Haltan dan Multan : Kehidupan Dua Dunia

Posted on Updated on

Wahai saudaraku. Kehidupan masa lalu Manusia sungguh menakjubkan dan terasa lebih menarik. Betapa tidak, ada banyak hal yang menurut pandangan orang sekarang hanya sebagai dongeng belaka justru itulah kenyataannya. Tidak sedikit dari berbagai peristiwa yang tak masuk akal menurut pikiran orang di masa kini, sebenarnya itu menjadi hal yang biasa dan normal di masanya dulu. Memanglah kehidupan dunia ini begitu unik, namun sayang terus merosot dalam banyak hal, terutama mengenai batas kemampuan manusianya yang semakin rendah.

Oleh karenanya mitos dan legenda itu sebenarnya adalah bukti ketidakmampuan orang moderen (masa kini) untuk menerima kenyataan bahwa ada peradaban yang lebih maju-tinggi dari mereka (di zamannya) pada masa lalu. Dan saking hebatnya mereka itu dulu, sampai tak meninggalkan bekas peradabannya. Bukan lantaran hancur diterpa musibah atau bencana alam, tetapi lantaran sudah dipindahkan ke dimensi kehidupan yang lebih tinggi. Di sana mereka pun hidup dalam suasana yang sangat berbeda. Tentunya lebih indah dan membahagiakan dari kita yang masih tinggal di muka Bumi ini.

Baiklah, untuk mempersingkat waktu marilah ikuti uraian berikut:

1. Awal kisah
Dalam sejarah kehidupan dunia, di Alam Semesta kita, tepatnya di planet Bumi ini, telah sangat banyak peradaban yang muncul sebelum Manusia diturunkan dari Syurga. Mereka itu terdiri dari berbagai golongan makhluk yang berbeda, dengan beragam model kehidupannya masing-masing. Semuanya memiliki tingkat peradaban yang tinggi, lengkap dengan segala jenis kemampuan dan kesaktiannya. Namun demikian, sesungguhnya Manusia adalah yang terbaik sebagaimana yang telah Hyang Aruta (Tuhan YME) tetapkan. Sebab Manusia itu pun memiliki kelebihan dari mereka semua, tetapi dengan catatan hanya bila Manusia itu sendiri bisa mengenal diri sejatinya. Kekuatan yang tersembunyi atau sedang tertidur dalam dirinya adalah sangat besar, dan baru akan bangkit serta pantas menjadi khalifah (pemimpin tertinggi) ketika ia berhasil memahami kesejatian dirinya. Dan saat itu terwujud, maka Manusia itu tidak hanya layak menjadi pemimpin di Bumi (khalifatul fil ardh), tetapi bahkan untuk seluruh Alam Semesta (khalifatul fil ‘alamin).

Catatan: Di seluruh Alam Semesta kita, setidaknya ada 100 jenis elemen yang berbeda. Nah dari setiap elemen tersebut, maka diciptakanlah berbagai jenis makhluk yang berbeda pula. Seperti halnya Malaikat yang tercipta dari cahaya, Jin yang dari api, Miharas yang dari udara/angin, dan Manusia yang berasal dari tanah, begitu pula dengan makhluk-makhluk yang lainnya (Peri, Cinturia, Karudasya, Naga, dll), dimana mereka itu diciptakan dari unsur-elemen yang berbeda pula. Dan sebagian dari mereka itu dulu juga pernah mendiami planet Bumi ini – jauh sebelum Manusia – secara bergantian dari masa ke masa. Hingga akhirnya giliran Manusia yang mengisi Bumi ini hingga sekarang.

Dan perlu diketahui bahwa sebagian dari penghuni Bumi itu dulu, ada yang akhirnya di musnahkan dengan cara diazab ataupun diperangi (karena mereka itu sudah berbuat ingkar dan sangat melampaui batas), sebagian lainnya hanya berpindah ke dimensi lain. Mereka ini seperti halnya bangsa Peri, Cinturia, Karudasya, dan Naga. Artinya, disaat makhluk telah hidup dengan melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, maka dengan sendirinya akan berakibat buruk untuk diri mereka sendiri. Inilah hukum sebab akibat yang sangat mengikat dan sudah ditentukan bahkan sebelum penciptaan makhluk dimulai. Namun sebaliknya, ketika mereka dapat hidup sesuai dengan segala aturan-NYA, maka ada bonus yang sungguh membahagiakan. Misalnya berpindah ke dimensi lain yang lebih tinggi dari alam yang ada di muka Bumi ini. Di sana bentuk kehidupannya sangat berbeda dari sini, dimana jelas lebih indah dan membahagiakan, bahkan tak ada batasan waktu kecuali Hari Kiamat nanti.

Ya, begitulah fakta yang sebenarnya namun telah diabaikan oleh mayoritas orang sekarang. Dan apa yang diceritakan kali ini terjadi pada masa akhir periode zaman ketiga umat Manusia (Dirganta-Ra). Lalu sebagaimana faktanya, maka kehidupan dunia itu terdiri dari dua bentuk, kami menyebutnya sebagai Haltan (Dunia Bawah) dan Multan (Dunia Atas). Haltan (Dunia Bawah) itu hanya berisi mereka yang masih berada di level rendah kehidupan – yaitu dimensi ke 3, 2, 1 dan 0 alias seperti mayoritas penduduk Bumi ini. Sedangkan Multan (Dunia Atas) itu berisi orang-orang yang telah berhasil menaikkan level dimensi kehidupannya dari level 3 ke level 4, 5, 6, 7 dan seterusnya. Oleh sebab itulah dua jenis kehidupan tersebut sangat berbeda, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Bahkan lokasi alamnya pun sudah berbeda, satu masih berada di alam nyata dunia ini (di muka Bumi), sementara yang satunya lagi sudah berada di dimensi yang lebih tinggi (tak kasat mata). Artinya, keduanya hidup di waktu dan ruang yang berbeda, serta melakukan urusan yang berbeda pula.

Dan jika terjadi banyak kekacauan atau penyimpangan di Bumi – sudah melampaui batas, maka secara otomatis portal antar dimensi kian melemah dan akhirnya bisa ditembus. Hal ini lalu dimanfaatkan oleh golongan kegelapan untuk segera masuk dan berhasrat dalam menaklukkan planet Bumi dan segala isinya. Namun demikian, karena itu pula mereka yang berada dalam golongan cahaya, yaitu pribadi-pribadi yang sudah mencapai level dimensi atas dan tinggal di Multan (Dunia Atas), juga akan turun ke Haltan (Dunia Bawah). Tujuannya adalah untuk membantu dalam menertibkan keadaan di Bumi agar bisa kembali pada yang semestinya. Hal ini pernah berulang kali terjadi sepanjang kisah sejarah umat Manusia.

2. Bentuk peradaban dunia
Pada masa itu, model kehidupan di atas Bumi sangat berbeda dari sekarang. Tidak hanya Manusia yang mengisi Bumi ini, tetapi masih ada bangsa Peri, Cinturia, Karudasya, dan Naga. Bahkan sebagian dari bangsa Jin pun masih hidup di alam nyata dunia ini. Nah bangsa-bangsa tersebut hidup berdampingan dengan Manusia dan terkadang saling menjalin hubungan yang erat, terutama dalam urusan perdagangan. Dan khusus untuk golongan Hewan serta Tumbuhan, sebagian dari mereka itu ada yang mampu berbicara seperti layaknya Manusia. Bahkan ada pula yang sampai mendirikan kerajaannya sendiri, tak jauh berbeda dengan Manusia.

