Sejarah dan Asal usul Lombok

Posted on Updated on

Banyak hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang pernah ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata yang di tawarkan. Sehingga dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat sebuah tema mengenai beberapa hal yang ada di pulau Lombok. Berikut penjelasannya:

1. Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.

Selat Lombok menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah Indomalay dan perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan Wallace line, diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.

Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani, yang mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani, Anda akan menemukan hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang indah.

Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah barat adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai disebelah utara Mataram, Sementara para divers biasanya berkumpul bersama di Gili, yang berada di pantai barat.

Bagian selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang subur dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh. Salah satu tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal dengan pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap pantai ini adalah salah satu tempat berselancar terbaik di dunia.

Dalam total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105 orang (2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku Sasak, Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya yang unik. Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah orang Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.

2. Sejarah awal mula
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok ini.

Suku Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antarbudaya juga telah menyebar.

Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children). Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.

Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.

Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.

Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerajaan di Lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan. Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasa dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.

Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam sehingga terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi.

Gumi Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal dari Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang kedua peng-Islaman berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.

Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram.

Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana.

3. Kajian tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam perdebatan.

Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut sebagai berikut, dengan catatan bahwa ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya kerajaan Pamatan.

Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.

Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.

Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.

Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.

Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya, seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta tersebut.

Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya.

Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.

Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.

Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.

Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.

Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.

Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui kegagalan.

Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.

Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.

4. Kehidupan Sosial Budaya
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.

Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.

Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu mengungkap kondisi sosial, budaya dan politik masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat lagi; Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak melakukan banyak kesalahan.

Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.

5. Suku di Lombok (suku Sasak)
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?

Berikut ini adalah foto-foto sejarah koleksi Tropen Museum Royal Tropical Institut sekitar abad 18-19, yang memuat kehidupan sosial masyarakat Lombok di zaman kolonial Belanda:

Foto 1: Raja Lombok

Foto 2: Raja Mantang

Foto 3: Suku di Lombok 1

Foto 4: Suku di Lombok 2

Foto 5: Suku di Lombok 3

Foto 6: Masyarakat dusun Sakre tahun 1897

Foto 7: Masyarakat Cakranegara

Foto 8: Tarian Gendang Beleq

Foto 9: Nyonya kompeni di pasar Ampenan

Bukti otentik suku Sasak
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.

Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.

Menurut Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum bisa diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq, bisa jadi berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak segera menerbitakan buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.

6. Kehidupan Spiritual di Lombok
Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).

Foto 10: Pura Milu Kelepuk, Lombok

Sebelum imigran dari Bali datang, pulau yang molek dan subur ini, dinamakan Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak. Sampai abad ke 17, terdapat dua buah kerajaan Sasak yaitu Kerajaan Pejanggik di Lombok Tengah sebagai kerajaan pedalaman dan kerajaan Selaparang sebagai kerajaan pesisir yang ibu kotanya di Kayangan, Labuhan Lombok di Lombok Timur.

Memasuki abad ke 17 (1600an), secara bergelombang imigran dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru ini datang, selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan tetangganya di Bali, juga karena wilayah tofografinya kurang menguntungkan untuk pertanian, dengan kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan, Pagesangan, dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di Senggigi).

Pengaruh Islam
Pada awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.

Dalam hal penyebaran agama islam, mula-mula peranan para sufi sangat menentukan disamping para pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Para sufi itu datang dari Pulau Jawa yang banyak membawa pengaruh dari Wali Songo. Kemudian menyusul dari ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu Makassar, dll. Dari sumber ajaran Syaikh Yusuf, ada yang diterima langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari para pengikut pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh yang lain diterima langsung di Makkah pada saat para tuan guru dari Lombok, melaksanakan ibadah haji dan bermukim disana beberapa tahun untuk memperdalam ilmunya.

Para Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari pengaruh Wali Songo meninggalkan kelompok masyarakat yang kemudian disebut Watu/Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya dengan yang lain, yang telah mengalami proses Islamisasi, yaitu Islam Waktu Lima.

***

Tambahan: Uraian tentang Islam Watu/Wektu/waktu Telu dan Islam Watu/Wektu/waktu Lima, oleh: N. Argawa

Hal yang menarik dari pemeluk agama Islam di kalangan orang Sasak di Lombok adalah adanya dua golongan yaitu Islam Watu/Wektu/waktu Telu (Tiga) dan Islam Watu/Wektu/waktu Lima. Pemeluk Islam Watu/Wektu Telu diabstraksikan sebagai orang-orang Sasak yang tidak menjalankan ajaran Islam secara utuh sebagaimana diamanatkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan pemeluk Islam Waktu Lima adalah orang-orang Sasak yang melaksanakan ajaran Islam secara utuh.

Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa ketidakutuhan yang dimaksudkan antara lain: (a) pemeluk Islam Watu/Wektu/waktu Telu tidak melaksanakan rukun Islam (syahadat, sembahyang, puasa, zakat, Haji) secara utuh melainkan hanya tiga rukun saja yakni syahadat, sembahyang dan puasa. Tiga rukun itu pun tidak juga dilaksanakan secara utuh. Syahadat sebagai sumpah atau komitmen bahwa Allah adalah satu dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya hanya diucapkan pada saat upacara perkawinan yakni oleh mempelai laki-laki dengan tuntunan kyai atau penghulu. Dalam hal sembahyang hanya melaksakan tiga rukun sembahyang yaitu pada hari Jumat, pada hari Lebaran (Lebaran Haji/Idul Adha) dan Lebaran Puasa/Idul Fitri), dan pada saat orang meninggal. Sembahyang Jumat pun bukan sembahyang lima waktu (Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isa) melainkan hanya tiga waktu saja yakni Ashar, Magrib, dan Isa. Kewajiban sembahyang hanya dilaksanakan oleh para pemimpin agamanya yaitu Kyai sedangkan pengikutnya hanya menjalankan perintah dari Kyai. Sebagai imbalan, para pengikutnya memberikan zakat fitrah dan sedekah kepada para Kyai pada hari-hari tertentu. Jabatan Kyai ini bersifat turun-temurun. Pengangkatannya dilakukan di Mesjid dengan sebuah upacara yang dihadiri oleh semua pengikutnya.

Di Sembalun (Lombok Timur bagian Utara), pengangkatan Kyai baru melalui pentasbihan oleh seorang pemangku dengan cara menyiramkan air yang diambil dari Danau Segara Anak. Jumlah Kyai dalam satu desa lebih dari tiga orang, tergantung pada banyaknya jumlah penduduk. Di antara Kyai-kyai itu, ada seorang Pengulu yang diangkat berdasarkan kesepakatan bersama. Pengulu itu bertugas memimpin upacara agama dan upacara adat di mesjid maupun di luar mesjid antara lain: upacara ngurisang, khitanan, kematian, pertanian, metulak, ngayu-ayu atau neda, dan lain-lain. Sebagaimana telah disinggung juga di atas, diantara jabatan Pengulu dan kiyai sebagai pemimpin agama, juga terdapat jabatan Pemangku. Tugas Pemangku berhubungan dengan pemujaan roh nenek moyang. Di samping itu Pemangku juga bertugas memelihara tempat-tempat suci, seperti pedewa’ atau kemali’. Tidak jarang seorang Pemangku juga berprofesi sebagai dukun (bahasa Sasak: belian).

Dalam hal puasa, pemeluk Islam Watu/Wektu/waktu Telu tidak melaksakan ibadah puasa selama sebulan penuh melainkan hanya puasa tiga hari saja yakni pada saat permulaan bulan puasa, pada saat pertengahan bulan puasa, dan pada penghujung bulan puasa (Ramadan/Lebaran). Di samping ajaran-ajaran yang bersumber kepada Islam seperti disebutkan di atas, pemeluk Islam Watu/Wektu/waktu Telu juga menganut kepercayaan yang bersumber dari pra Islam yaitu pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang. Gunung Rinjani dianggap sebagai gunung yang suci tempat bersemayamnya para dewa dan roh-roh nenek moyang. Di Gunung Rinjani terdapat sebuah danau yang disebut danau Segara Anak. Air danau itu diyakini sebagai air yang suci dan dapat memberi berkah bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu disimpulkan bahwa Agama IslamWatu/ Waktu/waktu Telu di Lombok merupakan perpaduan antara agama pra Islam, baik animisme/dinamisme, budhisme, maupun Hinduisme, dengan ajaran Islam sehingga menimbulkan ajaran baru yaitu Islam Watu/Wektu/waktu Telu yang oleh pemeluk Islam Watu/Wektu/waktu Lima dikatakan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya (Tawalinuddin Haris, 1978: 9-10; Monografi NTB, 1977: 80; Erni Budiwanti, 2000: 133-134).

***

Ketika Raja Lombok Prabu Mumbul meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu Rangkesari. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Ratu Giri yang bernama Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku (Sunan Ratu Giri) dari Gresik untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.

Pangeran Prapen melakukan Islamisasi di Lombok dengan kekuatan senjata. Setelah orang-orang Lombok masuk Islam, ia kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama asal, paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum memeluk Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal.

Setelah berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai kesuksesan. Seluruh pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali di beberapa tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.

Selain Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.

Dalam uraian sebelumnya dikemukakan bahwa, Kerajaan Selaparang terbagi dua periode yaitu (1) periode Hindu dan, (2) periode Islam. Tampaknya, yang dimaksud dengan periode kedua Kerajaan Selaparang (periode Islam) adalah Kerajaan Lombok yang memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga disebut Kerajaan Selaparang.

Kerajaan Lombok atau Selaparang ini terus berkembang, sehingga Kerajaan Gelgel di Bali merasa mendapat saingan. Karena itu, Gelgel yang merasa sebagai pewaris kebesaran Majapahit kemudian menyerang Lombok (Selaparang) pada tahun 1520 M. Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh Selaparang. Dalam perkembangannya, Kerajaan Gelgel sendiri kemudian juga mengalami kemunduran.

7. Pariwisata di pulau Lombok
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak.

Pulau Lombok yang memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan ombak kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.

Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.

Berikut beberapa objek wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya:
1) Wisata Alam
a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.

Keberadaan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan, dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata. Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat di pindahkan ke Giri Menang Gerung.

b) Narmada
Taman Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan, danau kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.

c) Pura Lingsar
Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.

d) Pura Agung Gunung Sari
Pura besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November 1894 antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der Vetter.

e) Sukarare
Ini adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah. Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari generasi ke generasi.

f) Sengkol, pujut dan Rambitan
Waktu sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok, yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan dalam ketandusannya.

g) Pantai Batu Bolong
Terletak 9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai dan bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan warna-warnanya yang berkilauan.

h) Taman Mayura
Taman Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.

i) Pura Meru
Peninggalan Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara, dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.

j) Pantai Kuta
Dikenal juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi ramai dengan berbagai macam festival.

