Memahami Keberadaan Dunia Atas (2)

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Pada masa lalu, planet Bumi kita ini pernah berulang kali dikunjungi oleh makhluk superior yang tinggal di suatu tempat yang sangat misterius. Mereka itu termasuk dari golongan Multan (penghuni Dunia Atas), sementara kedatangannya kesini untuk sebuah misi yang berasal dari Hyang Aruta (Tuhan YME). Tujuannya adalah untuk membantu suatu kaum agar mereka bisa naik level peradabannya, dari yang sebelumnya di tingkat 0 (Nuladaya) menuju ke tingkat berikutnya: 1 (Arundaya), 2 (Lanudaya), 3 (Lunidaya), dan seterusnya.

Lantas siapakah sebenarnya makhluk superior itu? Bagaimana kisahnya? Mari ikuti penjelasan berikut ini:

1. Awal kisah
Dalam rentang waktu 1.000, 5.000, bahkan 10.000 tahun, maka itu adalah masa yang singkat dalam skala periode waktu alam semesta. Makanya pada setiap rentang waktu 5.000 – 50.000 tahun sekali, planet Bumi akan dikunjungi oleh makhluk superior yang berbeda dan mereka itu sudah tergabung dalam komunitas semesta (universe). Mereka berasal dari suatu tempat yang misterius di alam semesta dan hanya diketahui oleh komunitasnya saja. Dan pernah datang ke Bumi ini pada zaman kuno untuk membantu para leluhur kita dalam membangun peradaban yang hebat, bahkan melebihi pencapaian kita sekarang.

Ya, mereka terus mengamati Bumi dan menyaring para elitnya – baik dalam bentuk perorangan ataupun kelompok dan kaum – untuk ikut bergabung dengan mereka. Dan memang sejak awal terciptanya alam semesta ini, maka sudah terbentuk suatu sistem kultivasi yang sempurna. Tujuannya untuk membentuk golongan yang superior demi menjaga harmonisasi di alam semesta.

Nah, secara umum golongan superior ini terbagi ke dalam beberapa tingkatan, yaitu 3 di level Aibar (murid), 3 di level Nisbar (guru), dan 3 sisanya di level Husabar (mahaguru). Di level Aibar (murid), seseorang masih membutuhkan energi dan elemen yang tersebar di planet Bumi dan tentunya ia sudah bisa mengendalikannya dengan baik, sementara di level Nisbar (guru) ia tidak terlalu butuh lagi yang ada di Bumi karena sudah bisa menyerap dan menggunakan beragam bentuk energi dan elemen luar angkasa – termasuk yang ada di planet, bintang, sistem tata surya, dan galaksi lainnya. Sedangkan untuk yang di level Husabar (mahaguru), siapapun itu justru sudah bisa menggunakan energi kosmik (termasuk quasar : inti dari galaksi) dan beragam elemen lain yang berjumlah minimal 35 jenis – hanya sebagian kecil yang dapat menggunakan lebih dari itu, karena sebenarnya ada 101 jenis. Hal ini pula yang membuat dirinya bisa memasuki level peradaban lain yang tentunya lebih tinggi dan menakjubkan.

Adapun mereka yang berada di level Aibar (murid), jika berhasil naik sampai di tingkat ke 3 nya, ia akan disebut Innala alias penjelajah bintang. Lalu bagi mereka yang berhasil menjadi Nisbar (guru), maka ia bisa disebut Uhhala alias penjelajah galaksi. Sedangkan untuk mereka yang berhasil naik sampai ke level Husabar (mahaguru), barulah ia bisa disebut Azzula alias penjelajah alam semesta. Jenis ketiga ini pun sudah bisa dikatakan sebagai makhluk superior, dengan berbagai level kemampuannya. Nah di antara mereka ini pula yang dulu pernah datang ke Bumi untuk membimbing para leluhur kita dalam membangun peradabannya. Sedangkan yang dari kalangan Uhhala, justru sering membuat kegaduhan dan bencana.

Catatan: Kata “superior” berarti unggul, ulung/hebat, tinggi, mulia, lebih besar, atau pemimpin. Sehingga istilah ini pantas disematkan untuk mereka yang telah melebihi kemampuan rata-rata kebanyakan. Alasannya karena ia sudah berhasil melampaui batasan dirinya sendiri dan atau standar yang berlaku secara umum.