Ya, sungguh hal yang semacam ini sering dianggap cuma sebatas dongeng belaka, atau paling tidak ya hanya sekedar mitos atau legenda saja. Padahal itulah fakta yang sebenarnya di masa lalu – meskipun akan sulit diterima oleh orang-orang di masa sekarang karena tak ada yang seperti itu lagi. Kehidupan di Bumi ini sangat berbeda dari itu semua, dan kini justru hanya mengutamakan teknologi dan jauh dari nilai-nilai mistis-spiritual. Dan apa yang disampaikan kali ini berlangsung pada masa ratusan miliaran tahun silam, makanya teramat sulit untuk diterima publik. Jangankan untuk bisa mudah percaya, karena pemahaman umum orang sekarang hanya meyakini bahwa keberadaan/umur Manusianya itu cuma berkisar jutaan tahun saja – pendapat lain justru mengatakan bahwa nenek moyang Manusia itu baru ada sekitar 250 ribu tahun lalu. Sebelum itu justru ada yang mengatakan bahwa tak ada Manusia di Bumi ini (dengan alasan karena Manusia itu berasal dari kera, alias teori evolusi), dan ada pula yang meyakini bahwa sebelum itu Manusia masih belum diturunkan ke Bumi atau malah belum diciptakan. Bahkan planet Bumi ini pun hanya dipahami berumur 4,543 miliar tahun saja – dan kehidupan pertama di Bumi diketahui hanya ada sejak lebih kurang 3,5 miliar tahun yang lalu (terbentuk dari mikroba-mikroba kecil yang hidup di bawah air), sementara Alam Semesta pun diyakini cuma berumur 13,77 miliar tahun.

Artinya ini sangat berlainan dengan fakta yang sebenarnya. Karena sesungguhnya umur Manusia, Bumi dan Alam Semesta itu jauh lebih tua dari anggapan tersebut. Satu periode zaman umat Manusia saja, di masa lalu ada yang berlangsung selama miliaran tahun. Dan kehidupan di dunia ini selalu “patah tumbuh, hilang berganti” lantaran memang berbentuk circle (lingkaran: selalu berulang), bukan linear (garis lurus: hanya dari awal menuju ke akhirnya saja). Sehingga apa yang dilihat dan dipahami orang sekarang hanyalah pengulangan yang ke sekian-kalinya dari bentuk kehidupan di Bumi ataupun Alam Semesta ini. Semuanya ada dalam proses yang terus berulang, mulai dari primitif hingga maju dan akhirnya hancur lagi tetapi kemudian bangkit lagi. Tak bisa langsung ditetapkan sebagai yang paling benar dan mutlak, atau itulah satu-satunya kisah perjalanan sejarah kehidupan. Di sinilah perbedaan mendasar dalam pola berpikirnya. Seperti siang dan malam yang akan selalu dipisahkan oleh waktu.

Kembali pada cerita kita ini. Pada waktu itu, kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Peradaban Manusia terbagi dalam faksi-faksi yang sering bersitegang. Sehingga perang antar wilayah dan kawasan sering pula terjadi, dan kapan saja bisa terjadi perang besar untuk menunjukkan siapakah yang paling hebat di antara mereka. Dan inilah yang menjadi alasan kenapa bangsa lain seperti Peri, Karudasya, Cinturia, Naga dan Jin tak mau lagi menjalin hubungan diplomasi dan perdagangan yang erat dengan Manusia. Mereka telah menganggap bahwa umat Manusia sudah meninggalkan tugas dan tanggungjawab utamanya di Bumi ini sebagai Khalifah (pemimpin tertinggi). Oleh sebab itu, perlahan-lahan kondisi dunia pun jatuh dalam kekacauan dan kehancuran yang memilukan.

Dan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka portal antar dimensi pun kian melemah. Ini membuat golongan kegelapan dengan leluasa masuk dan melakukan tindakan yang tersembunyi untuk lebih merusak ketertiban di Bumi. Dalam hal ini, awalnya mereka tidak muncul dalam wujud aslinya. Mereka sengaja menyamarkan dirinya sebagai sosok manusia yang bijak dan waskita, atau menjadi kalangan terhormat dan berilmu tinggi. Dengan begitu, mereka pun dengan leluasa bertindak sesuai dengan agenda si raja kegelapan. Dan tak butuh waktu lama bagi golongan kegelapan ini untuk bisa menyesatkan umat Manusia. Bahkan tidak hanya itu, dengan cara yang halus mereka pun dapat pula menciptakan gejolak dan pertikaian di banyak tempat dengan alasan prinsip, ideologi atau pun gengsi.

Ya. Pada akhirnya satu persatu kerajaan yang ada saling bertikai hanya karena berbeda pandangan. Entah itu urusan ekonomi, politik, budaya, suku bangsa, ataupun agama, maka semuanya bisa menjadi bibit perselisihan yang keras. Dan tidak butuh waktu lama hingga akhirnya menjadi alasan dasar untuk berperang. Terlebih pada masa itu, prinsip seorang kesatria yang gagah berani dalam pertempuran masih sangat dijaga. Sungguh kebanggaan yang tinggi bagi siapapun ketika ia rela masuk dalam medan peperangan. Disitulah tempat yang paling tepat untuk menunjukkan kualitas diri mereka yang sebenarnya.

Catatan: Di masa itu, tradisi dari bangsa-bangsa yang ada saat menyelesaikan beberapa masalah atau perselisihan adalah harus dengan cara melakukan pertarungan – terkadang sampai mati. Makanya dibeberapa tempat sudah disediakan arena khusus pertarungan yang digarap serius (profesional). Siapapun boleh menggunakannya, terlebih untuk kepentingan menjaga kehormatan diri atau klannya. Maklumlah pada waktu itu prinsip hidup mereka adalah “lebih baik mati dari pada menanggung rasa malu“. Ini jelas mirip dengan tradisi Bushido pada masyarakat feodal Jepang (kode etik kesatriaan golongan Samurai), bahkan sama pula dengan yang ada di masyarakat Jawa era Majapahit dan yang sebelumnya. Demikianlah cara-cara kesatria yang tetap dipegang teguh pada masa lalu.

3. Pemuda yang terpilih
Waktu terus berlalu di tengah-tengah kondisi dunia yang kian tak menentu akibat dari banyaknya perselisihan. Hanya di pedesaan yang jauh dari kota sajalah yang masih terasa aman dari berbagai gonjang-ganjing kepentingan para penguasa klan dan bangsa-bangsa. Nah di sebuah perkampungan kecil yang berada di lembah Nunsa, hiduplah seorang pemuda sederhana yang bernama Zaruna. Bersama kedua orang tua dan tiga adik-adiknya, ia menjalani hidup sebagai petani dan peternak. Dan sebagaimana penduduk di kampungnya, kehidupan mereka pun biasa-biasa saja, alias lebih dekat ke alam bebas.

Namun begitu, karena terbiasa berdiskusi dengan ayahnya yang berwawasan luas – karena ia adalah mantan kesatria pengembara, maka saat melihat kondisi dunia yang kian carut marut saat itu, Zaruna pun merasa resah. Ada keinginan di hatinya untuk melakukan perubahan agar Bumi dan segala isinya kembali harmonis. Hanya saja, disisi lain sang pemuda pun sadar diri bahwa ia bukanlah siapa-siapa dan tak punya kemampuan yang cukup. Meskipun sebenarnya ia berasal dari garis silsilah para raja-ratu yang agung di masa lalu, kenyataannya saat itu ia dan keluarganya bukanlah dari kalangan terhormat di istana. Tak punya kekuasaan dan pengaruh apapun di dunia, bahkan untuk wilayah yang seluas desanya.

Hingga suatu ketika sang ayah mendapatkan petunjuk untuk disampaikan kepada Zaruna. Dimana sang anak diharuskan untuk pergi mengembara untuk menemukan tujuan dari kelahirannya di Bumi. Kemanakah itu? tak diketahui. Yang penting ia harus terus melangkah ke arah timur lalu ke barat sampai akhirnya menemukan seorang guru yang akan mengajarinya tentang berbagai hal, khususnya ilmu pengetahuan dan wawasan yang telah punah.