Para nelayan berlayar ke laut sementara para pemuda pemudi berkumpul di pinggir pantai untuk menikmati pesta, sambil menggoda satu sama lain dan mungkin bisa berlanjut ke hubungan yang lebih serius.

k) Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili, dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15 menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.

l) Pantai Senggigi
Senggigi, di selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang tumbuh di pinggiran pantai.

m) Gunung Rinjani
Gunung Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.

n) Tepas, Sumbawa
Sebuah desa di kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.

o) Gunung Tambora, Sumbawa
Gunung berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak aktif lagi sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15 Juli 1815 dimana puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar membunuh lebih dari 12.000 orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal kelaparan diakibatkan oleh letusan tersebut. Di puncak gunung ini, kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau yang warnanya berbeda. Dari lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau, laut, Gunung Rinjani, dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini menempati hampir seluruh semenanjung Sanggar.

p) Pulau Moyo
Pulau Moyo, di muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa, babi hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini lebih baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni hingga Agustus.

q) Bima, Sumbawa
Istana kesultanan Bima sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua kilometer dari Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah tempat kerajaan Bima di masa lampau.

r) Sape, Sumbawa
Para pembuat kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat untuk perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.

s) Pantai-pantai
Pantai lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera di bagian utara Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.

t) Pantai Hu’u (Kabupaten Dompu)
Pantai pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk berselancar. Pantai ini dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya apabila ditempuh dari Dompu sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan mobil, dan di sini terdapat akomodasi yang simpel untuk para pengunjung.

u) Pantai Ule (Kabupaten Bima)
Pantai yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima dengan pulau kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini terdapat kolam ikan dan pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai. Orang lokal biasanya menghabiskan liburan mereka di sana.

v) Pantai Wane (Kabupaten Bima)
Terletak 60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai ini memiliki pasir putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.

2) Wisata sejarah
Di pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan kerajaan Karangasem).

Foto 11: Masjid Bayan Beleq

Foto 12: Tirta Yatra

Istana Air Mayura (Bukti bahwa perbedaan itu Indah)
Istana Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok. Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak. Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).

Mayura mempunyai 6 bangunan utama yaitu, Kolam air, Bale Loji (tempat penyimpanan pusaka), Bale Tunggu, Bale Kambang, Pura Milu Kelepuk, dan Pura Jagad Nata. Dalam komplek ini tersedia taman-taman yang asri dan enak digunakan untuk bersantai. Cukup banyak muda-mudi bersantai di sana.

Namun yang menarik adalah bangunan Bale Kambang yang berada di tengah-tengah kolam air. Di sekitar Bale Kambang ini dihiasi oleh patung-patung bercirikan orang muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri di bagian Barat, Timur dan Utara dari Bale Kambang berdampingan dengan bangunan linggih yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.

Bangunan Bale kambang adalah bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali Karangasem dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga ornamen-ornamen di sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena posisinya ditengah-tengah kolam air, seakan mengambang diatas air. Dahulu juga ada bangunan penjara di sampingnya. Namun sayang besi-besi penjara tersebut sudah tergerus oleh air dan waktu.

Menurut informasi yang di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara bangunan Hindu tersebut adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok sekaligus untuk mengenang bahwa Raja Bali dulu pernah dibantu oleh Kerajaan Makassar yang muslim. Selain itu juga untuk mengenang bahwa Islam dibawa masuk ke Lombok oleh orang Makassar, Arab, dan China. Untuk yang dari China ditenggarai merupakan salah satu anggota rombongan laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari Cina yang sangat terkenal.
Istana Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan menghargai.

3) Wisata Religi
Perjalanan spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744. Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali (Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang Jangkong Mataram.

Perjalanan dilanjutkan menuju pura Kalasa Narmada yang sangat terkenal dengan Tirtha awet mudanya. Narmada diambil dari salah satu nama sungai suci di India yang merupakan salah satu anak sungai Gangga. Narmada merupakan miniature Gunung Rinjani dan dibangun pada tahun 1805 yang oleh raja pada saat itu digunakan sebagai istana musim kemarau. Pura Kalasa Narmada sangat erat kaitannya dengan pura Mayura (istananya) dan gunung Rinjani. Karena waktu raja berkuasa, selalu melakukan upacara pulang pakelem di danau Segara Anak, tepatnya pada purnamaning sasih kalima (5) untuk memohon hujan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada Bhatare Bhatari yang melingga disana. Saat usia raja semakin lanjut, maka beliau membangun Taman Narmada sebagai miniature gunung rinjani lengkap dengan miniature danau segara anak.

8. Wisata budaya (Perang Topat, tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan “Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat.

Dengan menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.

Tradisi Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok  peninggalan kerajaan Karangasem itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.

Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta. [Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]

9. Lalu lintas
Pulau Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya 20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.

Airport Selaparang terletak di Mataram, ibu kota provinsi dan kota terbesar di pulau ini. Berbagai macam maskapai penerbangan beroperasi dari/ke Denpasar di Bali (25 menit penerbangan). Kapal ferry menghubungkan Pelabuhan Lembar/Lombok dengan Pelabuhan Padang Bai/Bali dalam waktu 1.5 jam dengan speed boat atau 4-6 jam dengan ferry normal, bias juga menuju Gili langsung dari Padang Bai. Taksi dan minivan juga menyediakan transportasi untuk ke semua tempat di pulau.

Jalan-jalan utama kebanyakan dalam kondisi yang sangat bagus, karena jalan-jalan kecil sering kali berbahaya untuk mengemudi. Penyewaan motor dan mobil juga terdapat di pusat pariwisata.

10. Pembagian administratif pemerintahan
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur

5. Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.

Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di atas permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Daerah selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan ditanami dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.

Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.

11. Penutup
Demikianlah penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan masyarakat di Pulau Lombok. Semua data yang ada dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semua dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di dapatkan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan informasi dari para pembaca sekalian sebagai bahan masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa sejarah masa lalu dari pulau Lombok ini menjadi kian jelas dan bisa lebih membangkitkan kecintaan setiap generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri Lombok.

Semoga kita tetap bisa melestarikan kepedulian terhadap sejarah dan kenangan masa lalu. Karena dengan begitu kita pun telah melestarikan hidup dan kehidupan.

Yogyakarta, 23 Desember 2010
Mashudi Antoro (Oedi`)

[Tulisan ini di kembangkan dari beberapa sumber di internet]

327 respons untuk ‘Sejarah dan Asal usul Lombok

    Andika said:
    Desember 29, 2010 pukul 10:03 am

    hehehe akhirnya keluar juga to tulisan tentang lombok
    makasi mas…. ne tulisan menambah wawasan dika sebagai orang lombok 🙂

    kangen balek kelombok jadi sedikit terobati
    emang mas ne cocoknya jadi sejarawan…..

    sekali lagi makasi mas dah mau mengangkat tentang sejarah pulau lombok yang pada saat ne banyak yg tidak tau dan mengerti tentang sejarah lombok itu sendiri

    terus semangat untuk menulis mas 🙂

      oedi responded:
      Desember 29, 2010 pukul 10:09 am

      Okey Dik terimakasih loh untuk dukungannya, hingga tulisan ini selesai juga… mas masih mengharapkan data-data tambahan sebagai pelengkap tulisan ini, biar makin berisi dan berbobot gitu… hehe…
      Ah… biasa aja kok, ini cuma sekedar hobi corat corat nih… syukur2 bermanfaat….
      Okey… semangat juga untukmu…. Sukses… 🙂

        Dafi said:
        Maret 3, 2012 pukul 3:14 am

        Saya tambahkan untuk Desa Pujut yg boleh dikatakan sebagai kerajaan di lombok selatan dimana raja pertamanya bernama pangeran Sangepati. Dia dtg ke lombok waktu Majapahit dikalahkan oleh kerajaan Demak. Pada waktu itu diamasih beragama hindu. Kerajaan Pujut tidak pernah dijajah oleh kerajaan Karang Asem takut “Tulah Manuh” karena Datu Kerajaan Pujut merupakan saudara Tua dari Datu kerajaan Karang asam Bali yg sama-sama berasal dari Kerajaan Majapahit.

        oedi responded:
        Maret 3, 2012 pukul 6:11 am

        Maaf, apakah bisa diberikan informasi selengkapnya? Karena insyaAllah nanti bisa saya tambahkan pada tulisan ini…
        Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan informasinya, semoga bermanfaat.. 🙂

        budiman said:
        April 18, 2012 pukul 3:27 am

        ada yang ketinggalan mas,,,,,, lombok utara,,,, oya lombok selatan dah acc belum,,,, kangen nih pingin pulkam,,,,,,

        oedi responded:
        April 18, 2012 pukul 8:35 am

        Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, maaf atas segala kekurangan, semoga bermanfaat.. 🙂

      devi yunita said:
      Juli 20, 2011 pukul 7:29 am

      u org lombok yahh…akk ingn k sna …

        budiman said:
        Mei 2, 2012 pukul 8:17 am

        yep…… boleh lah kapan,,, hubungi aja nih no q..081310638928

      widiywati said:
      Oktober 11, 2013 pukul 1:19 am

      makasih…meton saya jadi bisa nyelesain tugas pelajaran dari guru.ku…buat nyari sejarah lombok thank s ….lapuknya………………………..ite sama2 dgn lombok ok

        oedi responded:
        Oktober 11, 2013 pukul 3:50 am

        IYa sama2… terimakasih juga aats kunjungan dan dukungannya…semoga bermanfaat.. 🙂

    info wisata said:
    Desember 30, 2010 pukul 6:38 am

    menarik sekali, apakah di lombok masih ada perayaan adat atau festival adat ? ini akan sangat menarik sekali untuk dikunjungi bila berwisata ke sana.. thanks

      oedi responded:
      Desember 31, 2010 pukul 9:53 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.
      Yang saya ketahui dan sebagiannya ada di tulisan ini bahwa perayaan adat atau festival adat masih dilaksanakan kok di Lombok.

