun tempat bernama Afhaniyyah (induk Multiverse) ini adalah dunia yang diselesaikan, sempurna, dan mapan. Eksistensi ini adalah yang sepenuhnya diciptakan secara paripurna; bukan merupakan perkembangan secara evolusi, sehingga konsep waktu di sana seperti berhenti, tak perlu ada. Eksistensi ini juga merupakan tempat bagi mereka yang sudah mencapai keabadian (Sanityasa). Sementara seluruh Alam Semesta (Multiverse) yang berada di dalam kolong Langit pertama (Agatura) selalu berpusar arak-arakan melawan arah jarum jam (tawaf) terhadapnya tanpa akhir – kecuali di Hari Kiamat nanti – yang membentuk proses evolusi yang sangat besar.

Catatan: Afnahiyyah merupakan di antara nama-gelar untuk “pulau inti” raksasa Multiverse. Masih ada sebutan lain yang tak bisa kami sampaikan di sini. Dan tidak semua anggota Kekaisaran Jagat Raya (Aqqismur-Hudha) bisa memasuki Afhaniyyah ini. Ada semacam perisai energi yang sangat kuat dan sulit untuk ditembus. Hanya yang sudah layak sajalah yang bisa datang ke sana.

Ya. Inilah sebentuk ciptaan yang sangat ideal, finalitasnya tinggi, realitasnya sempurna, dan memiliki keparipurnaan yang sangat mengagumkan. Hanya bagi kesatria terbaik sajalah yang mampu dan layak untuk sampai ke sana. Sementara kesatria yang dimaksudkan ini sebagian besarnya sudah termasuk para Nabi, Wali, Begawan dan orang-orang suci. Mereka yang tinggal di Kahyangan pun ada (Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Sang Hyang) meskipun tidak semuanya berhak. Sebab terdapat Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia) yang menjadi “benteng” pembatasnya. Sedangkan terdapat 7 miliar Bhuniwasiru (alam semesta agung) yang berada di dalam Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia) ini sebagai “pengecoh dan labirin” yang membingungkan. Semuanya itu membentuk semacam sabuk pelindung yang harus dilalui secara tepat. Sungguh tak mudah dilaksanakan.

Selain itu, di Afhaniyyah, miliaran “bola-bola dunia” yang ada di sana tertata rapi dalam 60 sirkuit konsentris yang langsung mengelilingi 6 sirkuit penjaga Afhaniyyah. Di dalam sirkuit Afhaniyyah paling dalam atau yang disebut Sya’arus, maka terdapat 600 juta dunia yang unik. Sedangkan untuk yang di luar atau yang disebut Wana’arus, terdiri dari 900 juta dunia. Semuanya dengan bentuk yang proporsional, bergerak seimbang dan diorganisir secara indah. Dan semua dunia tersebut memiliki perwakilannya yang telah menjadi anggota Marruwah (semacam dewan pengawas) yang “berkantor pusat” di Afhaniyyah. Dan atas hak yang telah mereka dapatkan, semuanya bertugas mengkoordinasi pelaksanaan urusan selestial (angkasa) di seluruh masing-masing dunia yang mereka pimpin. Selanjutnya, mereka juga mengkoordinasikannya dengan para pemimpin dunia lain yang berada di tiap-tiap sirkuit Afhaniyyah.

Adapun sirkuit-sikuit yang terdapat di Afhaniyyah tidak saling bertumpuk. Dunia-dunia mereka saling mengikuti dalam arak-arakan linear (lurus) yang membentuk garis circle (lingkaran) secara teratur. Seluruhnya terdiri dari 6 arak-arakan yang bergerak memutar di setiap penjuru mata angin (atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang). Sementara ke 600 juta dunia yang terdapat di sirkuit paling dalam (Sya’arus), berpusar di sekitar Afhaniyyah yang sifatnya stasioner dalam satu bidang datar yang maha luas. Lalu jika ditinjau secara fisik, antara Afhaniyyah dan sirkuit paling dalam atau yang disebut Sya’arus, maka semuanya adalah sistem yang satu, begitu pula dengan sirkuit yang luar (Wana’arus). Pemisahan mereka adalah sebagai bentuk pemisahan fungsional dan administratif.