Mendengar penjelasan dari sang ayah, Zaruna pun senang mengikutinya. Selang 7 hari berikutnya ia mulai berjalan ke arah timur selama beberapa purnama. Hutan dan lembah ia lalui, sungai dan danau pun ia seberangi, tak ada pertanda untuk berbelok ke arah barat sesuai dengan petunjuk dari ayahnya. Hingga akhirnya ia pun memilih untuk berhenti dan menetap di pinggiran hutan yang bernama Bilbas. Selama beberapa minggu ia tinggal di sana sembari terus melatih jurus-jurus kanuragan yang telah ia dapatkan dari sang ayah. Di sela-sela latihan itu, Zaruna pun kerap bermeditasi dan mendalami hal-hal yang berbau spiritual dan kadigdayan. Semua di lakukan sesuai dengan pelajaran yang telah ia terima dari ayahnya.

Singkat cerita. Suatu pagi, tanpa dikira sebelumnya, Zaruna di datangi oleh seekor hewan berkaki enam yang bentuk tubuhnya campuran antara rusa, kuda, dan burung rajawali. Sungguh eloknya penampilan hewan yang diberi nama Aimal tersebut. Dan lebih uniknya lagi, ternyata ia mampu berbicara layaknya Manusia. Sedangkan maksud kedatangannya menemui Zaruna kala itu adalah untuk menyampaikan sebuah petunjuk. Sang pemuda diminta untuk kembali meneruskan perjalanan ke arah barat menuju hutan Sinbar. Di sana ia lalu diperintahkan untuk menetap selama 15 hari, sampai akhirnya bertemu dengan guru yang dicarinya selama ini.

Kisah pun berlanjut. Atas petunjuk dari hewan Aimal itu, keesokan harinya Zaruna mulai beranjak ke arah hutan Sinbar. Sesuai dengan informasi yang diterima sebelumnya, ia pun berkemah selama 15 hari di sana. Hingga suatu ketika, menjelang sore ia bertemu dengan sosok yang sangat kharismatik dan berilmu tinggi. Ternyata ia adalah seorang utusan Tuhan yang bernama Nabi Khildan AS. Dari beliau Zaruna bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang tinggi, dan sang Nabi pun kerap mengajaknya untuk terus mengembara ke berbagai tempat dan negeri yang berbeda. Hingga akhirnya mereka pun bertemu dengan seorang utusan Tuhan yang lainnya, yaitu Nabi Syis AS. Setelah pertemuan tersebut, Nabi Khildan AS segera undur diri karena ada tugas lain yang harus beliau kerjakan. Zaruna kemudian diperintahkan untuk mengikuti kemanapun Nabi Syis AS pergi. Maka sejak itulah Zaruna pun menjadi murid dari Nabi Syis AS secara tekun dan khidmat.

Catatan: Sebenarnya Nabi Khildan AS adalah leluhur dari Zaruna lewat jalur silsilah ayahnya. Beliau telah dianugerahi umur yang sangat panjang dan bisa hidup di banyak alam. Sudah menjadi tugasnya untuk membimbing sang cucu karena ia memang terpilih.

Suatu ketika, disaat bersantai di pinggiran sungai yang tenang, sang guru pun memberikan wejangan-nya yang sangat berharga. Katanya:

Wahai ananda. Pentingnya berjalan di jalur kesadaran adalah karena adanya “tongkat” yang bisa menuntun atau pun dapat memberi peringatan kepadamu bahwa engkau sedang menempuh tahap demi tahap kehidupan yang sejati. Atau dalam artian bahwa kesadaran itulah yang memberitahu secara jelas dimanakah engkau berada (posisi/kedudukanmu). Begitulah aspek yang terpenting untuk diketahui sejak dini. Dan dirimu hanya perlu terus melakukannya, terus dan terus saja dengan tanpa pernah berhenti.”

Setelah mengatakan hal itu, sang Nabi lalu diam sejenak untuk memberikan waktu bagi Zaruna agar bisa mencerna penjelasannya. Setelah di rasa cukup, ia pun kembali berkata: “Untuk bisa memasuki kesadaran yang murni, maka perlu mengetahui ke 7 macam bentuk kesadaran diri lalu menunaikannya. Dimana semuanya itu telah disampaikan langsung oleh sang bapak Manusia, yaitu ayahanda Adam AS. Kepada ke 10 pasang anak-anaknya, maka informasi tersebut pertama kali diajarkan. Kemudian diwariskan secara turun temurun selama 3 zaman (Purwa Duksina-Ra, Purwa Naga-Ra, dan Dirganta-Ra), hingga akhirnya sampai kepadamu sekarang.

Adapun ke 7 jenis kesadaran itu adalah sebagai berikut :

1. Baliya (hasrat untuk belajar/iqro’ => terbangun dari “tidur”).
2. Galiya (hasrat untuk mencari => tersadarkan).
3. Maliya (hasrat untuk berpikir => rasa sadar).
4. Daliya (hasrat untuk merenungi => sadar diri).
5. Kaliya (hasrat untuk menyimpulkan => rahsa kesadaran).
6. Valiya (hasrat untuk memahami => kesadaran).
7. Saliya (hasrat untuk mengerti => penuh kesadaran).

Nah, ketika satu persatu bentuk kesadaran tersebut bisa dikuasai, maka secara perlahan siapapun akan memiliki Radiya alias kesadaran murni. Memang bukanlah hal yang mudah, namun tidak berarti menjadi tidak bisa. Siapapun mampu, asalkan ia punya tekad yang kuat untuk berusaha.

Dan ketahuilah, bahwa hanya dengan itu pulalah seseorang baru akan benar-benar memahami dan mengerti tentang Sirrulloh (Rahasia-NYA) yang sejati. Sementara ke 7 jenis kesadaran tadi adalah setiap anak tangga yang harus dilalui oleh seseorang agar ia bisa memiliki kesadaran murni yang sebenarnya. Tidak ada satu maka takkan ada yang lainnya. Sebab kesemuanya itu adalah satu kesatuan yang utuh, tidak bisa dipisahkan, alias harus dimiliki atau dicapai semuanya. Jika tidak, maka siapapun itu takkan pernah bisa menguasai apa yang disebut dengan kekuatan Ilahiyah dan daya keindahan yang hakiki“.

Mendapati wejangan itu membuat Zaruna sampai meneteskan air mata. Betapa selama ini sesungguhnya ia masih belum tahu apa-apa dan tidak pula melakukan apa-apa dalam hal kesadaran diri. Bahkan ia pun merasa bahwa selama ini belum sampai ditingkat Baliya (hasrat untuk belajar/iqro’ => terbangun dari “tidur”). Sementara masih ada 6 tingkatan berikutnya yang harus dilalui untuk bisa memiliki kesadaran yang murni, dan memang itulah yang sebaiknya bagi seorang hamba selama masa kehidupannya.

Catatan: Uraian detail mengenai ke 7 jenis kesadaran diri dan bagaimana cara untuk bisa mencapainya – sesuai dengan bimbingan dari sang Nabi – tak bisa kami sampaikan di sini. Ada protap yang harus diikuti, maaf.

Waktu pun terus berlalu dan tibalah bagi Zaruna untuk berusaha menguasai ke 7 jenis kesadaran diri. Setiap tingkatannya, ia terus digembleng secara khusus oleh sang Nabi di tempat yang berbeda dan dengan cara-cara yang berbeda pula. Bahkan tidak jarang harus ke dimensi yang lain untuk menyempurnakan pelajarannya. Dan ketika ia telah sampai di tingkatan ke 4, yaitu Daliya (sadar diri), sejak itulah ia terus berada di Multan (Dunia Atas). Sebuah dunia yang berisikan orang-orang yang telah moksa atau sudah berhasil mencapai keabadian (immortalilty) dan mereka yang memang asli penghuni alam tersebut. Tak perlu dipertanyakan lagi tentang kekuatan dan kesaktian mereka itu, karena tak sedikit darinya yang setara dengan para Dewa-Dewi. Bahkan tak jarang dari mereka itu yang sangat disegani oleh para Dewa-Dewi lantaran kemampuan dan keilmuan yang dimilikinya sangat tinggi.