Oleh sebab itu, dalam skala universe (alam semesta), peradaban di Bumi saat ini masih berada di level 0 (Nuladaya), sementara Innala sama artinya dengan sudah berada di level Arundaya (peradaban tingkat 1) dan Lanudaya (peradaban tingkat 2). Lalu yang disebut Uhhala, maka itu sudah berada di level Lunidaya (peradaban tingkat 3) dan Arahudaya (peradaban tingkat 4). Sedangkan yang disebut Azzula, maka itu berarti sudah berhasil masuk ke level Harinudaya (peradaban tingkat 5) dan Akhirudaya (peradaban tingkat 6). Untuk lebih jelasnya, silahkan baca artikel yang berjudul: Peradaban Semesta.

2. Kaum Syafaru yang istimewa
Pada sekitar awal pertengahan zaman kelima (Dwipanta-Ra), atau sekitar 143 juta tahun silam, hiduplah sekelompok orang (suku) yang bernama Artila. Mereka ini tinggal di wilayah barat pulau Kalimantan sekarang. Di sana mereka telah hidup selama lebih dari 2.000-an tahun dengan tidak ada perubahan yang signifikan. Tetap saja dalam peradaban yang setengah primitif. Hingga pada saat tokoh yang bernama Gamuyta menjadi kepala sukunya, maka terjadilah exodus (migrasi) ke arah selatan, tepatnya di tengah Laut Jawa sekarang; di sekitar arah utaranya kepulauan Karimunjawa. Alasan utama perpindahan itu adalah sang pemimpin telah mendapatkan wangsit untuk mendirikan kerajaan namun tidak boleh di kampung halamannya.

(Titik lokasi negeri kaum Syafaru ; Husinda)

Catatan: Selama jutaan tahun ini, banyak sekali bencana dahsyat yang terjadi di kawasan Nusantara. Selama masa itu, sudah terjadi banyak perubahan geografi dan topografi secara frontal di permukaan Buminya. Ada banyak akumulasi tanah yang sebegitu melimpahnya datang dari gunung-gunung dan akibat pergerakan lempengan Bumi, juga air bah yang terlampau besar dari langit dan lautan, sehingga kawasan Nusantara ini pernah berulang kali luluh lantak seluruhnya. Namun di lain waktu, pernah muncul pula sebagai benua raksasa sebanyak beberapa kali. Dan kini sebagian besarnya justru telah menjadi hilang tenggelam di bawah permukaan air. Begitu pula yang terjadi pada daratan negeri kaum Syafaru itu, dimana kini telah menjadi lautan (Laut Jawa).

Singkat cerita, suku Artila lalu tinggal di negeri yang baru yang diberi nama Husinda. Di sana mereka hidup sebagai petani, pemburu, dan nelayan di sungai. Kemudian waktu 25 tahun pun berlalu sejak kedatangan mereka di sana. Hingga akhirnya mulai terjadi perubahan besar setelah mereka dikunjungi oleh 5 orang dari luar angkasa yang menyamar sebagai para Begawan. Kelimanya itu mengajarkan tentang 5 jenis ilmu pengetahuan yang berbeda ; ilmu kebatinan (agama dan spiritual), perhitungan (matematika, ekonomi), alam (fisika, kimia, biologi, geologi, dll), astronomi, sains dan teknologi. Dimana kesemuanya itu untuk bekal membangun peradaban yang tinggi. Dan bagi yang terpilih, mereka akan diberi kesempatan untuk melihat langsung kecanggihan teknologi yang ada di dalam pesawat antariksa milik para guru asing tersebut. Pesawat super besar itu “parkir” di luar atmosfer Bumi, dan untuk bisa kesana, maka ada pesawat angkut berukuran kecil yang bisa mengantarkan bolak-balik.

Di pesawat itu, mereka yang terpilih dari suku Artila segera belajar dan praktek langsung tentang bagaimana membangun teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya tentu hanya untuk kemaslahatan bersama. Dan setelah dirasa cukup belajarnya, apapun ilmu yang didapatkan di sana harus mereka ajarkan kepada yang lain di sukunya. Lalu sebagai modal awalnya, mereka pun diberikan prototipe (rupa awal atau standar ukuran) dari berbagai jenis teknologi canggih untuk kemudian harus dikembangkan lagi sesuai dengan kemampuan sukunya. Dan seiring waktu, karena mereka ini adalah orang-orang yang gigih dan cerdas, maka berdirilah kerajaan besar yang terkenal akan teknologinya. Namun begitu, karena mereka juga dibekali dengan ilmu kebatinan yang cukup, hal itu tidak lantas membuatnya lupa diri. Justru berbagai teknologi yang mereka ciptakan bisa membantunya untuk lebih memahami hakikat dari kehidupan ini. Karena itulah tak sedikit dari mereka itu yang tetap menjadi sakti mandraguna sekaligus penuh dengan kebijaksanaan.