Selanjutnya, di Afhaniyyah waktu tidak dihitung dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sana melekat dalam konsep keabadian. Namun demikian, pada sirkuit Afhaniyyah (Sya’arus dan Wana’arus) waktu menjadi relatif pada banyak makhluk yang berkunjung ke sana. Baik yang berasal dari selestial (angkasa) maupun terestrial (pemukaan dunia), semuanya tetap merasakan perubahan waktu yang relatif sesuai dengan dunia yang sedang dikunjungi. Dan setiap dunia itu memiliki waktu lokalnya sendiri, yang ditentukan oleh luas bidang sirkuit dan kecepatan gerak sirkuitnya. Karena itulah, dunia di setiap sirkuit tidak memiliki panjang tahun yang sama. Meskipun semuanya secara seragam beredar di seputar Afhaniyyah, tetapi waktu yang ada di masing-masing dunia berbeda.

Sungguh, hanya di “pulau inti” raksasa Afhaniyyah saja yang waktunya sama dan konsisten. Lebih dari itu, ada pula hari standar di sana yang akan berganti per 1 juta tahun waktu di Bumi. Hal itu ditentukan oleh lama waktu ke 9 planet super terdekat dengan “pulau inti” raksasa Afhaniyyah menyelesaikan satu putaran di sekitar Afhaniyyah. Dan meskipun kecepatan mereka sangat besar, namun karena situasi mereka di antara badan-badan gravitasi gelap dan cahaya yang raksasa, maka dibutuhkan 1 juta tahun untuk planet-planet ini menyelesaikan satu putaran sirkuit mereka. Sehingga menjadi realistis ketika di katakan dalam kitab suci bahwasannya “Dihadapan Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun.”

Ya. Hari di “pulau inti” raksasa Afhaniyyah adalah ukuran standar untuk sirkuit-sirkuit di Sya’arus dan Wana’arus, meskipun keduanya tetap memelihara standar waktu internalnya sendiri. Sedangkan di pinggiran luar Wana’arus (sirkuit terluar Afhaniyyah), di dalam Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia), standar waktunya berbeda lagi. Di sana pun beredar sejumlah energi gelap yang sangat besar. Massa gelap yang sangat banyak ini sama sekali tidak seperti badan ruang angkasa lainnya dalam banyak hal; bahkan wujudnya juga berbeda. Badan-badan energi gelap ini tidak memantulkan atau menyerap cahaya; badan-badan ini tidak reaktif pada cahaya energi-fisik, dan mereka sepenuhnya mengelilingi dan menyelubungi Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia), sehingga menyembunyikannya dari pandangan Alam Semesta ruang dan waktu yang dihuni beragam makhluk fana, bahkan meskipun berdekatan.

Nah, sabuk energi gelap itu dibagi menjadi dua sirkuit bulat-melinkar yang setara oleh suatu intruksi ruang yang unik. Sabuk bagian dalamnya berputar berlawanan dengan arah jarum jam, sedangkan sabuk bagian luarnya justru berputar searah jarum jam. Arah gerakan yang berselang-saling ini, bersama dengan massa yang luar biasa dari badan gelap tersebut, sangat efektif mengimbangi lini-lini gravitasi di Afhaniyyah. Sehingga membuat ke 7 miliar Bhuniwasiru (alam semesta agung) yang berada di dalam Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia) pun menjadi ciptaan yang diseimbangkan secara fisik dan distabilkan secara sempurna.

Lalu, sosok-sosok makhluk di ke 1,5 miliar dunia yang berada di Sya’arus dan Wana’arus tidak berdiam di ruang berkabut; mereka tidak mendiami alam-alam halus/goib; mereka bertempat tinggal di atas “bola-bola dunia” nyata itu, yang berwujud materi. Dunia-dunia yang sama nyatanya seperti dimana Manusia hidup (di planet Bumi). Hanya saja memang tetap berbeda dari bentuk-jenis material, hukum alam, dan model kehidupannya. Zat harafiah di sana berbeda sekali dari materi di planet Bumi ini. Sebab, realitas-realitas fisik di sana, terlebih di Afhaniyyah, merupakan suatu tatanan pengorganisasian energi yang secara radikal berbeda jauh dari semua yang berlaku di alam-alam semesta evolusioner ruang dan waktu. Energi-energi di sana pun sudah berada di level tiga dan mengandung esensi yang murni. Semuanya telah melampaui fase-fase positif dan negatif yang merusak.