Catatan: Yang dimaksudkan dengan Multan (Dunia Atas) dalam kisah ini bukanlah Nirwana, Kahyangan, ataupun Syurga. Tetapi sebuah dunia khusus yang berada di dimensi khusus pula, dimana itulah tempat tinggal bagi orang-orang yang telah moksa atau sudah mencapai keabadian (immortality) atau telah berhasil menaikkan level dimensi kehidupannya. Di sana itu merupakan alam tersendiri yang terbagi ke dalam berbagai tingkatannya. Ada 100 jenis alamnya, dan setiap jenisnya itu mewakili ke 100 bentuk-tingkatan yang berbeda. Siapapun yang tinggal di dalamnya akan disesuaikan dengan level kekuatan, kemampuan-kesaktian, dan keilmuan-wawasan diri mereka. Artinya, semakin tinggi tingkatan alamnya, maka semakin tinggi pula level kekuatan, kemampuan-kesaktian, dan keilmuan-wawasan dari para penghuninya.

Makanya, di dalam dunia tersebut para penghuninya tetap berlatih untuk bisa melampaui batas kemampuan dirinya – bahkan para Begawan, Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, dan Sang Hyang juga ikut tinggal di Multan agar mereka bisa terus berlatih untuk meningkatkan kualitas dirinya. Itu semua di lakukan karena mereka sangat tahu bahwa ada yang lebih baik lagi di atas level diri mereka sekarang. Dan sebenarnya Multan (Dunia Atas) itu juga disediakan untuk siapapun dari ke 100 jenis-golongan makhluk yang ada di Alam Semesta ini – di berbagai planet dan galaksi yang berbeda. Semuanya bisa hidup di situ selama ia bisa memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini minimal sudah berhasil mencapai level ke 5 dimensi kehidupan. Tentang level dimensi ini, silahkan baca lagi tulisan yang berjudul “Nirwana dan Kahyangan : Dalam perspektif kehidupan yang sejati“. Di sana telah kami jelaskan secara detail.

Sungguh beruntungnya Zaruna karena meskipun terbilang sangat muda, ia sudah bisa sampai ke Multan (Dunia Atas). Di sana pun ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk sering bertanya, berdiskusi, dan menimba berbagai kemampuan yang langka. Namun setiap berlatih untuk melalui tahapan dari ke 7 kesadaran diri, khususnya sejak di tingkat 4 (Daliya), maka energi murni dalam tubuh semuanya justru seperti bertabrakan dengan “kebijaksanaan agung” dan menghilang. Terus seperti itu, namun perlahan menjadi lebih baik keadaannya dan berubah-ubah mendekati keseimbangan. Dan keseimbangan itu lalu berganti-ganti pula hingga menciptakan harmonisasi yang indah. Inilah wujud kesempurnaan tirakat yang jadi tujuan. Meskipun telah berlangsung lama, tak ada rasa bosan dan ingin berhenti dari sang pemuda. Ia masih tetap semangat dan bersabar.

Catatan: Setiap kali memasuki dimensi yang baru, Zaruna kerap mendapatkan ujian kemampuan dan kepribadian dari mereka yang sudah terlebih dulu hidup di sana. Bentuknya pun beraneka ragam, mulai dari adu kecerdasan berpikir sampai ke urusan duel kesaktian. Dan mereka itu takkan berhenti sampai Zaruna mengaku kalah atau justru menang.

Lalu, karena Nabi Syis AS masih terus mendampingi, sekali lagi beliau pun memberikan wejangan-nya dengan berkata: “Kekuatan besar akan muncul setelah menghilangkan keragu-raguan dalam diri sendiri. Sebab keragu-raguan itu adalah bentuk kelemahan terbesar dalam hidup. Dia akan mempengaruhi pikiran dan membuat hati kian melemah. Hal tersebut dapat pula menyebabkan siapapun mengambil tindakan yang salah, bahkan terjerat dalam jebakannya sendiri. Seperti ngengat yang bunuh diri karena terbang mendekati api. Maka hilangkanlah kekhawatiran ini, sebelum akhirnya menyesal dan kian terjerumus dalam kehancuran.”

Dan karena ia adalah seorang kesatria, maka secara khusus Nabi Syis AS menurunkan ke 13 jurus Urasywata (Tongkat Menyapu Badai) kepada Zaruna. Setiap level jurusnya memiliki gerakan dan mantra yang berbeda. Nama-namanya pun tak sama, dan secara bertahap diajarkan kepada sang pemuda hingga ia benar-benar dapat menguasainya. Adapun di antara nama-nama dari setiap level jurus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wadhi-ma (pergi sunyi)
2. Wilna-sa (musnah hampa)
3. Wunsi-ru (deru kebebasan)
4. Selha-dha (…..)
5. Huran-zha (…..)
6. Rumba-kha (…..)
7. Isyir-na (…..)
8. Usya-fu (…..)
9. Asyar-qa (…..)
10. Amur-te (…..)
11. Akna-mu (…..)
12. Alhin-ya (…..)
13. Ahwa-li (…..)

Nah, setelah berhasil menguasai ketiga jurus yang pertama (Wadhi-ma, Wilna-sa, dan Wunsi-ru), Zaruna akan dapat melawan dirinya sendiri dan bisa menang. Musuh terbesar yang takkan pernah mau mengalah. Sementara jurus-jurus yang berikutnya tak perlu ditanyakan lagi tentang kehebatannya. Bentuk latihannya pun sangat khusus dan hanya diberikan kepada seorang yang terpilih. Hal ini jelas membuat yang sekelas para Dewa-Dewi sampai iri dibuatnya. Sebuah anugerah yang tak ternilai harganya.

Catatan: Jangan bayangkan ke 13 jurus Urasywata itu hanya sebatas gerakan beladiri untuk kesaktian saja. Karena di dalamnya terdapat berbagai hikmah dan hakikat yang sangat mendalam untuk dipahami. Ada banyak sekali nilai-nilai yang sangat istimewa dan semuanya itu juga wajib dikuasai. Artinya, secara otomatis ketika berlatih ke 13 jurus-jurus tersebut akan membuat seseorang menjadi lebih bijaksana dan waskita dalam arti yang sebenarnya. Dan kemudian ia pun bisa mencapai tiga level keabadian, yaitu Insuna (keabadian surgawi), Insuya (keabadian mistis), dan Insura (keabadian cipta). Ketiganya jelas memiliki kekuatan yang berbeda dan bisa dibuka secara bertahap untuk dapat memasuki bentuk kehidupan yang lain.

Demikianlah proses bagi Zaruna dalam mencapai 7 jenis kesadaran diri lewat jalan menguasai ke 13 jurus Urasywata. Setelahnya barulah ia bisa mencapai kesadaran murni (Radiya) yang hakiki. Dan pencapaian tersebut, selain untuk kebaikan dirinya sendiri, juga demi pertempuran dahsyat yang kelak dihadapi. Bahkan setelah mendapatkan cincin pusaka dari Langit (sebagai bukti bahwa dirinya adalah yang terpilih), maka bersama Nabi Syis AS pula sang pemuda pun naik ke atas Langit tingkat 7 untuk menemukan kesejatian. Itu sesuai dengan wahyu Ilahi yang diterima oleh sang Nabi, dan memang ada hal yang harus diberikan khusus untuk Zaruna di sana. Jelas ini berkaitan dengan peran dan tugasnya dalam menata kehidupan di Bumi.

4. Perang dua dunia
Setelah menerima anugerah di Langit ke tujuh, Zaruna lalu diperintahkan untuk kembali lagi ke Bumi. Awalnya ia tak diizinkan melakukan perubahan apapun, alias hanya menunggu waktu yang tepat untuk muncul sembari mengikuti perkembangan yang ada. Sehari-harinya tetap menjalani kehidupan yang normal sebagai orang desa. Tak ada yang tampak luar biasa dari sang pemuda meskipun sebenarnya ia teramat luar biasa. Dan jika memang ia ingin tetap berbuat kebajikan, maka bolehlah Zaruna memberikan peringatan kepada siapapun di seluruh dunia tentang hal buruk yang akan terjadi di masa depan. Ia pun diizinkan berkelana ke berbagai negeri dengan cara menyamar agar tidak diketahui jati dirinya yang asli. Itu semua di lakukan sesuai dengan petunjuk yang didapatkan.