Kisah pun berlanjut. Seiring waktu dan karena semakin banyak orang yang menetap di negeri Husinda, lalu ditambah lagi dengan kemajuan peradabannya yang signifikan, akhirnya suku Artila sepakat mendirikan sebuah kaum yang diberi nama Syafaru atau yang berarti pengembara terhormat. Nama ini pula yang didaulat sebagai nama resmi kerajaannya, sementara untuk nama ibukota negaranya adalah Syapura atau berarti kota yang terhormat. Nah sejak menggunakan nama-nama tersebut, kemajuan peradaban mereka bahkan tak terbendung lagi. Yang awalnya cuma sebatas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sejenisnya, telah berpaling ke urusan yang jauh lebih luas, khususnya untuk urusan di luar angkasa. Mereka terus mengembangkan kemampuan ilmiah dan batiniahnya (kesadaran diri) demi bisa keluar dari kungkungan peradaban semesta tingkat 0 (Nuladaya).

Oleh sebab itulah, sesuai dengan wasiat dari pembimbing mereka yang berasal dari Multan (Dunia Atas), para ilmuwan dan agamawan lalu diminta untuk memberikan solusi terbaik agar mereka berhasil meraih peradaban yang lebih tinggi lagi. Dan atas usaha keras serta doa yang tulus kepada Tuhan selama 130-an tahun, perlahan namun pasti mereka pun dapat melepaskan diri dari belenggu peradaban tingkat 0 (Nuladaya). Lalu seiring berjalannya waktu, level peradaban semesta tingkat 1, 2, 3, dan 4 pun dapat mereka capai selama di Bumi. Hingga pada akhirnya, untuk bisa naik ke peradaban tingkat 5 (Harinudaya) dan seterusnya, maka satu persatu dari mereka itu – dalam bentuk kelompok – memutuskan untuk pergi meninggalkan planet Bumi. Segala persiapan lahir dan batin sudah dilakukan secara matang jauh sebelum mereka pergi. Dan kepergian mereka saat itu dengan cara menggunakan pesawat super canggih yang berkecepatan melebihi cahaya.

Catatan: Dalam bahasa kaum Syafaru maka pesawat antariksa itu disebut Agyatar. Dan khusus untuk pesawat super canggih yang berkecepatan melebihi cahaya, kaum Syafaru telah sengaja membangunnya di luar angkasa. Alasannya karena masalah ukuran yang sangat besar dan agar tidak bisa ditiru oleh bangsa lainnya. Maklumlah, pada waktu itu sudah terjadi persaingan ketat di antara bangsa-bangsa yang berperadaban tinggi. Dan kaum Syafaru ini bisa dibilang sebagai pemimpinnya.

Sementara itu, kaum Syafaru ini adalah di antara manusia yang diberi anugerah umur panjang di zamannya. Rata-rata usianya bisa mencapai 250-300 tahun, bahkan tidak sedikit yang lebih dari itu lantaran mereka rajin berolah raga dan batin. Bahkan uniknya lagi, selain menyukai teknologi canggih, mereka pun sangat gandrung dengan ilmu kesaktian untuk meningkatkan level kesadaran dirinya. Makanya tak aneh bila mereka bisa memiliki ajian yang sangat luar biasa hebatnya dan mampu mengendalikan elemen alam dengan mudah. Mereka juga telah mengembangkan kemampuan telepati, sehingga mampu berbicara dengan hewan dan tumbuhan. Semuanya memang telah sejak awal menjadi tradisi dari sukunya (Artila), lalu ditambah-sempurnakan lagi oleh para gurunya yang berasal dari Multan (Dunia Atas). Nah karena memiliki dua kemampuan itulah, kaum ini bisa keluar dari belenggu peradaban semesta tingkat 0 (Nuladaya) lebih cepat. Tingkat kesadarannya memang sudah tinggi di atas rata-rata kaum yang hidup di Bumi saat itu.