Ya. Di sana, terdiri dari ribuan unsur kimia dasar dan fungsinya telah diseimbangkan dari ke 70 energi. Masing-masing energi dasar ini, memanifestasi tujuh fase eksitasi (naiknya energi sebuah sistem sehingga lebih tinggi dari keadaan dasarnya), sehingga penduduk asli Afhaniyyah dapat merespon 33 rangsangan sensasi yang berbeda. Dengan kata lain, dilihat dari sudut pandang murni fisik, penduduk asli Afhaniyyah ini memiliki 33 bentuk sensasi yang khusus. Indera-indera Manusia Bumi pada umumnya cuma ada 5 atau 10, sedangkan mereka yang asli penduduk Afhaniyyah lebih banyak lagi, sekitar 13 hingga 33 jenis. Dan jika penduduk Bumi ini sangat mudah dilihat secara langsung dengan mata kepala, penghuni Afhaniyyah tidak. Bahkan jika seorang Manusia Bumi level awam dibawa ke sana, ia akan segera buta, tuli, dan sama sekali kekurangan semua reaksi indera lainnya. Ia hanya bisa berfungsi sebagai makhluk sadar diri yang sangat terbatas, yang kehilangan semua stimuli (rangsangan) lingkungan dan semua reaksi terhadapnya.

Catatan: Meskipun ada banyak Malaikat di sana, tetapi mereka sebenarnya bukanlah penduduk asli Afnahiyyah. Mereka cuma penghuni sementara atau yang sering bolak-balik dari Langit (Agatura). Ada banyak golongan makhluk tingkat atas yang tinggal di sana. Sedangkan yang bisa tinggal di Afnahiyyah tidak perlu istirahat dan tidur. Mereka juga tidak perlu makan dan minum, lantaran sudah bisa menyatu sepenuhnya dengan alam. Makanya siapapun yang ingin bisa ke sana, terlebih dulu harus sudah bisa menyatu dengan alam di tempat asalnya. Menyerap energi tanpa harus mencernanya dalam proses metabolisme adalah keharusan.

Makanya, ada banyak fenomena alami dan reaksi ruhani yang berlangsung dalam “pulau inti” raksasa Afhaniyyah, bahkan di seputaran Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia), atau bahkan di Bhuniwasiru (alam semesta agung), yang tidak dikenal oleh penduduk Bumi. Penciptaan dan pengorganisasian dasar ciptaan yang mengagumkan itu (Afhaniyyah, Sya’arus, Wana’arus, Bhuniwasiruya, dan Bhuniwasiru) tidak seperti hukum dan aturan, atau susunan dasar Alam Semesta kita. Sehingga kuat dugaan, jika ada Manusia Bumi yang merasa telah pergi jauh “ke atas Langit, bahkan ke Surga” adalah tidak benar. Bisa jadi sebenarnya ia cuma sampai ke dunia-dunia yang ada di Afhaniyyah, atau bahkan sekedar di semesta yang ada di Bhuniwasiru (alam semesta agung) atau paling tinggi ke Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia), Wana’arus dan Sya’arus saja. Dan memang di sana itu memiliki kondisi yang teramat indah mengagumkan, persis dengan gambaran surga yang sering diceritakan dari generasi ke generasi.

Jangan gampang kepedean, atau hanya percaya apa katanya orang. Sebab ada banyak ciptaan yang tak kau ketahui, ada banyak dunia yang belum kau pahami. Yang kesemuanya itu bisa menipu dan menyesatkan jalan pikiran.

Sungguh, Afhaniyyah dan sirkuit-sirkuitnya adalah dunia yang sempurna secara ruhani dan stabil secara fisik. Pengendalian dan stabilitas keseimbangan ini tampak begitu sempurna. Semua hukum alam di sana berdasarkan suatu basis yang seluruhnya berbeda dari pada di sistem-sistem energi Multiverse yang senantiasa berevolusi. Semuanya telah dikendalikan secara baik, sempurna dan simetris. Di Afhaniyyah, seluruhnya berjalan dengan seimbang-sempurna antara semua realitas kosmis dan semua kekuatan ruhani. Tidak ada yang sifatnya percobaan, karena sistem Afhaniyyah dan setiap sirkuitnya itu (Sya’arus dan Wana’arus) adalah unit kesempurnaan-paripurna daya cipta Hyang Aruta (Tuhan YME). Sebab, efek dari kegiatan (peristiwa-fenomena) yang terjadi di sana luar biasa aktifnya. Semua nilai ruhani dan kepribadian ruhani tak henti-hentinya ditarik ke arah dalam Afhaniyyah. Desakan menuju Afhaniyyah ini, meskipun tak disadari, sangatlah kuat dan tak bisa dielakkan. Karena sesungguhnya setiap makhluk itu, khususnya Manusia, memiliki keinginan untuk bisa mencapai Tuhannya. Nah Afhaniyyah di sini merupakan suatu media untuk bisa merasakan Ke-Tuhan-an yang sejati lebih dari biasanya.