Singkat cerita, meskipun Zaruna telah memberikan peringatan dengan cara yang beraneka ragam, tetap saja akhirnya semakin banyak klan dan bangsa yang saling berperang untuk membuktikan siapakah di antara mereka itu yang paling hebat. Dimana-mana sudah terjadi banyak kehancuran yang memilukan. Dan kekacauan terbesar akhirnya terjadi setelah dua kekaisaran terkuat kala itu, yaitu Hamorgyas dan Qimeulandra, terlibat pertikaian. Mereka berebut pengaruh di dunia yang disertai ego untuk bisa mengalahkan lawannya. Tak ada yang mampu mencegahnya, karena seperti orang gila, maka kedua belah pihak tak peduli dengan akibat buruk yang pasti terjadi. Tetap saja mereka terus bertikai dan kapasitasnya justru semakin besar dan lebih menghancurkan. Tidak hanya di luar perbatasan negeri, namun hingga merapat ke dekat kota-kota yang ada.

Sungguh, pertikaian besar itu telah melibatkan banyak pasukan dan beragam jenis senjata mematikan – yang bersifat teknologi canggih dan benda pusaka sakti. Para kesatria yang turut bertempur juga bukanlah prajurit biasa. Mereka terdiri dari golongan yang sakti mandraguna, dengan berbagai kemampuan yang dahsyat. Karena itulah, dampak yang ditimbulkan saat mereka berduel sangat merusak. Mereka pun sering mengendalikan berbagai elemen alam, sehingga ini pula yang lebih cepat menimbulkan kehancuran dimana-mana. Namun demikian sebenarnya juga terlihat sangat memukau, karena betapa sesungguhnya Manusia itu bisa menjadi sangat luar biasa dan tak masuk akal.

Catatan: Selain jenis kesaktiannya, maka bentuk fisik Manusia pada masa itu sangat berbeda dari sekarang. Dimana ukuran tubuhnya masih setinggi 15-18 meter, sementara umur rata-ratanya antara 350-700 tahun. Dan tidak sedikit yang lebih tua dari itu, karena mereka senang berolah batin dan tapa brata. Bahkan tak jarang pula dari mereka itu yang berumur sampai ribuan tahun atau malah akhirnya mencapai hidup yang abadi (immortal) lantaran keilmuan yang dimilikinya. Ini bukanlah hal yang aneh atau mustahil untuk standar kehidupan pada masa itu.

Dan perbedaan waktu antara di zaman itu dengan sekarang terasa jauh sekali. Dimana 1 hari pada masa itu akan sebanding dengan 7 hari di masa kita sekarang. Artinya, perputaran waktu, bahkan planet Bumi di zaman itu jauh lebih pelan dari sekarang. Dan sebagaimana yang pernah ayahanda Adam AS jelaskan, maka sejak kepergiannya dari Bumi ini, maka waktu akan semakin cepat berlalu. Semakin kesini akan semakin cepat, seperti yang kita rasakan sekarang – terutama bagi mereka yang sering merenung. Dimana setahun hanya terasa cuma sebulan, sebulan hanya dirasa seminggu, dan seminggu cuma terasa sehari, bahkan kini sehari terasa hanya beberapa menitan saja. Tiba-tiba sudah berganti hari dan minggu lagi, dan lagi.

Kisah pun berlanjut. Dimana kemudian semuanya jadi berubah. Tanpa dikira oleh banyak orang, tiba-tiba bermunculan sosok yang di luar batas nalar dan mereka itu saling bertarung dengan mengeluarkan kesaktiannya. Tak ada siapapun yang hidup saat itu yang pernah menyaksikan peristiwa seperti itu. Betapa kesaktian para kesatria dari golongan Manusia yang sebelumnya telah membuat kagum banyak orang, maka dihadapan sosok-sosok dari dunia lain itu menjadi tak ada apa-apanya. Dalam segala hal mereka seperti anak kecil yang baru merangkak dan tak sebanding dengan para sosok tersebut. Ibarat sungai dan samudera, maka level kesaktian mereka sungguh jauh berbeda.

Ya, sosok-sosok luar biasa yang memiliki kekuatan jauh di atas Manusia tersakti di Bumi itu tampil dalam wujud yang beraneka macam. Ada yang rupawan dan sebaliknya mengerikan – bukan hanya karena bentuk fisiknya, tetapi justru meskipun ada yang berwajah rupawan namun sorot matanya atau auranya sungguh menakutkan dan memberi teror yang susah dijelaskan. Selain itu, ukuran tubuh mereka itu pun sangat besar alias raksasa. Hampir semuanya setinggi bukit atau bahkan melebihi gunung. Sehingga gerakan apapun yang mereka lakukan segera mengguncangkan seisi Bumi. Banyak yang terdampak buruk atas kejadian tak biasa kala itu. Dan kondisinya semakin parah karena semakin banyak pula dari mereka itu yang turun ke Bumi lalu saling bertarung sesukanya.

Lalu, ternyata mereka yang dari luar Bumi itu datang bersama niat dan tujuan yang berbeda. Ada yang ingin mendapatkan tambahan kekuatan dari benda-benda pusaka atau energi khusus yang akan muncul ketika waktunya tiba, ada pula yang memang bertujuan untuk menguasai Bumi dan memperbudak penghuninya, atau dipihak lainnya justru yang bertindak mencegah kejahatan itu agar tidak berlaku leluasa. Nah, karena itulah mereka saling berebut dan atau bertarung untuk memenuhi tujuan dan keinginannya masing-masing.

Sungguh kondisi planet Bumi saat itu sudah tidak karuan lagi. Kehancuran dan penderitaan ada dimana-mana. Terlebih dengan kehadiran para makhluk superior dari alam lain pun ikut memperparah keadaan yang ada. Dan meskipun para penjaga Bumi, yaitu bangsa Miharas, telah muncul dan melakukan berbagai tindakan, tetap saja para makhluk superior itu bertarung dan tak bisa dihentikan. Hingga akhirnya, muncullah Zaruna untuk menyelesaikan persoalan. Awalnya ia bersama-sama dengan mereka yang berasal dari Multan (Dunia Atas) segera melawan para makhluk kegelapan dengan cara bertarung habis-habisan. Baik di Bumi, di Angkasa dan Luar Angkasa, mereka terus bertarung tanpa henti selama berhari-hari. Dan untunglah sebelum itu, baik Zaruna dan sekutunya telah memberikan perisai energi di beberapa area-wilayah agar penduduk yang tinggal didekat lokasi pertarungan makhluk superior itu tak merasakan dampaknya secara langsung. Namun begitu, efek seperti gempa bumi dan sedikit tekanan energi yang menerjang langsung ke tubuhnya tetap mereka rasakan, meskipun itu tidak sampai melukai. Sangat dahsyatnya pertempuran saat itu.

Catatan: Ketika mereka bertarung, maka dalam ukuran yang sangat besar (raksasa) tersebut, mereka sampai mencabuti bukit lalu dilemparkan ke arah musuhnya. Sebagian yang lainnya menarik benda-benda angkasa seperti meteor untuk dijatuhkan ke arah lawan. Dan kengerian itu masih ditambah lagi dengan cara menciptakan “sesuatu” dalam bentuk energi atau benda-benda tertentu yang ditujukan untuk menyerang musuhnya. Dan tak usah lagi ditanyakan tentang bagaimana mereka itu sering mengendalikan berbagai elemen untuk melawan siapapun yang menghalanginya.