Ya. Sepanjang kehidupan manusia di Bumi ini, maka sejak di periode zaman yang pertama (Purwa Duksina-Ra) hingga memasuki periode zaman yang kelimanya (Dwipanta-Ra), telah banyak kaum yang hidup dalam tingginya peradaban. Sebagian dari mereka itu bisa pula dibilang superior karena memang telah berhasil keluar dari kungkungan peradaban semesta tingkat 0. Termasuklah kaum Syafaru walaupun dengan perjuangan yang tidak mudah. Adapun mengenai tahapan dari kaum unggulan ini dalam membangun peradaban supernya di Bumi adalah sebagai berikut:

1. 0-5 tahun. Tiba di lokasi, membangun tempat tinggal, dan berusaha untuk bertahan hidup dengan cara bercocok tanam, berburu, dan menjadi nelayan.
2. 5-25 tahun. Masa-masa dalam mendirikan kerajaan, menata perekonomian, merancang sistem pendidikan, dan membangun sekolah.
3. 25-35 tahun. Masa-masa berguru kepada 5 sosok makhluk superior yang menyamar sebagai para Begawan.
4. 35-130 tahun. Tahapan dalam membangun teknologi maju dan terus mengembangkannya. Pada masa ini juga mereka telah berhasil menemukan sumber energi alam berupa zat padat, cair dan gas yang kekuatannya melebihi nuklir, namun tak menimbulkan radiasi berbahaya alias tetap ramah lingkungan. Tentunya mereka pun sudah mengenal apa yang sekarang disebut sebagai partikel, atom, dan quantum energy  untuk digunakan sesuai kebutuhan.
5. 130-3.000 tahun. Puncak kemakmuran dan kejayaan. Pada masa ini mereka telah keluar dari kungkungan peradaban semesta tingkat 0 dan memasuki peradaban semesta tingkat 1, 2, 3 dan 4. Mereka pun mulai meninggalkan planet Bumi dengan pesawat super canggihnya.
6. 3.000-3.500 tahun. Hilangnya kaum Syafaru lantaran mereka semua telah pergi dari Bumi ini dan bergabung dengan komunitas makhluk superior alam semesta.

Dan ketika mereka telah menjelajahi alam semesta lalu diterima dalam komunitas makhluk superior di seluruh Haltan (Dunia Bawah), barulah mereka bisa menyadari sepenuhnya bahwa ternyata para guru mereka dulu, yang berasal dari Multan (Dunia Atas) itu, sebenarnya juga asli dari manusia di Bumi. Lebih tepatnya adalah para leluhur mereka sendiri namun dari zaman yang berbeda. Nah mereka itu telah mendapatkan misi dari Hyang Aruta (Tuhan YME) untuk membantu keturunannya – meskipun tidak setiap waktu, alias cuma dalam rentang waktu ribuan tahun sekali – agar terbebas dari belenggu peradaban semesta tingkat 0 (Nuladaya). Tujuannya adalah agar mereka pun dapat lebih memahami tentang kesejatian hidup ini.

Begitu pula yang terjadi pada kaum Syafaru yang telah berhasil menaikan level kehidupannya, dimana mereka pun akhirnya mendapatkan amanah untuk ikut membimbing para manusia di Bumi sesuai dengan waktunya. Namun karena ada hal-hal yang tetap harus dirahasiakan, khususnya tentang identitas aslinya, maka disaat mereka datang lagi ke Bumi dan bertemu dengan manusia untuk memberikan pengajaran, malah dianggap sebagai Dewa-Dewi. Awalnya memang hanya dihormati sebagai pribadi yang istimewa saja, namun seiring waktu justru berubah dan oleh sebagian kaum yang ada sampai disembah puja selayaknya Tuhan. Ini yang sering kali terjadi, bahkan sampai hari ini pun masih saja berlangsung.

Catatan: Perlu dipahami, bahwa makhluk superior yang dibahas pada tulisan ini sebenarnya ada dua macam. Pertama yang masih tinggal di Haltan (Dunia Bawah), dan yang kedua sudah tinggal di Multan (Dunia Atas). Mereka yang masih tinggal di Haltan (Dunia Bawah), telah mampu menjelajahi alam semesta dan sebenarnya dapat berpindah ke Multan (Dunia Atas) dengan mudah, hanya saja ada tugas yang harus mereka jalankan dulu, yaitu membimbing makhluk di Bumi dan planet-planet yang tersebar di berbagai galaksi agar bisa menaikan level peradabannya. Nah mereka yang jenis pertama ini adalah kaum-kaum yang sudah memiliki kemajuan teknologi yang luar biasa dan telah menjelajahi universe (alam semesta) selama jutaan bahkan miliaran tahun. Di samping juga telah memiliki kesadaran yang sangat tinggi dan layak untuk berpindah ke Multan (Dunia Atas). Seperti yang terjadi pada kaum Syafaru.