    Titisan Majapahit said:
    Januari 10, 2011 pukul 2:32 am

    menarik sekali apa yang ditulis, walaupun kesan yang saya dapatkan masih banyak kesimpangsiuran Sejarah Lombok. itu dapat dimaklumi, dikarenakan sumber sejarah sangat minim.
    Di Lombok masih banyak sumber sejarah yang otentik, akan tetapi terkesan “dirahasiakan” oleh para Pemangku.
    Dalam babat leluhur saya, sejarah Kerajaan-kerajaan yang ada di Lombok tertulis lengkap sekali, termasuk silsilah Para Raja Kerajaan di Lombok. Juga bagaimana proses Berdamainya Kerajaan karang asem, pengusiran Penjajah Belanda. Bukti2 peninggalan senjata Pusaka pun masih banyak ditemukan.
    Tapi sayang saya tidak punya “hak akses” untuk mengetahui lebih lanju isi Babat leluhur tersebut.

      oedi responded:
      Januari 10, 2011 pukul 4:52 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.
      Jika Anda merasa kurang sreg dengan data2 yang ada di tulisan ini, sebelumnya saya minta maaf karena memang data-data dan informasi untuk Sejarah Lombok masih sangat minim. Untuk itu, dengan tulisan ini saya mengajak semua elemen bangsa untuk bisa mengumpulkan informasi yang jauh lebih valid dan lengkap tentang sejarah Lombok.
      Semoga ketika Anda mendapatkan data-data atau informasi yang lebih lengkap mengenai sejarah Lombok, sudi membagikannya kepada saya. Sehingga tulisan ini bisa lebih disempurnakan.
      Terimakasih.

      ardh said:
      Maret 29, 2012 pukul 8:14 am

      bisa diposting gak silsilahnya itu mas, saya juga pengen tau bangt, karena dikeluarga saya juga ada silsilah dari ninik saya (kakek), disilsilah itu juga ditulis pertama dari BARAT baru turun temurun nama2 kakek buyut saya sampai ke ninik saya.
      terima kasih

    muhamadyusi said:
    Februari 4, 2011 pukul 12:03 pm

    semanget untuk bang odi..telusuri terus sejarah lombok,byar semuanya jelas dan valid.kita orang lombok pun ndaktau banyak tentang sejarah lombok..hehe

      oedi responded:
      Februari 5, 2011 pukul 4:41 am

      Subhanallah…. syukurlah kalau demikian, jadi senang…. 🙂
      Okey.. saya akan mencoba untuk terus menelusuri sejarah Lombok, dan akan tetap menambahkan data2 pada tulisan ini agar kian sempurna. Tapi, saya butuh dukungannya loh, terutama bila Anda memiliki informasi yg belum termuat di tulisan ini.
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.

        sapta said:
        September 6, 2011 pukul 6:14 pm

        memang ini sedikit luar dari sejarah kerajaan lombok, tetapi kiranya ini perlu kita ketahui kebenarannya….bahwa menurut informasi yang saya dengar bahwa masjid yang ada di bayan sudah ada 300 SM, artinya islam sudah ada di bayan sebelum masa kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W…itu dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh : (sumber lupa) asal erofa dilihat dari tekstur tanah di dalam masjid…dan usia pusaka yang ada di kerajaan bayan rata2 1100 tahun….dan wetu telu sebagai mana pemahaman masyarakat umum, bahwa sholat yang mereka lakukan 3 waktu saja, tetapi tidak pada dasarnya. ajaran wetu telu lebih kepada akar pilosofis masyarakat bayan yaitu 1) beranak, 2) bertelur, 3) tumbuh…inilah makna yang terkandung dlm wetu telu menurut sumber yang ada. sholat yang mereka lakukan pun sama seperti islam pada umumnya…sumber: umum jejak2 misterius…by sapta wijaya kusuma…

        oedi responded:
        September 8, 2011 pukul 6:05 am

        Wey,,, kok bisa ada masjid didirikan sebelum masehi?? padahal Nabi Isa AS sendiri ada sejak awal perhitungan masehi (bahkan perhitungan masehi ada karena kelahiran beliau). sedangkan Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW di abad ke enam masehi. Jadi kalau ada bangunan yang didirikan di tahun sebelum masehi berarti itu pasti bukan masjid, karena masjid pertama yang di bangun oleh Nabi Muhammad SAW adalah masjid Quba saat beliau tengah berhijrah ke Yastrib (Madinah sekarang), di sekitar abad ke enam masehi.
        Untuk komunitas wetu telu, informasi yang pernah saya baca berasal dari ajaran seorang wali dari tanah jawa selepas wali songo, namun mengalami pergeseran syariat dan makna sehingga dala praktek keagamaannya mereka berbeda dengan ajaran Islam yang haq.
        Pesan saya, hati-hati dengan beberapa kalangan dan kepentingan yang ingin merubah akidah umat dan memecah belah umat Islam ini… dengan salah satu caranya merubah pemahaman dan sejarah yang sebenarnya… 🙂

        Taufan Galaxy said:
        Maret 15, 2012 pukul 4:19 am

        pendapat dan rujukan sodara Sapta yg model gini yg makin bikin keruh sejarah.:)
        mmg jadi rumit terlebih bahkan pernah dikatakan sejarah kadang di warnai legenda dan mitos yang sengaja diciptakan demi kepentingan orde, tatanan pemangku.. pd jaman bersangkutan.

        Klo mau runut, sbenarnya wacana mas Oedi bs mencermati kesimpang-siuran itu. tilik lagi poin kisah perjanjian Sagening. antara kerajaan bali dan Makasar, ketika belanda mulai masuk lombok. Akad Sagening gak ubahnya kekuatan atas supremasi politis diantara 2 kubu. Yang toh ujung2 gak bjalan spt yg dharapkan. Sekalipun di wacana lain dibumbui seolah ada kerukunan antar umat dgn nuansa agama di taman Mayura. Ikonik keberagaman .. rukun dlm perbedaan.
        Membedah sejarah Nusantara mmg sarat konflik dan polemik, tmasuk gak bs mengulas dr 1 sisi kedaerahan dan warna yg mengikutinya. semua terkait dlm periodik waktu dan tempat berbeda.
        Sejarah lombok mmg gak semuanya terkuak. Alhasil muncul ide2 mitos spt cerita bro sapta td. Ada semacam upaya pembunuhan karakter ala tradisi babat dlm perang. Membumi hanguskan satu peradapan. spt yg dlakukan kerajaan Karang Asem thd selaparang. Dan saat generasi yg bimbang dlm pcarian identitas mulai memunculkan trend instan. Mengangkat harkat tanpa dasar yg jelas. berdasar konon… katanya!
        Cermati lagi kontradiktif dlm konsep dasar warna agama. Mengangkat2 “derajat” seolah lebih unggul dari yg lain adalah pondasi ciri dan karakter KASTA-mania. Revolusi islam hadir dan mengubah semua itu. Dan pihak penentang sdh jls di pihak/kubu mana. Polemik bumbu politik ikutan nimbrung! Kasta adalah konsep penindasan awal. Gowa-makasar runtuh masa itu (pjanjian Bongaya) sebenarnya akibat kemenangan Belanda yg di dukung oleh Arupalaka. Dinasti Arupalaka notabene ditindas oleh gowa. Ini diibaca cerdik oleh Company Belanda. Bikin perjanjian.. arupalaka dibantu kekuatan militer plus kompensasi niaga bisnis lancar. Padahal penetrasi mereka gak lepas dr konsep 3G (Gold..Gospel..Glory). pemegang peran dominan dgn strategi pecah-belah..jajah! gak beda jauh dari konsep Vini Vidi Vicci.
        Lombok gamang…, dukungan melemah. Infiltrasi kekuatan luar makin menekan. secara geografis relatif dekat dan Kerajaan di Bali membaca itu. Warna tradisi akhirnya mewarnai. diffusi-asimilasi-infiltrasi. Perang topat gak ubahnya pembelokan perang fisik yg sbenarnya. dan saya yakin itu jg hasil kreasi kompromi politis.

        oedi responded:
        Maret 15, 2012 pukul 4:48 am

        Ya, saya sependapat dengan mas Taufan bahwa kita harus lebih berhati-hati dalam memahami sesuatu, terlebih sejarah.. jangan asal dapat rujukan.. karena yakinlah bahwa sudah sejak lama (kurang lebih 700 tahun ini) ada upaya pembunuhan karakter bangsa Nusantara oleh kepentingan besar di dunia…. ini dilakukan karena mereka khawatir dan tidak menginginkan bangsa ini bisa kembali ke jati dirinya sendiri dan meraih puncak kejayaannya di masa lalu, di zaman Dwipanta-Ra…
        Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan tambahan informasinya.. semoga bermanfaat.. 🙂

        bayu geseng said:
        Agustus 6, 2012 pukul 7:02 am

        kalau bisa cari tokoh sejarah atau keturunan salah satu kerajaan yang ada di p. lombok biar mendapatkan sejarah yang original dan bermutu ,mungkin bisa dibuktikan dengan piagam silsilah mereka,seperti penjanggik langko benua dan banyak lagi kerajaan lain dip. lombok saya yakin itu ada

    bagusjaya said:
    Februari 24, 2011 pukul 10:02 pm

    aduh ada tugas bahasa sasak

      oedi responded:
      Februari 26, 2011 pukul 11:53 am

      Semangat yach…
      Makasih atas kunjungannya… semoga bermanfaat.

        chamlonk sloby said:
        Juni 7, 2011 pukul 11:01 am

        jarin kgn aq ulek lombokkkkkkkkkkk

        oedi responded:
        Juni 8, 2011 pukul 1:33 pm

        Hehe.. ya pulang dunk… biar lepas deh kangennya… 🙂
        Makasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat

      amie said:
      Mei 4, 2011 pukul 3:18 am

      yg tbah………h……….ya
      mka.a blajar bhsa lombok
      jdi gk binggng……..
      hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe…………………………………………………………….

        oedi responded:
        Mei 4, 2011 pukul 3:28 am

        Maksudnya???
        Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukunganya, semoga bermanfaat.

    Hendi Zahra said:
    Maret 9, 2011 pukul 4:02 pm

    thanks 4 the info about lombok Mr. oedi..for me it’s very interesting to know where are our grate granies from.coz i am not staying and grow up in lombok but other places. so thanks to u..continue n put some more object or proof in your writing.

      oedi responded:
      Maret 10, 2011 pukul 3:22 am

      Oh ya..??
      okay… thanks for visiting, support and input, hopefully useful

    Faisal said:
    Maret 22, 2011 pukul 7:54 am

    Very nice……..
    thanks for the information….

      oedi responded:
      Maret 22, 2011 pukul 9:34 am

      Okay… hopefully useful… 🙂

        devi yunita said:
        Juli 20, 2011 pukul 7:31 am

        mas , koe slam ama u ..yh

        oedi responded:
        Juli 20, 2011 pukul 8:54 am

        Makasih yach atas kunjungan dan dukungannya di tulisan ini, semoga bermanfaat… 🙂
        Silahkah aja berkunjung ke Lombok, di jamin puas deh.. hehe.. 😀
        Wah saya bukan orang Lombok, saya dari Jambi… tulisan ini saya buat atas permintaan teman yang asli orang Lombok, sekaligus menyalurkan hobi saya terhadap sejarah, arkeologi, antropologi dan sosial budaya… 😀

    irwan hadi said:
    April 21, 2011 pukul 4:12 pm

    bagus bgt mas odi, sy jd makin tertarik mencari info ttg leluhur orang sasak ini. Ohya saya pngen tau apkh mas odi pernah mdengar tentang adanya piagam yg mnyatakn bhwa pnduduk d desa ato tmpt trtentu adalah kturunan dari bangsawan trtntu?

      oedi responded:
      April 22, 2011 pukul 8:56 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.
      Hmm…. ini di daerah mana dulu?? dan piagamnya dalam bentuk apa? sebab yang saya jumpai dan ketahui yg berbentuk piagam sebagai tanda pengakuan kebangsawanan itu berlaku di Yogyakarta dan Solo. Namun itu hanya diberikan kepada kalangan darah biru (keturunan raja atau kerabat keraton) saja. Sedangkan di daerah lain – khususnya di sumatera – biasanya hanya dengan bukti peninggalan benda pusaka, bukan dalam bentuk piagam.

      sani said:
      September 22, 2014 pukul 5:05 pm

      di desa saya terdapat beberapa piagam resmi dari kerajaan selaparang (lombok) piagam sejenis pernyataan silsilah kerajaan dan benda2 peninggalan asli dari kerajaan seperti pedang, jubah, tongkat.