Lalu di saat sebelum kekaisaran Hamorgyas dan Qimeulandra mulai berperang, itulah masa-masa dimana berbagai benda pusaka sakti bermunculan entah dari mana. Itulah yang ditunggu-tunggu oleh sebagian dari para sosok yang turun ke Bumi pada saat itu – sebagaimana penjelasan di atas. Kemudian tak berapa lama, ketika dua kekaisaran tersebut sedang sengit-sengitnya bertempur, tiba-tiba ada banyak pula energi besar yang bermunculan di berbagai tempat. Tak diketahui berasal dari mana, tapi yang jelas itulah yang dinantikan oleh sebagian makhluk abadi yang turun ke Bumi saat itu. Namun begitu, baik mereka yang akhirnya mendapatkan pusaka sakti atau energi misterius tersebut, maka semuanya seperti terperangkap dalam jebakan. Mereka lantas terlibat dalam pertarungan yang lebih dahsyat di antara mereka sendiri. Saat itu Manusia di Bumi tak lagi terlibat pertempuran. Semuanya berhenti dan hanya bisa menyaksikan pertarungan yang jauh melebihi batas kemampuan mereka. Tinggallah harapan bahwa mereka tak sampai menjadi korban dari keganasan pertarungan makhluk-makhluk superior tersebut.

Kisah pun berlanjut. Di negeri yang berada di lembah Nunsa, tanpa hentinya Zaruna terus memantau keadaan dunia. Sesekali ia membagi dirinya sebanyak yang diperlukan agar bisa mengetahui secara bersamaan tentang apa saja yang sedang dan sudah terjadi sebelumnya di sepenjuru Bumi. Dan akhirnya sampailah pada saatnya ia harus muncul untuk berhadapan langsung dengan para petinggi kegelapan yang selama ini menjadi biang kerok atas kekacauan dan kehancuran dunia. Mereka itu sudah tidak lagi dalam wujud penyamaran, dan tentunya memiliki kesaktian yang sangat luar biasa sehingga bukanlah hal yang mudah untuk dikalahkan. Dan karena itulah mereka yang berasal dari Multan (Dunia Atas), yang telah berusaha untuk memperbaiki keadaan di Bumi, sampai tak sanggup lagi melawannya. Para musuh jahat tersebut selain memiliki kesaktian yang sangat luar biasa, mereka juga menggunakan berbagai jenis benda pusaka yang tak umum kekuatannya. Bahkan sebelumnya, kisah tentang pusaka-pusaka itu tak pernah didengar oleh orang-orang sakti di Bumi. Dan kenyataannya memang sangat menakjubkanlah kehebatannya.

Namun begitu, karena sudah mencapai level Radiya (kesadaran murni), sosok pemuda seperti Zaruna tak lagi membutuhkan pusaka untuk bertarung. Justru dengan kemampuan yang dimilikinya saat itu, ia bisa menciptakan berbagai jenis senjata pusaka yang sangat luar biasa hebatnya. Inilah di antara kelebihan orang yang berhasil mencapai kesadaran murni, dan jelas tak semua pribadi yang mampu untuk meraihnya. Sehingga ketika berhadapan dengan musuh yang ingin menenggelamkan Haltan (Dunia Bawah) ke dalam jurang kegelapan, maka hanya dalam waktu yang relatif singkat Zaruna telah berhasil mengalahkannya. Cukup dengan menaikkan level kesaktiannya, maka dengan beberapa gerakan dan ucapannya saja, sang pemuda bisa menaklukkan mereka semua.

Dan sebagai gambaran, hampir semua pertarungan yang di lakukan oleh Zaruna kala itu berlangsung di Angkasa. Bahkan beberapa kali harus di Luar Angkasa lantaran efek yang ditimbulkan atau kesaktian yang harus dikeluarkan sudah di luar batas kemampuan Bumi untuk menahannya. Jika tetap di atas Bumi ini, maka bukan hanya seisi Bumi yang akan rusak, tetapi planet Bumi itu sendiri yang akan ikutan hancur berkeping-keping dibuatnya. Sungguh luar biasa kemampuan bertarung yang mereka keluarkan saat itu. Dan itu semua bukanlah khayalan, namun kenyataan yang terjadi pada masanya.

Catatan: Lantaran sudah mencapai keabadian, para makhluk superior itu hanya mengalami kekalahan dan cedera, atau sebagian dari kemampuannya menghilang. Mereka tidak sampai mati, dan memilih untuk segera kembali ke dunianya masing-masing. Sehingga tak menutup kemungkinan bahwa semuanya akan kembali lagi ke Bumi untuk melakukan perhitungan atau justru sekalian balas dendam atas kekalahan mereka dulu.

5. Menata kehidupan dunia
Setelah berhasil mengalahkan para makhluk superior abadi yang mengacau seisi Bumi, tugas Zaruna berikutnya adalah menata kehidupan di Bumi hingga menjadi harmonis lagi. Atas petunjuk yang didapatkan, maka berdirilah sebuah kota baru yang lokasinya kini berada di sekitar pulau Sumatera bagian tengah. Tak butuh waktu lama untuk membangunnya, karena dengan kesaktian yang dimiliki oleh Zaruna dan para makhluk abadi dari Multan (Dunia Atas), semuanya bisa diselesaikan hanya dalam hitungan jam.

Sungguh indahnya kota tersebut, dan tak ada yang seperti itu dimana-mana. Semua bahan yang digunakan adalah yang terbaik dan tidak perlu menambangnya di alam – karena bahkan sengaja diciptakan sendiri. Ada banyak logam mulia seperti emas, perak, dan titanium yang bertebaran sebagai dinding, pilar dan pintu gedung. Ada pula beragam jenis batu permata dan intan berlian warna-warni yang dijadikan pemanis desain interior dan eksteriornya. Semua ukuran bangunannya sangat besar dan megah. Sedangkan model arsitektur seluruh gedung di kota yang bernama Arkanzalu itu adalah campuran dari semua budaya dan tradisi bangsa-bangsa pada masa itu. Sehingga tampak sangat indah dan menakjubkan.

Dan uniknya di kota tersebut, bangunan yang ada tidak hanya dipermukaan Bumi saja, tetapi ada sebagiannya yang berada di angkasa alias bisa mengambang di udara. Ada dua cara untuk membangunnya, yaitu dengan bantuan teknologi super canggih atau melalui kemampuan supranatural. Dan pada masa itu, justru kedua jenis kemampuan tersebut bisa disatukan dan saling melengkapi. Ini bisa menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik.

Begitulah sekilas tentang kondisi kota yang dibangun oleh Zaruna dan mereka yang berasal dari Multan (Dunia Atas). Nah dari kota Arkanzalu, maka segala kebijakan yang menyangkut kemaslahatan penduduk Bumi ditentukan. Bisa dikatakan kota tersebut menjadi pusatnya pemerintah dunia. Setiap wilayah negara/kerajaan tetap memiliki pemimpinnya sendiri, tetap mengatur dirinya sendiri, namun mereka juga tunduk dibawah arahan Zaruna. Karena sejak ia berhasil mengalahkan para makhluk superior kegelapan, semua pemimpin dunia langsung menaruh hormat dan sepakat untuk mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi. Mereka akan selalu patuh dengan segala macam bimbingannya. Namun begitu, tak ada upeti yang harus diberikan oleh para pemimpin negara/kerajaan saat itu kepada Zaruna. Justru merekalah yang banyak menerima berbagai hal dari Zaruna dan tentunya dari kota Arkanzalu. Semuanya demi kebaikan dan kedamaian bersama di dunia.

6. Akhir kisah
Waktu terus beranjak dari tahun ke tahun. Kondisi dunia telah aman dan harmonis. Oleh sebab itu maka tibalah saatnya bagi Zaruna untuk meletakkan jabatannya sebagai pemimpin tertinggi di Bumi. Ia sudah menerima petunjuk untuk kembali melanjutkan pengembaraannya di Dunia Atas (Multan). Masih banyak hal yang perlu dicapainya, terlebih ada seorang belahan hati yang telah cukup lama menantinya di sana. Seorang wanita yang kedudukannya bahkan melebihi para Dewi di Kahyangan.