***

Info tambahan: Dalam berbagai keyakinan dan kebudayaan, ada sosok yang dikenal sebagai Dewa (maskulin) dan Dewi (feminin). Keduanya itu dianggap sebagai keberadaan supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia. Mereka bahkan disembah, dianggap suci dan keramat, serta begitu dihormati oleh manusia dalam banyak peradaban.

Nah kata “Dewa” dalam bahasa Indonesia itu berasal dari kata Deva, Dewa atau Daiwa (bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata Diw (bahasa India-Iran), yang berasal dari kata Deiwos atau Deywos (bahasa Proto-India-Eropa), yang merupakan turunan dari kata Diw atau Dyew yang bermakna “langit, surga, cahaya, atau bersinar”. Nah, kata Dewa dalam bahasa Inggris (Deity) berasal dari Deité (bahasa Prancis Pertengahan), yang berasal dari Deus (bahasa Latin), yang berasal dari Devos atau Deiuos (bahasa Latin Lama), yang berasal dari Deiwos (bahasa Proto-Italia), yang pada akhirnya memiliki akar serupa dengan kata “Dewa” dalam bahasa Indonesia, yaitu kata Diw atau Dyew dalam bahasa Proto-India-Eropa. Kata Dewa sama sekali tidak ada hubungannya dengan kata Devil (iblis, setan).

Artinya, ada satu bahasa kuno yang menjadi akar dari berbagai bahasa yang tersebar mulai dari kawasan Asia Tengah, Eropa (kelompok bahasa Centum yang terdiri dari sub-grup Keltik, Jermanik, Latin, Balto-Slavik, Albania, Yunani, dan Tocharia (sudah punah)), Timur Tengah dan India (kelompok bahasa Satem yang terdiri dari Sanskerta di tanah India dan Avestan atau  Parsua (Persia) di wilayah Iran-Iraq), hingga ke Asia Tenggara.

Dan bukankah ini menunjukkan ada satu kaum yang memiliki peradaban tinggi dan menjadi asal usul dari peradaban dunia? Lantas siapakah mereka itu? Bahasa apakah yang digunakan, dari manakah ia berasal? Tentunya anda bisa menjawabnya sendiri.

***

Sungguh luar biasanya kaum Syafaru ini. Karena dengan ilmu batiniahnya, mereka yang pergi meninggalkan Bumi dapat mengetahui berbagai rahasia kehidupan, sehingga mereka pun bisa hidup abadi. Sedangkan lewat ilmu sains dan teknologinya, maka untuk bisa membantu pekerjaannya, mereka pun telah menciptakan robot humanoid dalam bentuk dan fungsi yang beragam. Ada yang terbuat dari metal, namun ada pula yang dari bahan kristal imitasi, alias bahan khusus yang sengaja mereka ciptakan. Adapun bahan khusus ini bersifat fleksibel dan bisa berubah-ubah bentuknya sesuai kebutuhan. Sehingga dari kedua jenis robot tersebut, maka yang terbuat dari kristal imitasi lebih canggih dan memiliki kecerdasan tertinggi.

Catatan: Humanoid itu adalah sebuah istilah yang dibentuk dari bahasa Latin yaitu “Humanus” yang berarti manusia dan bahasa Yunani yaitu “Oeides” yang berarti kesamaan ekspresi. Sehingga istilah ini bermakna sesuatu yang dianggap mirip dengan manusia tetapi sebenarnya bukan manusia. Lalu jika dikaitkan dengan pembahasan kita ini, maka robot humanoid itu adalah bentuk robot yang menyerupai manusia atau yang lainnya dengan kemampuan yang bahkan melebihi manusia biasa.

Lebih dari itu, kaum Syafaru yang telah menjelajahi universe selama jutaan tahun waktu di Bumi, pada akhirnya diizinkan untuk berpindah ke Multan (Dunia Atas). Di sana mereka terus melanjutkan kehidupan dalam kondisi yang berbeda, lebih tinggi lagi. Dan sebagaimana yang telah ditugaskan oleh Hyang Aruta (Tuhan YME), maka sesekali mereka ini akan mudik ke Haltan (Dunia Bawah), khususnya ke Bumi atau planet lainnya, untuk membimbing satu kaum agar bisa menaikan level peradabannya. Adapun tentang kapan waktunya, selalu dalam masa antara 5.000-50.000 tahun sekali – mengikuti standar waktu di Bumi. Tidak untuk kaum atau bangsa yang sama, karena bisa siapa saja. Yang penting mereka itu memang layak untuk menerima ilmu pengetahuan dan pengajarannya.