        oedi responded:
        September 28, 2014 pukul 10:18 am

        Wah kerena banget tuh.. kalau bisa bolehlah saya melihatnya meski dalam bentuk foto.. 🙂

    tsuraya said:
    April 26, 2011 pukul 5:40 am

    bagus banget artikelnya sangat lengkap dan jelas..ijin untuk dijadikan bahan referensi ya pak..terima kasih

      oedi responded:
      April 26, 2011 pukul 8:30 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat
      Hmm… ini butuh riset dan pengumpulan data-data yang berkaitan dg Lombok. Cukup memakan waktu juga.
      Silahkan saja kalau untuk tujuan yang bermanfaat.

    fatony said:
    Mei 4, 2011 pukul 7:04 am

    izin copas kang untuk di sebar luaskan kepada masyarakat,….!!!! nggeh..

      oedi responded:
      Mei 4, 2011 pukul 9:11 am

      Okey, silahkan saja, asalkan tetap di cantumkan sumber tulisannya…
      Semoga bermanfaat.

        fatony said:
        Mei 20, 2011 pukul 8:47 am

        matur tampi asih kanda…..!!!!
        sukses terus kanda

        oedi responded:
        Mei 20, 2011 pukul 11:10 am

        Iya sama2… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat 🙂

    dildaar80 said:
    Mei 11, 2011 pukul 11:42 am

    salam…numpng baca..

      oedi responded:
      Mei 13, 2011 pukul 1:16 am

      Okey.. silahkan… semoga bermanfaat 🙂

    KudaLiar said:
    Juni 29, 2011 pukul 3:32 am

    tulisan mayura nya inspiratif, mass…

      oedi responded:
      Juni 29, 2011 pukul 4:54 am

      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat 🙂

    Soniy Addi Saputra said:
    Juni 29, 2011 pukul 12:56 pm

    terima kasih atas data2x tulisan ini bener2 bermampat buat saya!! unuk mengawali penulusuran saya ke situs2 sejarah dilombok!!!

      oedi responded:
      Juni 30, 2011 pukul 3:25 am

      Oke sama2 deh… senang bisa membantu… Anda arkeolog ya?
      Terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    zul jangkuk said:
    Juli 8, 2011 pukul 6:59 pm

    Mas Bro.. Trims atas semua yg telah anda lakukan atas pulau kami tercinta… Tapi satu Mas bro tolong di cantumkan utk kampung destinasi pariwisata di bidang industri kerajinan.. Terutama kampung kami yg sebagai kampung pelopor industri kerajinan di Lombok pada khususnya NTB pada umumnya yaitu Rungkang Jangkuk Sayang2…

      oedi responded:
      Juli 9, 2011 pukul 7:50 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat…
      Hmm… saya pertimbangkan dulu ya, karena fokus saya pada tulisan ini adalah mengenai sejarah, arkeologi dan antropologi saja.. kalaupun ada sedikit ttg yg lainnya itu hanya sebagai penguat opini… tp saya mempersilahkan bila Anda berkenan memberikan data2 ttg kampung yg Anda maksudkan… 🙂

    zul jangkuk said:
    Juli 8, 2011 pukul 7:02 pm

    Mantab Mas Bro…. Trima kasih atas tulisanya About My beutyfull Island..

    zulman said:
    Agustus 8, 2011 pukul 4:59 pm

    sungguh saya bangga sekali, orang yang mau peduli mengupas dan menggali sejarah leluhur lombok, ini merup[akan salah satu bentuk dalam mencintai dan mau melihat bagaimana kisah leluhur kita pada masa terdahulu, saya salut kepada anda, semoga ini kan menjadi amal ibadah.
    karna tulisan ini sangat membantu bagi masyarakat yang ingin mencari dan menggali sejarah kita,

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 4:47 am

      Subhanallah… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm… yang saya lakukan ini baru sedikit dan sangat kecil dalam tujuannya untuk membangkitkan semangat cinta tanah air, tradisi dan warisan yg dulu pernah dimiliki oleh orang2 Nusantara, semoga ini menjadi dorongan semangat bagi segenap elemen bangsa terutama kaum muda untuk segera mengulik sejarah dan keagungan nenek moyang kita dulu lalu menjadi “Pakaian” kita dalam kehidupan sehari-hari, karena itu pula yang akan membantu bangsa ini (Nusantara) bisa bangkit dan memimpin dunia dalam peradaban yang gemilang seperti dulu…

    Ashril Rizal said:
    Agustus 9, 2011 pukul 1:08 am

    Salut sama bang Oedi….
    Bangga saya….
    Maaf saya baru baca….kereeeen…
    Foto yang diupload juga orisinil…
    sukses terus bang….

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 4:50 am

      Subhanallah… terimakasih atas kunjungan, dukungan dan doanya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Saya juga bangga dengan Rizal karena sudi membaca artikel sederhana ini, semoga kedepannya tetap berusaha menggali kehebatan bangsa kita dulu… sebagai upaya mengembalikannya ke zaman kita sekarang… karena ini salah satu upaya dalam membangkitkan bangsa Nusantara ke puncak kejayaannya dan bisa kembali memimpin dunia dalam masa yang gemilang dan beradab…

    anam said:
    Agustus 11, 2011 pukul 3:43 am

    yang perlu d tambhkn lagi tutur kt secara halus yang di gunakan oleh para bangsawan suku sasak yang sampai saat terkikis oleh keadaan zaman mas oede….tolg ya d infut thanks b4….

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 4:58 am

      Hmm… untuk mengabulkan permintaan Anda ini saya butuh waktu, karena itu sangat menyita waktu dan sumbernya sangat sulit di dapatkan, sedangkan untuk bisa menuliskan artikel ini saja saya sudah kesulitan karena kurangnya literatur yg ada…. tapi bila sudah didapatkan maka akan segerap saya uploadkan di artikel ini..
      Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan masukannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Hafiz amurwabhumi said:
    Agustus 13, 2011 pukul 1:15 am

    Lombok artinya adlah ibu anda yg diambil dr du suku kata bhs jawa yaitu lo dan mbok

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 5:09 am

      Hmm… terimakasih atas kunjungan dan anekdotnya 🙂

    ghedenune suryejati batami said:
    Agustus 15, 2011 pukul 3:25 pm

    saya juga bangga atas kepedulian mengupas sejarah .apa lagi sejarah itu tidak sejarah tanah leluhurnya.saya aja yang asli lombok tidak mengerti sama sekali sejarah ini .walaupun kini saya tidak menetap di lombok tapi saya rindu akan sejarah nenek moyang saya terima kasih atas apa yang mas odi paparkan semoga aja bermampaat bagi anak cucu saya nantinya.amin….tanks..dari ghedenune suryejati batami.singapura.

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 5:15 am

      Subhanallah… semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua… 🙂
      Iya sama2 karena Anda sudi berkunjung di tulisan ini, semoga kita tetap mau mencintai, menghargai dan melestarikan warisan nenek moyang, karena itu adalah salah satu syarat jika bangsa ini ingin maju dan bangkit memimpin dunia kembali seperti dulunya…
      Hmm Anda di luar negeri neh? saya doakan agar Anda bisa sukses untuk kemudian kembali ke tanah leluhur (Lombok) dan membangunnya… 🙂

    abdul harris said:
    Agustus 17, 2011 pukul 6:44 pm

    saya ucapkan terma kasih banyak atas wawasan yang mas edie berikan ,,,,sekali lagi terima kasih
    kini saya tau banyak tentang lombok,,,,.

      oedi responded:
      Agustus 22, 2011 pukul 4:50 am

      Iya sama2 deh… terimakasih juga karena Anda mau berkunjung di tulisan ini, semoga bermanfaat… 🙂
      Tetap semangat ya… 😀

    ozy said:
    Agustus 18, 2011 pukul 3:08 am

    mudahan ane bukan orang yang terakhir baca tulisan ni…. bang, walau blm knalan, ane mw ucapin thanks buangeet…. bang tulisanx ane minta y??? kbtln ane hoby banget ngoleksi tulisan-tulisan yang ada aroma JaDul-Jadulx apalgi kalo tu ilmiyah.. hee..he.. buat nambah wawasan, and lebihnya bisa di bagi buat anak-anak di kelas…he..hee… jazakallah bang…

      oedi responded:
      Agustus 22, 2011 pukul 4:53 am

      Amiiin… mudah2an demikian adanya, dan jangan sampai lah kaya gitu… hehe.. 🙂
      Terimakasih juga atas kesediaannya dalam membaca tulisan ini, dan kalau emang mau ngoleksi dan membagikannya ke orang lain silahkan saja namun tetap menampilkan sumber tulisannya… saya malah sangat berterimakasih untuk itu, karena Anda telah berupaya melestarikan khasanah dan kekayaan Nusantara… semoga itu semua menjadi manfaat… 🙂

    insanul ikhsanudina mp said:
    Agustus 22, 2011 pukul 12:35 am

    assalamu’alaikum bang, dulu saya pernah baca sebuah buku tentang sejarah lombok yang menurut saya lumayan lengkap, cuma sekarang buku itu hilang.saya cari mungkin ada buku yang sama tapi tidak ketemu. buku sejarah tentang lombok yang sekarang banyak beredar kurang lengkap, hanya sebagian kecil dari isi bukuyang pernah saya baca. bisa gak abangnya posting sejarah kerajaan-kerajaan yang ada dilombok, sampai masuknya arya banjar getas lewat kerajaan sengkongo dan bertapa di gunung pengsong untuk mendapatkan letak air suci yang ada di taman narmada ?? tolong ya bang !!!!!!!!! makasi sebelumnya….

      oedi responded:
      Agustus 22, 2011 pukul 5:00 am

      Wa`alaikumsalam…
      Waduh.. sayang banget kalau begitu, padahal itu bisa menambah sumber informasi yang saat ini telah banyak hilang…
      Hmm… Maaf sebelumnya, saya hingga saat ini masih mencari/memburu kelengkapan sejarah lombok ini, sangat sulit dan masih belum mendapatkan apa yang menjadi misteri selama ini… saran Anda bagus sekali, tapi untuk sementara saya belum bisa memberikannya karena data2 tentang itu belum dimiliki… nanti kalau sudah ada, secepatnya saya uploud di tulisan ini… ditunggu saja ya… 🙂

    Otonk Valiant said:
    September 3, 2011 pukul 11:06 pm

    tak terduga info luar biasa yg aku temui pagi ini, yg selama ini luput dari keingintahuanku. terima kasih bang atas tulisannya. semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan & keuletan kepada abang utk tetap berkarya lantas berbagi. keep spririt en good luck

      oedi responded:
      September 8, 2011 pukul 5:50 am

      Amiin…. terimakasih atas doa, kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂
      Saya doakan Atonk juga selalu dikaruniani kesehatan dan keuletan, agar dapat terus menggali khasanah budaya dan keunggulan bangsa kita… karena yakinlah bila itu terus terjaga maka negeri ini akan percaya diri dan berusaha bangkit memimpin dunia dalam peradaban yang mulia…
      Tetap SEMANGAT… 🙂

    Bambang said:
    September 6, 2011 pukul 6:11 pm

    Ter nyata di indonesia ter simpan banyak sejarah yg mengagumkan dan kita sebagai anak bangsa harus bisa mengali semua itu dan harus bisa menjaga sejarah itu sendiri..makasih atas informasinya..kawan semoga sukses slalu.