Singkat cerita. Hari yang telah ditentukan bagi Zaruna untuk meninggalkan Bumi hampir tiba. Mereka yang telah mengetahui hal tersebut secara berduyun-duyun memasuki kota Arkanzalu. Tak ada dari mereka itu yang ingin melepaskan kesempatan terakhir kalinya untuk bisa menatap wajah sang pahlawan dunia. Meskipun dengan berat hati, mereka harus rela melepas kepergian sosok pemuda terpilih. Bahkan meskipun teramat banyak keinginan untuk mencegahnya, namun tetap saja tak mungkin. Siapakah yang mampu melawan takdir yang telah ditentukan.

Dan selang tiga hari berikutnya, waktu untuk pergi akhirnya tiba. Sebelum menghilang, dari arah Langit turunlah seorang wanita yang cantik jelita. Ternyata dialah sosok belahan hati Zaruna yang sengaja datang untuk menjemputnya. Sungguh peristiwa yang romatis, dan membuat hati siapapun jadi ikut berbunga-bunga dibuatnya. Dan sebelum benar-benar pergi, Zaruna sempat memberikan wejangan-nya. Katanya:

Ya muya. Afganibayah lamuratan hajikalah sanbanubayah umarutalhanah. Najmanikah bayuratakh hisbutanah aistibarkhan garmikanahanah afrantabuh. Lilbashariyah naiskallahunah imbirunarullah isbirunatakuyah. Urumanukah sinha Na, Ha, Ru, Ta, Ba, an La isyimbahunah walaquwwatah.”   

Begitulah bunyi kalimat pesan terakhir yang disampaikan oleh sang pemuda terpilih kepada mereka yang berkumpul di halaman istana kota Arkanzalu. Pesan tersebut berlaku untuk siapapun, tidak hanya untuk dimasa itu saja, tetapi hingga kini. Terlebih memang kita sekarang ini pun sedang menantikan waktu yang telah ditentukan. Sebuah peristiwa besar yang sudah dikabarkan oleh para Nabi dan kitab suci terdahulu. Suatu hal yang akan menjungkir-balikan segala anggapan dan perkiraan siapapun yang mengaku-ngaku hebat dan terhormat. Terlebih bagi mereka yang merasa sudah paling tahu akan segala hal, khususnya sejarah umat Manusia, dan ingin dipuja-dikagumi oleh banyak orang.

Catatan: Setelah kepergian Zaruna, maka secara bergantian jabatan pemimpin tertinggi di kota Arkanzalu diserahkan kepada sosok yang terbaik dan bisa menggunakan 3 jenis pusaka (pedang, busur panah, dan mustika) warisan dari Zaruna dengan sempurna. Dan ketika umur kotanya sudah memasuki 1 juta tahun, maka ada sisa waktu selama 100 tahun bagi mereka untuk mempersiapkan diri sebelum berpindah ke dimensi lain. Seluruh penduduk dan bangunan kotanya juga ikut dipindahkan. Mereka pun hidup dalam kebahagiaan hingga kini.

Demikianlah kisah ini berakhir. Mugia Rahayu Sagung Dumadi.. 🙏

Jambi, 07 Agustus 2022
Harunata-Ra

Catatan akhir:
1. Seperti pada tulisan sebelumnya, maka silahkan Anda percaya atau tidak percaya dengan kisah ini. Tugas kami hanya sebatas menyampaikan dan mengingatkan saja.
2. Banyak hal yang tidak dijelaskan tentang kisah di atas, ini lantaran ada protap yang harus diikuti. Dan jangan menyamakan standar kehidupan di masa lalu dengan sekarang, karena sangat jauh berbeda.
3. Teruslah mempersiapkan diri, karena apa yang terjadi pada masa kehidupan Zaruna itu bisa saja akan terulang lagi di masa kini. Tidak ada yang tidak mungkin, terlebih sekarang kita sudah memasuki akhir zaman ke tujuh (Rupanta-Ra). Tanda-tanda alam pun sudah semakin jelas. Tetap eling lan waspodo!

Bonus instrumental:

29 respons untuk ‘Haltan dan Multan : Kehidupan Dua Dunia

    Liammm said:
    Agustus 14, 2022 pukul 2:00 pm

    Salam mas ,satu lagi kisah leluhur yang luar biasa,semua postingan tentang kisah peradaban manusia zaman dulu membuka cakrawala imajinasi lebih luas lagi seolah saya hadir di zaman itu dan juga menambah keyakinan saya kalau memang banyak hal hal luar biasa yang terjadi pada masa lalu namun tidak tercatat pada sejarah masa kini yang justru malah dilabeli dengan mitos / dongeng

    Memang butuh orang yang punya pemikiran antimainstream agar bisa menerima & merenungi informasi / kisah yang ditulis di blog ini

    Sosok terpilih yang hadir di setiap zaman selalu membuat saya antusias melihat kisah heroik nya , terlebih oleh beliau yang tidak lama lagi akan muncul bersama pasukan nya , pesan yang disampaikan oleh para leluhur juga sepertinya mengarah kepada sosok ini ,kehancuran zaman sekarang dan hadirnya zaman baru.

    Saya berdoa semoga kita dapat melihat kehadiran nya ,bisa diberkati dan bisa selamat di penghujung zaman ini.

    Mengenai artikel tentang :

    Buwastaka: Senjata partikel kaum Nagirasta
    Candi Anggarawisma dan Astawina
    Kirasadatu: Asal usul kesatria akhir zaman
    Pesan dari “langit” untuk penduduk Bumi

    Sampai sekarang masih belum bisa di akses mas .. 😅🙏

      Harunata-Ra responded:
      Agustus 15, 2022 pukul 9:15 am

      Salam juga mas/mbak Liammmm.. terima kasih udah berkunjung, moga bermanfaat.. 🙂

      Betul, perlu berpikir anti-mainstream utk bisa menerima dan memahami kisah2 dlm blog ini.. dan benar kalo di masa lalu kehidupan para leluhur kita sungguh luar biasa… kita skr cuma sepersepuluh dr kemampuan mrk dulu.. itu ditegaskan dalam kitab suci malah..

      Oooww.. ke 4 artikel itu udah saya hapus mas/mbak.. ada protap yg hrs diikuti… jadi emg gak bisa lagi di akses… maaf

    Hakikat Yang Sejati (2) « Perjalanan Cinta said:
    Agustus 18, 2022 pukul 4:37 am

    […] diri sendiri. Sebab itu pula yang bisa mengakibatkan hidup menjadi seimbang dan harmonis, sehingga kesadaran murni (Radiya) pun bisa tercapai. Dan hanya setiap diri individulah yang harus berlatih dan kelak akan mencapainya […]

    […] Selain itu, di Innustar telah lama tersimpan pusaka istimewa dari tiga kerajaan bangsa Peri yang tinggal di Mikdala. Semuanya berada di lokasi yang berbeda di sekitar hutan Nenmat. Ada lima buah, di antaranya berupa tongkat Uradhur, pedang Gilbar, busur panah Tunmar, cawan Siluyar dan mustika Arnur. Semuanya menjadi kebanggaan dari bangsa Eltarin sepanjang generasi mereka, dan terus digunakan untuk keperluan tertentu. Dan biasanya, ketika hal itu sampai terjadi maka ada peristiwa besar yang sedang mewarnai dunia. Maklumlah, kelima pusaka tersebut bukanlah dari Bumi ini. Melainkan diberikan secara khusus oleh para Malaikat yang tinggal di Multan (Dunia Atas). […]

    Memahami Keberadaan Dunia Atas (1) « Perjalanan Cinta said:
    Agustus 29, 2022 pukul 7:01 am

    […] sebagaimana yang telah dijelaskan pada tulisan Haltan dan Multan : Kehidupan dua dunia, maka untuk bisa memiliki Valiya (hasrat untuk memahami => kesadaran) seseorang harus bisa […]

    Memahami Keberadaan Dunia Atas (2) « Perjalanan Cinta said:
    September 12, 2022 pukul 10:31 am

    […] oleh makhluk superior yang tinggal di suatu tempat yang misterius. Mereka termasuk dari golongan Multan (penghuni Dunia Atas), sementara kedatangannya kesini untuk sebuah misi yang berasal dari Hyang […]