Namun begitu, sangat disayangkan ternyata Manusia sering kali gagal dalam pengembaraannya. Mereka tidak pernah istiqomah (tekun, gigih) di jalan yang benar menuju SANG KHALIK dan menjadi budak dari nafsunya sendiri. Bahkan lebih buruk lagi, bahwa mereka hanya sekedar mengekor dan manut dengan apa katanya orang lain. Sehingga mereka pun tak bisa lagi di “ruhanikan” untuk bisa mencapai Afhaniyyah. Padahal dari sanalah kesempatan untuk memahami hakikat kehidupan dan YANG MENCIPTAKAN kehidupan menjadi lebih besar. Sebab, ketika bisa sampai ke sana (Afhaniyyah), seseorang akan tergabung dengan jiwa-jiwa pendaki yang mulia, untuk mencari Tuhan, meraih Sanityasa (keabadian), dan mengenali DIRI-NYA. Karena itulah, meskipun berkehendak bebas, siapapun itu tidak pernah lagi bersalah melanggar Kehendak-NYA. Semua sosok yang digdaya ini telah secara konsisten setia berserah diri kepada YANG MAHA ESA dan KUASA. Mereka adalah musafir (pengembara) ruhani yang terus mendekati HAKIKAT-NYA.

Selanjutnya, mengenai tata pemerintahan di Afnahiyyah, di sana tidak ada. Afnahiyyah itu sempurna begitu indahnya, sehingga tidak ada sistem pemerintahan intelektual yang diperlukan. Tidak ada pengadilan yang dibentuk secara reguler, dan yang ada cuma Marruwah (semacam dewan pengawas) karena diperlukan untuk pengarahan administratif saja, itu pun tidak untuk di lingkup Afnahiyyah melainkan di Sya’arus dan Wana’arus. Di “pulau inti” raksasa Afhaniyyah bisa diamati puncak untuk hal-hal yang ideal tentang kehidupan yang sejati.

Dan memang tidak perlu adanya pemerintah di kalangan makhluk-makhluk cerdas yang sempurna dan hampir sempurna tersebut. Mereka tidak membutuhkan regulasi, karena mereka adalah sosok-sosok kesempurnaan bawaan dari lahir yang diselingi oleh makhluk-makhluk berevolusi yang sudah lama lulus dari pemeriksaan teliti pengadilan tertinggi di Alam Semesta Super (Bhuniwarisa). Administrasi di Sya’arus dan Wana’arus itu tidaklah otomatis, tetapi sempurna secara menakjubkan dan efisien secara Ilahiah. Hal ini terutama bersifat keplanetan dan dijabat oleh seorang Hyangratu Chakravartin, yang kadang bermukim di situ. Artinya, masing-masing dunia telah dipimpin oleh satu kepribadian yang adi luhung dan sangat adidaya. Mereka bukanlah Sang Pencipta, tetapi para administrator yang sempurna. Mereka mengajar dengan keterampilan tertinggi dan mengarahkan tiap-tiap “anak-anak keplanetan” mereka dengan kesempurnaan hikmat yang berbatasan pada kemutlakan.

Sungguh, semiliaran dunia-dunia yang berada di sirkuit Afnahiyyah itu (Sya’arus dan Wana’arus) merupakan dunia-dunia pelatihan untuk kepribadian-kepribadian tinggi yang berasal dari tiap-tiap Semesta (Multiverse) dan selanjutnya dijadikan sebagai tempat pembuktian akhir bagi makhluk-makhluk yang naik dari dunia-dunia evolusi (Haltan) waktu menuju ke alam keabadian (Multan). Dalam pelaksanaan rencana besarnya Hyang Aruta (Tuhan YME) untuk kenaikan tingkat makhluk, para musafir waktu itu didaratkan di dunia-dunia penerimaan di sirkuit paling luar (Wana’arus) terlebih dulu, dan sesudah pelatihan yang ditingkatkan dan pengalamannya diperluas, mereka secara progresif dimajukan ke arah dalam (Sya’arus), planet demi planet dan lingkaran demi lingkaran, sampai akhirnya mereka mencapai para Swardiyan dan mendapatkan tempat tinggal di Afnahiyyah.