    Bambang said:
    September 6, 2011 pukul 6:14 pm

    Ter nyata di indonesia ter simpan banyak sejarah yg mengagumkan dan kita sebagai anak bangsa harus bisa mengali semua itu dan harus bisa menjaga sejarah itu sendiri..makasih atas informasinya..kawan semoga sukses slalu..

      oedi responded:
      September 8, 2011 pukul 5:54 am

      Sukses juga untuk Anda, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂
      Yup… benar sekali bahwa negeri ini menyimpan berjuta pesona yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia, sehingga ini adalah peluang besar untuk kemajuan dan mendatangkan devisa bagi negara. Tapi sayang, masih sangat kurang diprioritaskan dan cenderung diabaikan bahkan mulai dilupakan… semoga ini cepat di perbaiki demi kemajuan bangsa…

    yadiey said:
    September 13, 2011 pukul 1:37 am

    aduuuuhhh. . . .

    lombok siq solah.n. . . . .

      oedi responded:
      September 14, 2011 pukul 3:25 am

      okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    h abdul azim said:
    September 13, 2011 pukul 3:42 am

    Tulisan Anda cukup membantu saya sebagai bahan materi pameran arsip di KLU. Semoga Anda mendapat imbalan pahala dari Alloh SWT amiin. Trims.

      oedi responded:
      September 14, 2011 pukul 3:29 am

      Oh ya? wah beruntung banget saya mendapat kesempatan turut membantu kegiatan yang positif itu….
      Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan penghargaannya… semoga kita mendapatkan manfaat dan balasan kebaikan dari Allah SWT… 🙂

    Ety Apriyati said:
    Oktober 17, 2011 pukul 5:57 pm

    good job guys, many thumb for you.. aku sdh lama nyari sejarah peradaban kerajaan majapahit di lombok, tks y..

      oedi responded:
      Oktober 20, 2011 pukul 8:02 am

      Okey… makasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Pande said:
    November 2, 2011 pukul 7:53 am

    Sebaiknya jangan ngawur menulis sejarah kalau tidak memiliki bukti, tulisan ini hanya memperuncing konflik di Lombok, ingat rajanya ada 4 macam yaitu : Pande Selaparang, Ratu Mas Langko, Ratu Mas Pejanggik, Patih Tjokorda Sandubaya dan Anak Agung gede ngurah yang semuanya Pahlawan dan tidak lengkap menulis namanya. Dahulu pulau Lombok adalah negeri tidak bertuan sampai dengan datangnya Patih Pande Selaparang yang mendirikan Kerajaan Chatalanga Lombok yang berpusat di Mayura Cakranegara yaitu Puri Indranu Chatalanga yang wilayahnya satu pulau Lombok ini dibawah komando kerajaan Karang Asem Bali sampai sekarang masih ada dan bergabung dengan NKRI. Tulisan adanya kerajaan islam itu bohong besar tidak ada itu, keberadaan leluhur Lalu-baiq adalah penjahat yang dipenjara dan dibina oleh Raja Pande Selaparang kemudian untuk mengawasinya yang laki diberi nama Lalu dan untuk wanita diberi nama baiq, maksudnya dulunya jahat lalu baik. Jadi adanya kerajaan islam dipulau Lombok hanya membuat konflik kemarahan Raja dan masyarakat hindu karang asem bali pada umumnya dan masyarakat hindu di Lombok pada khususnya. Hati-hati menulis jangan mengarang sejarah kalau tidak ada bukti. Kalau mau tahu kerajaan Chatalanga Lombok bisa datang ke Puri Indranu Chatalanga Cakranegara atau Istana di atas air Mayura lengkap disana. Jangan ngawur saya laporkan ke yang berwajib polisi dan tentara, karena katagori gerakan sama rata sama rasa dengan Raja Lombok. Ya dihapus saja blognya.

      oedi responded:
      November 3, 2011 pukul 7:05 am

      Terimakasih atas masukannya…. tapi sebelum menghakimi orang lain, sebaiknya Anda baca lagi dengan teliti seluruh tulisan saya ini (terutama pada bagian penutup)… “nyante kawan”, semoga bermanfaat… 🙂

        DhaarVatti said:
        Agustus 19, 2012 pukul 11:45 am

        blognya jangan ditutup mas Oedi, soalnya sangat membantu untuk mengenal sejarah daerah saya (Lombok), nyante aja… gak usah takut dilaporkan soalnya sebelum Pande melapor sudah duluan ditangkap polisi dan tentara karena menghina leluhur baik dan lalu.
        Perlu diteliti konsep “jahat” dikatakan Pande, sebab Pangeran Diponergoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, Sukarno dan semua yang menentang penjajah dianggap orang jahat/pemberontak sama Belanda padahal bagi kita merka adalah pahlawan.

        Raden bore said:
        April 1, 2013 pukul 2:15 pm

        Kalo ada anak tk , sebaiknya jangan di ladeni, saya orang lombok asli dan kami tahu sejarah kami jauh sebelum tulisan ini di muat. Siapapun yang memusuhi lombok maka kami siap jihat. Saya dukung mas ody

        oedi responded:
        April 6, 2013 pukul 12:01 pm

        Terimakasih atas dukungannya mas, Tetap semangat!
        Hmmm.. sekali lagi saya katakan bahwa saya ini bukanlah seorang ahli sejarah yg udah ubanan (profesor), sehingga tolong maklumi kekurangannya… tetapi yang jelas saya sudah berusaha yang terbaik untuk tulisan ini… 🙂
        Marilah bersama-sama kita jangan saling menyalahkan, kritik boleh tetapi yang sifatnya mengoreksi dan membangun… agar sejarah yg sekiranya kurang tetap atau ada yang salah bisa dikembalikan ke yang sebenarnya.. sehingga kita semakin jelas dan mengetahui siapa sebenarnya diri bangsa ini… 🙂

        Md,Akbar bin Ali said:
        Juli 13, 2014 pukul 2:40 pm

        Saya kagum dengan tulisan adiku terhadap kepulauan Lombok yang belum lagi saya sampai kesana.walau pun saya bukan keturunan Indonesia tapi saya ada lah sangat mengkagumi akan keindahan yang di baeri Allah amin

      ardi said:
      Mei 14, 2012 pukul 12:42 pm

      pande km jngan ngawur ya anjing ntar qsebelih koe…. jngan nyingung baik ma lalu anjing kata2 mu kasar anjing.. mas oedy sory ya saya emosi ma orang ini

        oedi responded:
        Mei 14, 2012 pukul 5:37 pm

        Hmm.. santai saja.. silahkan ungkapkan apa aja yang mas Ardi rasakan… tapi nasehat saya sebaiknya kita tetap harus bersabar aja, biar Tuhan yang membalas perbuatannya… 🙂
        Okey.. makasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

        panji sasak said:
        Desember 22, 2012 pukul 8:30 am

        mik Ardi,biasanya orang”yang buta sejarah doang yang sok tau sejarah,jadi nyante az.ntu orang pasti tidak tau apa”tentang sasak!

      lalu kariawan said:
      Oktober 9, 2012 pukul 3:32 am

      di dalam kitab sutasoma ….di tertulis bienekea tiunggal ikea…jangan ,sampai lepas dari dari pegangan itu ,kita kan hdup berwarna ..warni jadi kalau suka warna itu suka lah malah kalu suka warna lain juga boleh asal jangan mengadopsi warna yang yang jelas tap berbeda mari lah kita bedakan berbedaan dan samakan tujuan…tap jangan samakan perbedaan danbedakan tujuan .mari kita perkokok lambang beringin itu jangan di tumbangkan,,,makash.untuk.semua kekompakannya…lanjuttttttt

        oedi responded:
        Oktober 10, 2012 pukul 3:40 pm

        Okey… semangat!!
        Iya, perbedaan nike penting jerin pembelajaran, siq tekedu ngelengkapin idup ine, deit wah seharusne ite pade dendeq ngelupain sejarah deit asal usul gumi paer te.. angkaq ngeno siq teparan kekuatan siq beu tekedu ngebangun wangsa siq jaye..

      Leo said:
      Mei 16, 2013 pukul 3:18 pm

      acong kamu pande,,,,, bodo..!!! knapa bilang tidak ada kerajaan islam di lombok, trus dari mana asal datangnya nama tempat2 seperti kediri kahuripan, gersik dan …..

      khairunnisa said:
      Oktober 2, 2013 pukul 12:54 am

      kamu bangaq tie ndeq taoq sejarah, tulisan ne wah sesue kance referensi saq araq…sengaqm hindu adeq kene mentie…mulen araq dengan islam endah.
      ..Lalu kance Baiq nu dengan saq begawean eleq kerajaan…bongoh!

    Sidi said:
    November 6, 2011 pukul 7:41 am

    La ilah hailele terma kch ngih sdh mw smton tiang mule aslli bjg lombok lngsar hehehe

      oedi responded:
      November 10, 2011 pukul 4:41 am

      Okey, terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    lalu muksin said:
    November 15, 2011 pukul 7:34 am

    DEAR ALL…alhamdulillah banyak tmen2 yg mluangkan waktunya tk mnjadikan pulao lombok ada didunia maya baik dr sejarahny penduduknx atopun alamnx,sekedar memberikan masukan tentang selaparang,ada fakta yg mnyatakan pasukan kerajaan selaparang terdapat di kecamatan sikur dengan adanya penguasaan tanah dari kaki gunung rinjani sampai denga perbatasan kecamatan sakra…itu menunjukkan bahwa ada penghuni lama yang berkuasa disana dari 5 garis keturunan terakhir dan banyak fakta2 sejarah yg bisa digali disana,dari penyebaran islam oleh sunan giri….ini adalah sekedar masukan semoga ada temen yang bisa menggalinya lebih dalam….

      oedi responded:
      November 15, 2011 pukul 8:55 am

      Okey… terimakasih atas kunjungan, dukungan dan masukannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    D'Alfath said:
    Desember 12, 2011 pukul 6:04 pm

    Artikelnya menarik sekali gan. Semoga lebih banyak lagi artikel seperti ini. BTW, Kalau tidak salah Rinjani adalah Gunung No.2 Tertinggi di Indonesia. #1 Puncak Jaya (Jaya Wijaya) di Papua, #3 Gunung Arjuna.
    Salam Kenal,