    Memahami Keberadaan Dunia Atas (3) « Perjalanan Cinta said:
    Oktober 7, 2022 pukul 4:17 pm

    […] menjadi buruk. Inilah ujian yang gagal dilalui oleh banyak pribadi, bahkan mereka yang tinggal di Multan (Dunia Atas). Dan siapapun yang gagal tersebut, secara sadar atau tidak menyadarinya, ia akan […]

    […] makhluk superior yang berkepentingan untuk menjadikan Bumi sebagai perantaranya dalam menuju ke Multan (Dunia Atas) atau ke beberapa semesta. Sedangkan Bumi sendiri telah menjadi bypass (jalan pintas) […]

    […] Ia tercipta dari kekacauan, yang memicu pertempuran kuno dan pertarungan dahsyat dari para Multan. Portal ini pun sangat jarang muncul, dan akan kembali muncul di akhir zaman ini – sebab […]

    Agatasya-Ra : Harapan Agung Para Leluhur « Perjalanan Cinta said:
    November 28, 2022 pukul 6:15 am

    […] bagi yang berhasil melaluinya, maka ia akan menjadi sosok yang luar biasa. Lalu untuk bisa naik ke Multan (Dunia Atas), tidak lagi menjadi hal yang sulit bila sudah menguasai ilmu tersebut. Karena memang akan terasa […]

    […] tengah, dan atas. Bagian yang pertama (bawah) berisikan tentang melampaui duniawi saat berada di Haltan (Dunia Bawah). Bagian kedua (tengah) berisi tentang melampaui diri sendiri. Sedangkan bagian yang ketiga (atas) […]

    Kekaisaran Jagat Raya (Universe Empire) « Perjalanan Cinta said:
    Desember 18, 2022 pukul 6:56 am

    […] Itulah alasan kenapa Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifatul fil Ardh (pemimpin tertinggi di Bumi). Semuanya telah diatur sedemikian rupa agar tetap terjaga keharmonisan […]

    Kekaisaran Jagat Raya (Empire Universe) « Perjalanan Cinta said:
    Desember 18, 2022 pukul 7:19 am

    […] Itulah alasan kenapa Manusia diciptakan untuk menjadi Khalifatul fil Ardh (pemimpin tertinggi di Bumi). Semuanya telah diatur sedemikian rupa agar tetap terjaga keharmonisan […]

    Naiwa : Bangsa Penguasa Lautan « Perjalanan Cinta said:
    Januari 23, 2023 pukul 7:40 am

    […] untuk para tamu khusus dari bangsa Naiwa yang biasanya dari kalangan penduduk Langit, Kahyangan, Multan dan negerinya bangsa […]

    Arasyiyas : Tempat Pencerahan Terbaik « Perjalanan Cinta said:
    Februari 8, 2023 pukul 6:33 am

    […] Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada tulisan yang berjudul Haltan dan Multan : Kehidupan Dua Dunia, maka di Haltan (Dunia Bawah) itu hanya berisi mereka yang masih berada di level rendah kehidupan […]

    Zuan-Chi : Modal Keabadian « Perjalanan Cinta said:
    Maret 4, 2023 pukul 6:16 am

    […] menjadi yang terkuat di zamannya. Lebih dari itu, tujuan akhirnya adalah agar bisa naik-sampai ke Multan (Dunia Atas) dan bergabung dengan para leluhur atau bahkan para Dewa-Dewi penghuni […]

    Memurnikan Tauhid (1) « Perjalanan Cinta said:
    Maret 12, 2023 pukul 7:30 am

    […] tentang dunia itu. Dan mata hati yang lebih kuat pandangannya mampu juga menyaksikan Alam Tinggi (Multan, Ilayat) dan mengenali satu lagi hakikat yang dinamakan Sanityasa (keabadian) yang […]

    Memurnikan Tauhid (2) « Perjalanan Cinta said:
    Maret 17, 2023 pukul 4:32 am

    […] terhadap Sanityasa (Alam Keabadian). Bahkan mata hati yang kuat tidak berhenti di tingkat Multan (Dunia Atas) atau Malakut (alam cahaya, energi dan kemurnian) saja, malahan ia menginginkan kepada […]

    […] periode zaman. Selama itu, ada banyak orang yang telah mencapai keabadian dan mereka pun tinggal di Multan (Dunia Atas). Hanya dalam urusan yang sangat penting saja mereka akan kembali lagi ke Haltan (Dunia […]

    […] dan selalu tenggelam dalam kebodohannya sendiri. Terikatlah selalu mereka ini dengan dunia bawah (Haltan) yang sebenarnya menjijikkan. Sebaliknya, mereka yang bernafas-atas adalah yang bisa melampaui […]

    […] yang rendah hingga ke tinggi. Secara berurutan di antaranya adalah Tubuh, Sukma, Ruh, Nur, Mistik, Haltan (dunia bawah) dan Multan (dunia […]

    Muhayyin (Pencari Kebenaran) « Perjalanan Cinta said:
    Agustus 9, 2023 pukul 8:19 am

    […] harus tetap belajar sepanjang hidupnya. Dan jika perlu tidak hanya di alam dunia nyata ini (Haltan : Dunia Bawah), melainkan sampai ke alam goib (Multan : Dunia Atas). Sebab ada sangat banyak hal yang istimewa […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (1) « Perjalanan Cinta said:
    September 19, 2023 pukul 3:32 am

    […] besarnya alam semesta guru/mulia (Bhuniwasiruya) itu bahkan tetap mencengangkan makhluk penghuni Multan (Dunia Atas). Namun demikian, pikiran fana bisa diajari banyak mengenai rancangan dan penataan alam-alam […]

    Kesempurnaan Jagat Raya (2) « Perjalanan Cinta said:
    Oktober 27, 2023 pukul 7:07 am

    […] (multiverse) di Bhuniwasiru (alam semesta agung) secara lebih baik dari beragam jenis makhluk di Haltan (Dunia Bawah). Bahkan di Bhuniwasiruya (alam semesta guru/mulia) dan seluruh Multan (Dunia Atas). Kecepatan […]

    Perang Besar dan Bencana Interdimensi « Perjalanan Cinta said:
    Februari 8, 2024 pukul 2:42 pm

    […] keluarga di tempat berbeda, yang tidak bisa kami ceritakan kepadamu secara detail. Semua penghuni Multan (Dunia Atas), para penghuni Kahyangan (Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Sang Hyang), para anggota […]

    […] keluarga di tempat berbeda, yang tidak bisa kami ceritakan kepadamu secara detail. Semua penghuni Multan (Dunia Atas), para penghuni Kahyangan (Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, Sang Hyang), para anggota […]

    […] 4. Sirna priyangga (sirna dari personalitas diri) 5. Sirna madyantara (sirna dari segenap alam: Haltan dan Multan) 6. Sirna murasta (sirna dari segala sesuatu yang selain-NYA) 7. Sattvam (kemurnian) 8. Prajna […]

    Afhaniyyah : Pusat Alam Semesta « Perjalanan Cinta said:
    Mei 22, 2024 pukul 2:59 am

    […] “Mereka yang berhasil mencapai moksa, di awal-awal kepindahannya dari muka Bumi ini, diberi kesempatan untuk bisa tinggal lama di Sya’arus, Wana’arus, bahkan Afnahiyyah – tentunya dengan melalui beberapa syarat yang sangat ketat. Di sana mereka dapat menikmati hal-hal yang spektakuler dan terus meningkatkan level dirinya. Hingga akhirnya terus melanjutkan perjalanan ke dimensi-dimensi yang lebih tinggi di Multan.“ […]

    […] Semesta Sentral (Afnahiyyah) dan yang sejenisnya, suatu kemajuan yang tidak melibatkan kenaikan ke Multan atau menembus masuk ke Alam-alam Ilayat. Sebab bagi para Halwattur ini, semuanya tidak lagi menarik […]

Tinggalkan komentar