Dan syarat utama agar sebuah kaum dipilih oleh para makhluk superior yaitu mereka telah hidup dalam kejujuran dan tetap beriman kepada Hyang Aruta (Tuhan YME). Harus pula berjiwa kesatria dengan bukti tidak pernah takut atas segala tantangan hidup, tidak juga bersikap munafik dengan terus mengatakan bahwa “yang benar adalah benar, dan yang salah itu ya salah”. Mereka adalah pribadi yang sabar, tekun, ikhlas, sederhana, tak begitu mencintai duniawi, sangat religius-spiritualis, dan menyadari bahwa ada kehidupan setelah mati. Pun sangat meyakini bahwa ada bentuk kehidupan lain yang lebih tinggi dari yang ada di Bumi ini meskipun belum pernah melihatnya langsung.

3. Penutup
Wahai saudaraku. Di dunia ini, kita sekarang bukanlah satu-satunya model kehidupan yang hakiki dan bisa dibilang sebagai peradaban tinggi. Ada banyak model kehidupan lain yang tersebar di seluruh jagat raya, yang bahkan telah memiliki tingkat peradaban yang jauh lebih tinggi. Jangan pernah bersikap jumawa (sombong, angkuh) dan terlalu bangga atau percaya diri – atas pencapaian selama ini – dengan bersikap adigang, adigung, dan adiguna (membanggakan kekuatan, kebesaran, dan kemampuan). Karena sebenarnya itu justru memalukan. Masih banyak yang perlu dilakukan, atau lebih tepatnya dibenahi dan ditingkatkan dalam kehidupan sehari-hari. Peradaban di Bumi ini masih jauh tertinggal.

Bukalah cakrawala hati dan pikiran. Karena Bumi ini sangatlah terbatas, sementara di luar angkasa bahkan tak ada atas maupun bawah. Dari sudut pandang alam semesta, tak ada pula hal buruk ataupun yang berharga. Semua punya tempatnya sendiri dan itu sangat penting bagi kehidupan.

Demikianlah tulisan ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 09 September 2022
Harunata-Ra

Catatan akhir:
1. Bukalah cakrawala hati dan pikiran seluas mungkin saat membaca tulisan ini. Jangan tergesa-gesa atau melompat-lompat, dan perhatikanlah dengan seksama setiap uraian yang ada. Hanya dengan begitulah hikmah dan rahasia yang tersembunyi bisa didapatkan.
2. Apa yang disampaikan disini harus dipahami dengan melepaskan ego dan doktrin pemahaman umum (mainstream) selama ini. Sebab ada level pengetahuan yang lain, yang lebih tinggi dan hakiki.
3. Para makhluk superior layaknya kaum Syafaru telah merapat ke planet Bumi, namun tak ada yang bisa mengetahui atau melihatnya kecuali diri yang terpilih. Mereka sudah membawa visi dan misi dari Hyang Aruta (Tuhan YME), yang belum pernah mereka lakukan selama ini, dan itu akan mengguncang seluruh kehidupan dunia.
4. Tetaplah eling lan waspodo! Persiapkan diri lahir batin sebaik-baiknya! Jangan terikat dengan kesenangan duniawi. Karena yang akan kita hadapi nanti tidaklah mudah. Kedepannya akan banyak peristiwa sedih dan memilukan – bahkan sudah dimulai sejak awal tahun ini. Akan banyak hal-hal yang tak biasanya terjadi, karena proses transisi zaman ketujuh ini (Rupanta-Ra) sudah perlahan dimulai. Dan karena tak kunjung sadar juga, akhirnya manusia dipaksa untuk naik level dimensi dan peradabannya. Sedangkan dalam prosesnya akan terjadi pemurnian total di seluruh Bumi. Hanya yang pantas sajalah yang akan selamat dan atau diselamatkan.