    Batur Sasak

      oedi responded:
      Desember 15, 2011 pukul 3:37 am

      Amiiin… semoga saja demikian.. dan sepertinya harus tuh… 😀
      Oh ya? wah terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Ya saya ketahui dan kebetulan sudah pernah ke beberapanya, gunung/puncak yang tertinggi di Indonesia itu urutannya adalah berikut ini:
      1) Puncak Carstensz Pyramid (puncak Jaya) di pegunungan sudirman, Papua. Dengan ketinggian 4.884 mdpl
      2) Puncak Kerinci, Jambi. Dengan ketinggian 3.805 mdpl
      3) Puncak Rinjani, Lombok (NTB). Dengan ketinggian 3.726 mdpl
      4) Puncak Semeru/Mahameru, Malang, Jatim. Dengan ketinggian 3.676 mdpl
      5) Puncak Slamet, Banyumas-Pemalang, Jateng. Dengan ketinggian 3.428 mdpl
      Okey.. salam kenal juga… 🙂

        xwisnuajix said:
        Juli 7, 2013 pukul 10:09 am

        berarti aku kurang kerinci niiiih… entah kapan bisa naik gunung lagi nggenapin kelima gunung di atas…

        perutku makin buncit pula…wekekekek

        xwisnuajix said:
        Juli 7, 2013 pukul 10:16 am

        sama puncak jaya dink…hihihi

        Lotus Bali said:
        Maret 26, 2014 pukul 8:17 am

        om swastiastu. Semangat mas ody. kita gak akan pernah tau arti sebuah kebenaran dari sejarah kuno.apalagi kita bukan pelaku tunggal dari sebuah peradaban,jadi refrensi ke tempat bersejarah seperti puri ( rumah raja ala hindu) pura ( tempat ibadah agama hindu ),wihara ( tempat ibadah agama budha),gereja (tempat ibadah agama kristen), masjid ( tempat ibadah agama islam ),klenteng ( tempat ibadah teman2 konghucu ) dan tempat bersejarah lainya. tak bisa dipungkiri memang lombok pernah dikuasai oleh kerajaan karangasem jadi coba juga cari refrensi ke puri agung karangasem bali. tetapi sejarah bnyk yg di sembunyikan dari kisah aslinya untuk kepentingan tertentu jadi kalau mau belajar sejarah harus sabar dan iklas. karena sejarah adalah romantika kehidupan. teruslah menulis tapi ingat jadilah penulis yang independent jujur sabar iklas. obyektif dan jangan pernah menonjolkan sara atau agama karena yg kawan tulis adalah sejarah lombok, pasti ada pengaruh; hindu,budha,islam,kristen,konhucu,bali,jawa,sulawesi bahkan eropa. kecuali kalau kawan menulis sejarah agama atau suku baru boleh menonjolkan suku dan agama yg diceritakan atau di tulis. klo masih saling menyalahkan berarti kita blm bisa dan mampu belajar sejarah dan itu berarti kita belum siap untuk tinggal dan menjadi bagian dari NKRI. terima kasih dan mohon maaf kalau ada salah tulis atau salah kata. om santhi,santhi,santhi om.

        oedi responded:
        April 1, 2014 pukul 7:09 am

        Om Swastiastu.
        Terimakasih juga mas atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
        Maafkan kalau apa yang saya tuliskan ini masih banyak kekurangannya, maklumlah saya memang terkendala dengan data dan informasinya.. wong nanya sama kawan2 dari Lombok saja banyak yang gak ngerti, apalagi saya ini yang bukan asli orang Lombok… niat awal saya menuliskan sejarah Lombok ini adalah karena permintaan dari teman yang asli orang Lombok dan tergerak pula hati ini untuk mengajak kita semua untuk kembali mengenal siapa diri kita ini, siapa bangsa kita ini.. yang sekarang ini dirasakan kian surut, bahkan banyak dari kalangan muda-mudi yang sudah tidak peduli lagi dengan sejarah bangsanya sendiri… 😦
        Untuk itu, disini saya membuka ruang diskusi seluas-luasnya untuk menambah khazanah sejarah Lombok.. dan bila ada yang menurut saya sesuai dengan alur tulisan ini, tentunya akan saya tambahkan pada tulisan di atas, dan itu sudah berulang kali terjadi.. 🙂

    ratin wahyu said:
    Desember 26, 2011 pukul 2:19 am

    sekali lagii bgss bgt stlah syy bcc ni artikel,,,,mmmmm hebattt detail

      oedi responded:
      Desember 27, 2011 pukul 4:24 am

      Subhanallah… syukurlah bila masih demikian, karena memang itulah yang menjadi harapan saya…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga tetap mendatangkan manfaat.. 🙂

    Ratin Wahyu QyuQyu said:
    Desember 27, 2011 pukul 12:00 pm

    sama2 truss semangattt

      oedi responded:
      Desember 29, 2011 pukul 5:01 am

      Okey… terus semangat… chayoo.. 🙂

    syatria putra lombok said:
    Desember 29, 2011 pukul 8:16 am

    kren n mksi skarng sya udah ngrti.,.,.,

      oedi responded:
      Desember 29, 2011 pukul 8:19 am

      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    oyenks said:
    Januari 20, 2012 pukul 10:04 am

    Trimaksh bang oedi..”numpang baca” artikel anda bagus dan trarah.. sekilas membuat pemikiran saya menerawang jauh kemasa lampau seakan-akan pada waktu itu saya berada disana.. tulisan anda sangat2 menarik dan menambah wawasan saya sebagai putra lombok yg kmarin sy tidak tau apa2 menjadi tau semua sejarah lombok bahkn ingin lebih tau..
    sucses slalu buat bang oedi tuk trus berkarya.. oyenks

      oedi responded:
      Januari 22, 2012 pukul 4:00 pm

      Oh silahkan saja, dengan senang hati untuk mas/mbaknya karena mau membaca tulisan ini.. saya senang sekali dan mengucapkan banyak terimakasih atas kunjungan dan dukungannya…
      Subhanallah jika demikian, semoga denganya kita makin sadar dan bangga sebagai generasi penerus leluhur untuk terus melestarikan bahkan kian membangkitkan warisan para leluhur itu demi kemajuan bangsa dan peradaban manusia…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    zelia said:
    Januari 23, 2012 pukul 5:20 pm

    cari lebih lengkapnya dong, supaya kita semua tahu searah tempat tinggalnya kita. kita mungkin terlalu acuh tak acuh terhadap sejarah,, tapi betapa pentingya sejarah tersbt apa lagi saya masih bingung nenek moyang saya asliya dari daratan mana.

      oedi responded:
      Januari 24, 2012 pukul 6:39 am

      Hmm.. data dan informasi tentang Lombok ini sangat sedikit dan sulit.. tapi akan saya usahakan semaksimal mungkin untuk meng-update tulisan ini bila ditemukan sesuatu yang baru dan mendukung tema tulisan ini. Tunggu saja informasi selanjutnya… 🙂
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    liana said:
    Januari 23, 2012 pukul 5:26 pm

    kweren2 mas ada baiknya kita mengulik lebih dalam lagi,,, tentang sejarah nenek moyang kita mas oedi kweren tu artikelnya krmn dong,,,lok bisa di tambah lagi yah kita seneng ngebacanya umur dah hampir 1/4 abad satupun ndk Q tahu sejrah ne2k moyang jadi berkat artikel ne menambah pengetahuan bagi saya.

      oedi responded:
      Januari 24, 2012 pukul 6:44 am

      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. maksudnya di kirim ke mana?
      Syukurlah kalau senang dan bisa menambah wawasan mbak Liana, ikutan seneng deh.. 🙂
      Iya, kalau nanti saya mendapatkan data2 dan informasi terbaru, pasti akan saya tambahkan di dalam tulisan ini, semoga saja dalam waktu dekat, karena sangat sulit dan terbatas sih… 🙂

    zainudin said:
    Februari 10, 2012 pukul 5:31 am

    ya ceritanya mohon lebih lengkap lagi dong?
    biar kita orang lombok tahu asal – usul kita

      oedi responded:
      Februari 10, 2012 pukul 6:02 am

      Hmmm…. wah seharusnya saya dunk yang minta informasi dari Anda tentang Lombok ini, kan Anda orang Lombok? hehe… 🙂
      Okey.. nanti kalau ada tambahan informasinya tentunya akan saya selipkan di tulisan ini, cuma kendalanya adalah terlalu sedikit dan sulitnya mendapatkan data2 dan informasi itu…. semoga saja dalam waktu dekat.
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    arman said:
    Februari 17, 2012 pukul 11:44 pm

    Sangat berterima kasih atas linknya Mas Oedi,,, jadi tau sejarah daerah sendiri nih!!! Lagi sekali terima kasih!!! Semoga Allah selalu meredhoi Mas Oedi,,,

      oedi responded:
      Februari 18, 2012 pukul 6:21 am

      Amiiin ya Rabb, begitu pun ku harapkan untuk mas Arman.
      Syukurlah bila tulisan ini bisa mendatangkan manfaat buat mas Arman, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya.. 🙂
      Ayooo.. mulai dari sekarang kita senangi budaya dan produk bangsa sendiri.. cintai negeri ini, karena disinilah kita lahir dan mati.. 🙂

        arman said:
        Februari 18, 2012 pukul 11:34 am

        Betul sekali tu Mas Oedi!!

        oedi responded:
        Februari 18, 2012 pukul 3:38 pm

        Okey.. makasih.. 🙂

    MemeyDa Ida Purna BQ said:
    Februari 20, 2012 pukul 1:33 pm

    waw Lombok… kampung halamanku.. 🙂 ini yg diminta sama Penerbit Ombak itu ya mas utk diterbitkan? mantab, go for it mas.. cuma mungkin ada beberapa yg perlu disesuaikan lg mas dg kondisi saat ini. misal kabupaten baru yaitu Lombok Utara (KLU) merupakan pecahan dari Lombok Barat. bandara baru: bandara international Lombok (BIL) di Lombok Tengah. kemudian utk Sumbawa, Bima dan Dompu (masuk dlm daratan pulau Sumbawa), merupakan pulau yg terpisah dari Lombok dg ragam budaya yg juga terdapat beberapa perbedaan. Kedua pulau besar tsb (Lombok dan Sumbawa) berada dlm 1 propinsi NTB. kemudian utk potensi wisata juga masih bisa ditambahkan yg lainnya mungkin seperti pesona air terjun di beberapa tempat, wisata air tawar sungai jernih Sesaot, beberapa gili exotic yg sebenarnya banyak tersebar di Lombok, selain dari 3 gili yg sdh disebutkan, pantai bagian selatan Lombok (selain Kute, ada Selong Belanak, Mawun, Awang, dll), timur dan barat Lombok atau data2 lainnya yg mungkin mas Oedi perlukan utk menyempurnakan tulisan yg penuh nilai sejarah ini. salute utk anak bangsa yg peduli pada nilai2 sejarah budaya bangsanya. maju terus mas Oedi 🙂

      oedi responded:
      Februari 21, 2012 pukul 4:14 am

      Iya, ini yg dulu di minta oleh penerbit Ombak.
      Benar sekali tuh, emang informasi yg saya terima sudah banyak perubahan disana, cuma saya belum sempat lagi untuk merevisi tulisan ini, ada banyak kesibukan yg lainnya (masih berhubungan dg tulis menulis), di tambah dengan sulitnya mendapatkan informasi tentang Lombok ini… bahkan berusaha minta bantuan teman saya yg asli orang Lombok sampai sekarang blm jelas kabarnya, bahkan dia sendiri gak teralu paham tentang kondisi Lombok (cukup aneh sih?).. jadi saya amat kesulitan untuk update tulisan ini…
      Ya kalau mbak Ida bersedia memberikan data dan informasi yg lebih lengkap dan terbaru tentang Lombok ini, saya sangat senang untuk itu… biar nambah lengkap nih tulisan… sehingga bisa terus kita buktikan pada dunia bahwa kita ini memanglah negeri dan bangsa yang luar biasa… 🙂
      Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga tetap bermanfaat.. 🙂

    malkamhadi said:
    Februari 21, 2012 pukul 2:42 am

    trima methon gali dan galilah lagi, sejarah lombok sampai ke sisi2 khidupan masyarakat sasak,

      oedi responded:
      Februari 21, 2012 pukul 4:16 am

      Okey.. sama2 deh, terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂
      Siap… saya akan terus berusaha untuk menggalinya lagi… mohon dukungan dan bantuannya bila Anda punya data dan informasi yg lebih lengkap dan terbaru ttg Lombok dan Sasak…