Adapun saat ini, meskipun dunia-dunia dari ke 6 sirkuit Afnahiyyah itu dipelihara dalam semua kemuliaan abadi mereka, hanya sekitar satu persen dari seluruh kapasitas dunia yang digunakan dalam pekerjaan untuk melanjutkan rencana universal bagi kenaikan Manusia fana. Sekitar sepersepuluh dari satu persen wilayah dunia-dunia raksasa itu didedikasikan untuk kehidupan dan kegiatan para kesatria sejati, sosok-sosok yang secara kekal memilih hidup di dalam terang cahaya Ilahi dan sering berjuang melayani dunia asalnya. Sosok-sosok yang terhormat ini, jika berhasil melalui sirkuit Afnahiyyah (Sya’arus dan Wana’arus) akan memiliki tempat-tempat kediaman pribadi mereka di Afnahiyyah. Sungguh membahagiakan.

Mereka yang berhasil mencapai moksa, di awal-awal kepindahannya dari muka Bumi ini, diberi kesempatan untuk bisa tinggal lama di Sya’arus, Wana’arus, bahkan Afnahiyyah – tentunya dengan melalui beberapa syarat yang sangat ketat. Di sana mereka dapat menikmati hal-hal yang spektakuler dan terus meningkatkan level dirinya. Hingga akhirnya terus melanjutkan perjalanan ke dimensi-dimensi yang lebih tinggi di Multan.

Dan sebagai tambahan informasi, maka bentuk-wujud dan konstruksi keplanetan dunia-dunia yang ada di sirkuit Afnahiyyah (Sya’arus dan Wana’arus) itu sepenuhnya tidak seperti yang ada di dunia-dunia dan sistem-sistem ruang angkasa yang berevolusi – khususnya di Semesta kita ini. Di tempat lain mana pun di seluruh Alam Semesta (Multiverse) tidak cocok disebandingkan dengan bulatan-bulatan dunia yang begitu memukau itu. Susunan dasar fisik triata (jasmani, ruh, jiwa-sukma) digabungkan dengan efek penyeimbang dari badan gravitasi gelap raksasa, memungkinkannya dengan begitu sempurna mengimbangi gaya-gaya fisik dan dengan begitu indahnya bisa menyeimbangkan berbagai gaya tarik di ciptaan yang luar biasa ini. Antigravitasi dan antimateri juga digunakan dalam pengorganisasian fungsi-fungsi material dan kegiatan-kegiatan spiritual dunia-dunia yang sangat besar ini.

Lalu, arsitektur, penerangan, pemanasan dan pendinginan, demikian pula hiasan biologis, fisika, dan artistik di dunia-dunia Afnahiyyah itu, adalah benar-benar melebihi jangkauan kemungkinan terbesar imajinasi Manusia Bumi. Dan kami tidak bisa lagi memberitahu lebih banyak tentang kondisi di Afnahiyyah yang sebenarnya; karena itu untuk bisa memahami keindahan dan keagungannya, engkau pun harus melihatnya sendiri. Karena secara jasmani dan ruhani, dunia-dunia ini diperlengkapi secara ideal; dunia-dunia ini secara tepat disesuaikan untuk tujuan mereka menampung berbagai golongan makhluk abadi yang berbeda-beda yang berfungsi dalam pusat Alam Semesta. Aneka rupa kegiatan pun berlangsung secara terkendali di dunia-dunia indah ini, yang jauh di luar pemahaman Manusia Bumi.

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 21 Mei 2024
Harunata-Ra

(Cuplikan dari buku “Diri Sejati”, karya: Harunata-Ra)

Bonus instrumental:

Satu respons untuk “Afhaniyyah : Pusat Alam Semesta

    […] Saveral Para penduduk asli Afhaniyyah atau di tempat yang setara dengan itu pada dasarnya hidup di dunia-dunia yang sama seperti golongan […]

Tinggalkan komentar