Bonus instrumental:

 

17 respons untuk ‘Memahami Keberadaan Dunia Atas (2)

    Liammm said:
    September 12, 2022 pukul 4:05 pm

    Salam mas ,saya mau sharing – diskusi mas ,Pesawat super besar yang menjadi induk nya itu umumnya oleh orang sekarang di kenal dengan nama mother ship ya mas ,ukuran nya sangat massive untuk menampung sekian banyak nya pesawat yang berukuran lebih kecil dari mother ship nya

    Kalo saya liat dari documentary ada mother ship yang besarnya seukuran planet Jupiter dengan tingkat kecepatan pesawatnya yang luar biasa entah mahluk macam apa yang mengendalikan pesawat tersebut

    Dari sumber lain seperti gina maria colvin hill di YouTube nya banyak mengamati bahkan juga terlihat jelas bahwasanya ada banyak sekali UFO yang keluar masuk matahari ,mungkin matahari yang selama ini kita pahami berbeda dengan matahari yang sesungguhnya ,ada kemungkinan kalau matahari itu sebenarnya “portal antar dimensi ”

    Gina juga pernah bilang pada tab komunitasnya di YouTube bahwa saat ini semua Manusia seperti di awasi oleh suatu kekuatan bayangan / kegelapan ,yang sangat halus – seperti tidak terdeteksi

    mereka membaca pikiran manusia dan mengamati gerak-gerik Manusia sampai hal hal terkecil nya ,tapi mereka tidak bisa membaca hati manusia , mereka menjadi semakin sadar dan semakin terbangun kekuatan nya , mereka tau bahwa ada beberapa manusia yang bisa merasakan kehadiran mereka dalam bayang bayang tapi mereka tidak bisa berbuat apa – apa sampai waktu kemunculan nya tiba ,mereka terus menunggu waktu kemunculan mereka yang sudah sangat dekat …

    Apa yang gina tulis persis seperti pasukan kegelapan yang di deskripsikan di blog ini , apa yang menjadi ketakutan beberapa orang bahwa akan adanya “perang bintang ” yang menyebabkan kengerian yang luar biasa seperti nya sudah di depan mata dan tidak disadari hampir 90% nya manusia bumi karena hanya beberapa saja yang sudah di beri petunjuk akan hadirnya transisi zaman & zaman baru

    Oleh karena itu “pasukan cahaya” dari berbagai lapis dimensi – galaxy datang ke bumi untuk memberikan peringatan dan untuk menaikan kesadaran manusia bumi ke level 5 dimensi yang memang betul sudah di lakukan sejak dulu

    Bedasarkan referensi yang saya dapat ,saya baru menemukan beberapa nama entitas kesadaran kompleks yang termasuk kedalam pasukan cahaya ini seperti : pleiadian , arcturian ,kryon , dimana Ajaran yang mereka turunkan kepada beberapa sumber memang bersifat spiritual dan “non-linear”

    mungkin referensi yang saya dapat akan berbeda dengan apa yang mas harunata tau mengenai mereka ini , saya bahkan baru tau ada pasukan zire diwastu dari blog ini

    Semoga mas oedi / harunata bisa terus mengingatkan orang akan transisi zaman yang terjadi dan semoga kita semua bisa terselamatkan … Aamiin

      Harunata-Ra responded:
      September 16, 2022 pukul 2:10 am

      Okelah mas/mbak Liammm utk sharing nya.. makasih juga utk doanya, moga kita termasuk yg beruntung nantinya.. 🙂

    Johan said:
    September 27, 2022 pukul 3:09 am

    Berawal dari saya ikuti vlog Time travel di YouTube, sampai saya mengetahui artikel ini, wawasan saya terbuka, ternyata kita hidup dijaman purba setinggi tingginya manusia dimuka bumi ini menciptakan teknologi baik utk kemaslahatan manusia maupun ilmuwan2 yang dengan sengaja menciptakan teknologi pemusnah dirinya sendiri, itu semua masih dalam taraf zero dibanding dengan kemampuan teknologi mahluk di atas sana entah dimensi berapa,terima kasih

      Harunata-Ra responded:
      Oktober 2, 2022 pukul 7:41 am

      Iya, kita masih ditahap 0 peradaban semesta.. tp sayangnya terlalu pongah dan akhirnya cuma merusak..
      Terima kasih mas Johan atas kunjungannya, moga bermanfaat.. 🙂

    […] umat Manusia, maka semuanya itu juga terkait dengan singularitas ini. Ada banyak makhluk superior yang berkepentingan untuk menjadikan Bumi sebagai perantaranya dalam menuju ke Multan (Dunia Atas) […]

    […] Dengan Transisi Zaman, Haltan dan Multan : Kehidupan Dua Dunia, Memahami Keberadaan Dunia Atas (1), Memahami Keberadaan Dunia Atas (2), Memahami Keberadaan Dunia Atas […]