    MemeyDa Ida Purna BQ said:
    Februari 22, 2012 pukul 5:15 am

    ok mas Oedi, insyaAllah nanti sy coba bantu carikan info ‘n data ttg sejarah ‘n kondisi existing Lombok. Nanti sy coba buka buku2 koleksi abah, abah kebetulan cukup sering menceritakan ttg sejarah asal usul leluhur dan kerajaan Lombok yg konon berasal dari Jawa (Majapahit) dan Sulawesi (hampir serupa dg yg di tulisan mas Oedi). Para pendatang kemudian seiring waktu membaur dg penduduk asli (pribumi) Lombok. Nanti sy coba juga ke musium ‘n perpus propinsi NTB (kebetulan dulu sebelum merantau ke bumi Sunda, sy memang cukup sering ke 2 tmpt itu, terutama perpus utk langganan minjam buku :)) insyaAllah mas, dg senang hati kalau ada yg bisa sy bantu, tdk hanya krn Lombok sbg tanah kelahiran sy, tp juga dg harapan sy bisa mjd lbh memahami ‘n menghargai sejarah tentunya. selama ini sy selalu big interestnya ke sejarah dunia, sejarah kaum terdahulu di belahan bumi yg lain spt kaum pompei di italia, kisah kaum ‘Ad di tanah Arab dll, bahkan sampe punya impian besar utk bisa mengunjungi tempat2 bersejarah itu. hopely someday 🙂 nah sementara sejarah tanah kelahiran sendiri blm total sy pahami. tulisan mas ini alhamdulillah sdh mengingatkan sy utk mau lbh mengenal sejarah tanah kelahiran. bukan kah bangsa yg besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya? 🙂

      oedi responded:
      Februari 22, 2012 pukul 7:06 am

      Yup.. bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya sendiri… 🙂
      Wah.. dengan senang hati saya sambut uluran bantuannya… emang itu yg selama ini saya nantikan, terutama dari orang asli Lombok… tapi maaf banget sebelumnya kalau malah jadi merepotkan mbak Ida… mudah2an dengan semangatmu yg tulus ingin mempelajari dan menyebarkan informasi sejarah bangsa sendiri akan makin membuka semua elemen bangsa ini untuk percaya diri dan bangkit menuju kejayaan dan kesejahteraan.. 🙂
      Sekali lagi terimakasih atas kesediannya mambantu membuka tabir sejarah tanah Lombok.. semoga ini tetap bermanfaat.. 🙂

    Mas Bro said:
    Maret 4, 2012 pukul 1:25 am

    Luar biasa… !!
    Sebagai warga lombok saya berterima kasih sekali atas terbitnya tulisan ini.
    Ijin share bang…!

      oedi responded:
      Maret 4, 2012 pukul 4:32 am

      Subhanallah…
      Okey.. makasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂
      Oh boleh saja di share, asalkan tetap menyertakan sumber tulisannya.. 🙂

    okojd said:
    Maret 9, 2012 pukul 8:07 pm

    Wah makasih mas editornya buat travel guide,kemarin tgl 2 maret 2012 aq pakai from Blackberry buat holiday in lombok bersama keluarga lumayan bisa buat cerita anak,temen,saudara dan orang tua meskipun dapat lokasi di Narmada,ampenan lama, Kuta, Gili Trawangan, Gili Air dan senggigi. thanks Mas Artikelnya ( so far so good )

      oedi responded:
      Maret 11, 2012 pukul 5:13 am

      Iya sama deh.. 🙂
      Subhanallah… syukurlah kalau artikel ini bisa membantu.. senang banget rasanya.. 🙂
      Okey… terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga tetap memberikan manfaat.. tetap semangat ya… 🙂

    anwarshan said:
    Maret 20, 2012 pukul 3:44 pm

    Saya setuju dengan pendapat “Titisan Majapahit” kalau Di Lombok masih banyak sumber sejarah yang otentik, tentang sejarah suku sasak tetapi memang kebanyakan dari babat leluhur yang tertulis di daun lontar yang menjadi saksi sejarah suku sasak cenderung di rahasiakan oleh keturunan dari pemangku pemegang babat tsb..
    jadi kalau mas oedi mau tahu yang lengkap mesti datang langsung ke pulau lombok dan mengunjungi desa- desa yang sekiranya masih ada menyimpan babat sasak tsb. seperti di Bayan Lombok Utara, Lombok Timur, Sembalun Selaparang,Sakra, Selebung Keruak) Di lombok Tengah ( Praya, Pujut,Batu Jai,Bun Jeruk,Ketare, Batu Dendeng Pengembur,Rembitan) dan masih banyak lagi desa desa yang masih menyimpan babat-babat sasak atau mas oedi bisa bekerja sama dengan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang baru- baru ini melakukan penelitian tentang babat sasak. jangan tanggung- tanggung mas.. kalau mas sendiri yang datang saya yakin deh keluar tu barang hehehe…ok sukses mas oedi

      oedi responded:
      Maret 21, 2012 pukul 1:19 pm

      Iya.. memang kalau kita mau mendapatkan data dan informasi yang lebih mendetil ya emang harus datang ke sumber sejarahnya langsung… itu pun tidak bisa dalam waktu yang singkat, butuh eksplorasi yang banyak agar mendapatkan data dan informasi yang kompeten… tapi maaf sebelumnya, saya masih belum bisa untuk datang langsung ke tanah Lombok, itu dikarenakan tanggungjawab dan pekerjaan yang belum memungkinkan utk bisa kesana…
      Tapi, sebelumnya saya sudah meminta kepada teman saya yang asli orang Lombok untuk membantu saya melengkapi data-data dan informasi tentang sejarah Lombok ini… kebetulan orang tuanya punya data-data, naskah, dan buku-buku tentang sejarah Lombok… biar makin banyak yang bisa kita gali dan banggakan dari leluhur kita… semoga dalam waktu dekat saya mendapatkannya… 🙂
      Okey.. Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    fraxis said:
    Maret 27, 2012 pukul 11:32 pm

    seyogyanya mas oedi bisa mencantumkan sumbernya yg lebih jelas, bukan hanya “dari berbagai sumber”. salut masih ada orang sasak yg mau menulis sejarahnya sendiri. padahal tradisi menulis kita sudah sejak laek…. ini terbukti dari penelitian departemen kebudayaan yg tahun 1990an meneliti dan mengumpulkan naskah2 lontar di lombok. ternyata sangat banyak. kalo ga salah sampai 200an lontar. blum lagi lontar2 yg tersimpan di pemangku2 adat yg jarang atau bahkan tak bisa dibacakan sembarangan. ini menunjukkan animo masyarakat lombok untuk menulis tentang dirinya sendiri sudah beredar sejak dulu. tapi entah ya belakangan ini kok generasi kita keliatan “lupa diri”

    by the way, saya mahasiswa ilmu sejarah universitas negeri malang (asli lombok). insya Allah akan memulai penelitian saya tentang penyerangan cakranegara 1894… data yg saya dapatkan insya Allah bisa membantu rekonstruksi fenomena ini. diantaranya babad lombok, babad sakra, babad praya, tropical holland (karya M bakunin, atase rusia untuk timur jauh), SNI jilid IV, kontrak raja mataram (lombok) dengna belanda tertanggal 7 juli 1843, sampai peta gambaran tangan tentang mataram/cakranegara tahun 1800an akhir (saya blum sempat kaji karena memang blum :D)

    mungkin kita bisa tukar pikiran ya, untuk memajukan daerah kita. Lombok katanya Maju, Religius, dan Berbudaya…saya bingung dengan poin terakhir kebudayaan seperti apa yg ingin kita angkat kalau orang Lombok sendiri masih gamang dengan sejarahnya? (yg notabene sejarah tidak bisa dilepaskan dari anasir2 budaya). saya kira seharusnya UNRAM punya fakultas sastra dan budayanya, karena sayang sekali kalau khazanah budaya Lombok dan sejarahnya yg panjang dimuseumkan begitu saja…

    kok malah curcol ya? hehe… salam

      oedi responded:
      Maret 28, 2012 pukul 4:40 am

      Maaf sebelumnya, kalau saya ini bukan asli Lombok, tapi saya orang Jambi.
      Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya, maaf terdapat kekurangan, semoga bermanfaat.. 🙂

        fraxis said:
        Maret 29, 2012 pukul 8:27 am

        ups, my bad, then 🙂

        salam kenal aja deh mas…keep writing 🙂

        oedi responded:
        April 6, 2012 pukul 7:15 am

        Okey.. salam kenal kembali.. 🙂

    JUNED KEDIRI said:
    April 2, 2012 pukul 11:48 am

    terimakasih sebelumnya mas oedi yang sudi mengangkat sejarah, budaya lombok apalagi di lengkapi dengan tujuan wisatanya,,,,,jangan dengar orang2 yang banyak mengeritik,,,,sukur aja ada anak bangsa yang masih peduli dengan lombok walaupun bukan asli lombok,,,,,mas oedi maju terus, gali terus info yang lebih akurat,,,,sukses mas ya

      oedi responded:
      April 6, 2012 pukul 7:51 am

      Nah, orang seperti mas Juned ini yang seharusnya banyak dimiliki oleh bangsa ini, terus mendukung orang lain untuk terus berkarya cipta, terlebih demi bangkitnya kejayaan Nusantara… kalau pun ada kekurangannya, ya di bantu untuk memperbaiki dan bukan hanya sekedar kritik tanpa saran dan solusi.
      Tenang aja mas, saya orangnya senang menerima kritikan kok, terlebih bila itu bisa menambah ilmu dan wawasan saya, tapi kalau tidak apalagi yang aneh2, ya maaf, tidak akan saya gubris dan cukup saya anggap sebagai angin lalu.
      Okey mas Juned, terimakasih atas kunjungan, dukungannya dan doanya, semoga bermanfaat… sukses juga buat Anda.. 🙂

    himen said:
    April 13, 2012 pukul 5:42 pm

    ga tau mau komen apa? yg jelas lbh menambah wawasan ttg lombok. trims ya mas…
    sangat menarik isinya..