    […] tingkat 3 (Lunidaya), kaum Syarkula pun harus pergi meninggalkan Bumi ini untuk bergabung dengan komunitas semesta (universe). Nah sebelum itu, mereka sengaja meninggalkan satu pesawat super canggih di Bumi karena telah […]

    Kekaisaran Jagat Raya (Universe Empire) « Perjalanan Cinta said:
    Desember 18, 2022 pukul 6:55 am

    […] pengurus Kekaisaran Mu’nan-Hisa. Tentang hal ini silahkan baca tulisan yang berjudul : “Memahami keberadaan dunia atas (2)” karena di sana telah diberikan […]

    Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe) « Perjalanan Cinta said:
    Desember 18, 2022 pukul 7:19 am

    […] pengurus Kekaisaran Mu’nan-Hisa. Tentang hal ini silahkan baca tulisan yang berjudul : “Memahami keberadaan dunia atas (2)” karena di sana telah diberikan […]

    Budi said:
    Januari 20, 2023 pukul 7:42 am

    Salam mas🙏. Bangsa safaru sama kaum safaru orang sama kah mas.diblog sebelumnya sama sama pake safaru,klo kau safaru dizaman periode 5 klo bangsa safaru dizaman periode 3

    Budi said:
    Januari 20, 2023 pukul 7:43 am

    Salam mas🙏. Bangsa safaru sama kaum safaru orang sama kah mas.diblog sebelumnya sama sama pake safaru,klo kau safaru dizaman periode 5 klo bangsa safaru dizaman periode 3.mohon penverahannya mas

      Harunata-Ra responded:
      Januari 21, 2023 pukul 7:49 am

      Oh itu berbeda kok mas… kan dari namanya aja nampak beda toh? kata Safaru dan Syafaru itu kan gak sama (mudahnya, kalo dalam aksara Hijaiyah itu ada huruf Sin (ﺱ) dan Syin (ﺵ), jelas berbeda, baik dari segi arti/makna atau pelafalannya… Apalagi kalo masnya baca dg cermat, maka bangsa Safaru itu bukanlah manusia, karena mereka aslinya tidak tinggal di Bumi, melainkan di suatu tempat yg sangat jauh dari Bumi, tepatnya di sebuah dimensi khusus yang bernama Mahilasyi (dimensi ini berada di Alam Semesta yang lain dari Alam Semesta kita), sedangkan kaum Syafaru itu jelas manusia, karena mrk berasal dari suku Artila yg dulunya tinggal di Kalimantan.. Di tambah lagi, di blog ini kisah keduanya pun berada di zaman yg berbeda, sangat jauh rentan waktunya, miliaran tahun loh..

    Arasyiyas : Tempat Pencerahan Terbaik « Perjalanan Cinta said:
    Februari 8, 2023 pukul 6:33 am

    […] dan agar lebih enak dipahami, maka kali ini akan dibahas lebih detail mengenai bentuk kehidupan di Multan (Dunia Atas). Dan untuk lebih jelasnya adalah sebagai […]

    […] Dengan kata lain, makhluk yang bersifat asura adalah mereka yang terikat secara duniawi dengan nafsu-nafsunya dan selalu tenggelam dalam kebodohannya sendiri. Terikatlah selalu mereka ini dengan dunia bawah (Haltan) yang sebenarnya menjijikkan. Sebaliknya, mereka yang bernafas-atas adalah yang bisa melampaui keduniawian dan akhirnya bisa memiliki keterikatan erat dengan dunia atas (Multan). […]

    […] Catatan: Untuk lebih jelasnya tentang peradaban semesta ini, silahkan baca tulisan sebelumnya yang berjudul “Peradaban Semesta“, “Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe)“, dan “Memahami Keberadaan Dunia Atas 2“. […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (2) « Perjalanan Cinta said:
    Oktober 27, 2023 pukul 7:07 am

    […] makhluk di Haltan (Dunia Bawah). Bahkan di Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia) dan seluruh Multan (Dunia Atas). Kecepatan mereka yang disebut Hirruwas ini saat melintasi ruang itu berubah-ubah, tergantung pada […]

    Afhaniyyah : Pusat Alam Semesta « Perjalanan Cinta said:
    Mei 22, 2024 pukul 2:59 am

    […] dijadikan sebagai tempat pembuktian akhir bagi makhluk-makhluk yang naik dari dunia-dunia evolusi (Haltan) waktu menuju ke alam keabadian (Multan). Dalam pelaksanaan rencana besarnya Hyang Aruta (Tuhan […]

Tinggalkan komentar