      oedi responded:
      April 14, 2012 pukul 5:22 am

      Oh syukurlah kalau demikian adanya, senang bisa menambahkan wawasan tentang kekayaan bangsa kita..
      Okey sama2 deh.. makasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    younhe said:
    April 18, 2012 pukul 1:46 pm

    dengan wawasan ini aku bisa dapat ilmu yang bermanfaat ,,,,,,
    thanksss mas oedi,,,,,,
    suksesss selalu yaaa,,,

      oedi responded:
      April 19, 2012 pukul 8:21 am

      Wah syukurlah bila begitu… ikut senang deh.. semoga bermanfaat.. 🙂
      Okey.. sama2.. makasih juga atas kunjungan, dukungannya, dan doanya… begitu pun ku harapkan untukmu.. 🙂

    Hardianto Cecep said:
    April 18, 2012 pukul 11:33 pm

    terimakasi… jarin selapu pade taok mbe jak lekan dengan sasak sak tulen…ampu jari mamfaat enggehhh…

      oedi responded:
      April 19, 2012 pukul 8:35 am

      Wokey sama2… semoga bermanfaat…
      Alhamdulillah… mun selapuq pade taoq, nang tiang dengan sasak. Tiang asli Jambi demen eleq sejarah dait budaya. Tulisan tiang ine ampun manfaat leq dengan Alhamdulillah… 🙂

    Cholic Lennon said:
    April 23, 2012 pukul 4:37 pm

    nice…

      oedi responded:
      April 24, 2012 pukul 3:43 am

      Oke… thank`s, semoga bermanfaat.. 🙂

    rina sandat said:
    April 26, 2012 pukul 8:17 am

    salut deh bukan org lombok tp peduli dengan budaya lombok… big thanks ya mas odie…

      oedi responded:
      April 26, 2012 pukul 4:10 pm

      Duuuh.. jangan berlebihan gitu… wong saya cuma sekedar menyalurkan hobi aja kok.. syukur2 bisa menambah wawasan orang lain.. 🙂
      Okey.. terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    ardi said:
    Mei 14, 2012 pukul 12:38 pm

    pande anjing to ngawur ya mas,,,, untk mas oedi gw salut q sendri anak lombok bru tau sejarah lombok.. untk mas ane salut mas;… moga2 oke mas sukses ya mas

      oedi responded:
      Mei 14, 2012 pukul 5:40 pm

      Hmm.. saya gak coment ya…
      Makasih ya mas Ardi atas kunjungan dan dukungannya, semoga tulisan ini bisa bermanfaat terutama buat mas sendiri dan kita semua pada umumnya… karena kita memang selalu butuh dengan pengetahuan sejarah bangsa kita sendiri agar cepat sadar diri, percaya diri dan maju memimpin dunia lagi..
      Sukses juga buat mas Ardi.. 🙂

    MUHAMAD FAUZI said:
    Mei 22, 2012 pukul 2:50 am

    bang,,,,kalau bisa bagian di lombok utara itu dikaji jugaaa,,,,,,soalnya masih banyak cerita yang belum dikaji

      oedi responded:
      Mei 23, 2012 pukul 8:01 am

      Ya.. saya pun ingin mengkaji lebih jauh ttg bagian utara, bahkan semua daratan Lombok, tapi saya selalu terkendala dg data dan informasinya.. mungkin mas Fauzi bisa memberi masukan??

    Nurmaknah Nurma said:
    Mei 23, 2012 pukul 12:24 pm

    Alhamdulillah …. Bagi saya sangat Bermanfa’at dan sangat menambah wawasan saya dan saya salut sama ms OEDI bisa nulis sejarah lombok krn menurut saya ini bukan hal yang mudah untuk mengumpulkan data dan mencari sumber2nya ,saya saja yang asli orang lombok tidak tau sejarah dan asal usul pulau lombok , namun dengan adanya tulisan ini jadi saya sangat berterimakasih sekali sama ms OEDI . hmmm … jempol bwt Ms OEDI org jambi V …. perduli dan mau menulis sejarah lombok , tank’s En sukss ya …. ^_^ . kritik dan saran adalah swtu masukan bwt ms oedi untuk lebih maju , tapi yg mengumpat dan mengata2in ms oedi qta do’akan smg dya sadar akan ucpannya …. salam kenal ms oedi …. ^_^

      oedi responded:
      Mei 23, 2012 pukul 3:24 pm

      Salam kenal kembali mbak Nurma… 🙂
      Subhanallah… syukurlah kalau menurut mbaknya demikian, terimakasih karena sudah mau berkunjung dan memberikan dukungannya… orang seperti mbak Nurma inilah yang bisa memajukan peradaban bangsa… salut buat mbaknya.. 🙂
      Tulisan tentang Lombok ini berawal dari harapan akan dikenalnya budaya negeri sendiri oleh bangsa sendiri, yang terlihat kini mulai meredup sepi bahkan sudah benar2 di abaikan oleh banyak kalangan dan lapisan masyarakat.. sehingga dengan tulisan ini, saya pun menaruh harapan yang besar agar kita semua mau mengenali lagi sejarah dan budaya bangsa kita sendiri, bukan malah bangsa lain (korea, jepang, india, dll). Karena hanya dengan begitulah kita pun akan kembali ke jati diri kita sendiri, yang hasilnya akan membangkitkan kejayaan bangsa ini9 seperti dulu kala… semoga.
      Oh.. tenang aja mbak, saya hanya akan peduli dengan kritikan yang sifatnya membangun, sebab dengan demikian maka akan makin baiklah diri dan tulisan saya… Sedangkan bagi yang bersifat tidak membangun (asal-asalan), maka saya hanya akan berprinsip sebagaimana kata pepatah “Anjing mengonggong, kafilah tetap berlalu” 🙂
      Okey mbak Nurma, sekali lagi terimakasih atas kunjungan, dukungan dan doanya, semoga bermanfaat.. dan sukses juga untukmu.. chayoo.. 🙂

    Nurmaknah Nurma said:
    Mei 24, 2012 pukul 8:03 am

    Makasi Ms OEDI ….
    Betul sekali apa yang ms OEDI bilang , sekarang sudah saatnya untuk membangun kembali bangsa ini dengan Menggali sejarah di Negeri Nusantara ini jgan sampai anak cucu kita kelak buta akan sejarah negerinya sendiri bahkan tidak tau sama sekali . dengan adanya artikel ini dan tulisan2 ini mereka bisa belajar dan menambah wawasan tentang Negeri tercinta kita , Harapan saya smga ms oedi bisa berkunjung langsung ke lombok supaya lebih mengenal Pulau Lombok apalagi sekarang lombok sudah banyak perubaha dan kalau ms oedi mau mmpir ketempat Saya Juga boleh koq hehehehe …….
    Pringsip ms oedi top banget …. saya do’akan ms OEDI tambah sukses dan maju dalam segala hal …. ^_*

      oedi responded:
      Mei 24, 2012 pukul 8:35 am

      Okey.. sama2 mbak Nurma, makasih atas doanya, begitu pun saya harapkan untukmu… 🙂
      Yup, benar-benar sudah saatnya kita semua untuk kembali ke jati diri kita sendiri yang jelas sebagai sebuah bangsa yang besar dan pernah memimpin dunia (baca: https://oediku.wordpress.com/2011/11/15/bukti-nusantara-pusat-peradaban-dunia/). Karena yakinlah bahwa itu akan membawa pada kesejahteraan dan kemuliaan. Dan saya pun yakin bahwa itu tidak akan lama lagi terjadi, karena tanda-tandanya sudah tampak jelas sekarang di negeri ini.
      Masalah ke Lombok, saya sudah ada rencana mau kesana sekalian mendaki gunung Rinjani, kebetulan punya temen yg juga senang mendaki gunung dan dia asli dari Lombok Barat. Kalau jadi, insyaAllah bulan juni nanti kami akan kesana, dan kalau emang mbaknya berkenan, bisa saja kami singgah di tempatnya.. tolong kasih alamatnya aja deh kalau gitu… hehe… 🙂
      Tetap SEMANGAT!!

    Sam Neutron said:
    Mei 26, 2012 pukul 5:17 am

    Makasih Info Tentang Lomboknya…!!! Saya Merasa Sangat Puas… Tapi Ada Beberapa Bagian Yang Membuat Saya Bingung Karna Berbeda Dengan Buku Yang Pernah Saya Baca “Arya Banjar Getas”

    Sekali Lagi Makasih Mas Bro…

      oedi responded:
      Mei 26, 2012 pukul 5:37 am

      Okey bro.. terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmmm… mungkin yg membingungkan itu karena kedua tulisan yang sudah Anda baca melihatnya dari sudut pandang yang berbeda..

    rudy said:
    Mei 30, 2012 pukul 11:22 am

    Mantaaaappp,,,,,,klo bsa tulis secara rinci sjarahx,,,,asal mula ampenan..batu layar,,loang balok,,,,dan asal mula nama” desa,,,seperti babakan,,kr siluman dsb.

      oedi responded:
      Juni 1, 2012 pukul 2:14 am

      Iya… terimakasih atas kunjungan, dukungan dan masukannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Silahkan di tunggu aja perkembangan informasinya, semoga dalam waktu dekat saya bisa menambahkan materi dan data2 di dalam tulisan ini… bahkan dengan ini saya pun mengharap bantuan dari para pembaca sekalian untuk sudi berbagi informasi tentang tanah Lombok ini, agar semakin lengkap… 🙂

    Baiq Hilda Astriana said:
    Juni 5, 2012 pukul 4:00 pm

    Mantap!!! sangat bermanfaat! jd tau asal mula leluhur sya..Trima kasih bnyak ya… 🙂

      oedi responded:
      Juni 5, 2012 pukul 4:49 pm

      Okey.. terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Syukurlah bila tulisan ini bisa membantu, karena memang itulah yang menjadi harapan di muatnya tulisan ini… 😀

    nnk said:
    Juni 7, 2012 pukul 4:39 am

    suku sasak kyk pnya misteri ya,,,
    saya sendiri dlu waktu kecil sering mendengar cerita kalau kami sebenarnya keturunan salah satu raja d lombok tp ceritanya cuma sampai di situ,,, tidak d jelaskan knp kami melepas gelar. sambil lalu mereka cuma bilang,,, “malu jaman sekarang pakai gelar”
    cerita mereka bukan karangan saja karena sudah beberapa kali kami memperoleh keistimewaan karena asal usul kami,,, masih misteri,,,
    skrng itu cuma seperti dongeng,,, orang tua-orang tua yang mengerti sejarah kami satu persatu meninggal dunia.
    saking penasarannya ,,, adik saya sampai terobsesi ingin kembali ke masa lalu hehe,,,

      oedi responded:
      Juni 16, 2012 pukul 1:27 am

      Hmm.. kalau menurut saya, kenapa mereka tidak mau lagi memakai gelar karena di kaitkan dengan perilaku, prestasi dan kemampuan diri yang sudah jauh bergeser dari orang-orang terdahulu di zaman kerajaan. Sehingga mereka pun merasa sudah tidak layak lagi menyandang gelar dan malu rasanya kepada leluhur.
      Kalau boleh memberi saran, menurut saya coba perlahan Anda gali lagi susur galur (garis silsilah) keluarga Anda, katakan ini demi mengingat masa lalu dan agar Anda dan adik2 Anda tidak lupa tentang jati diri sendiri sebagai orang Sasak. Ini penting loh… karena akan bermanfaat tidak lama lagi… 🙂
      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

      dian said:
      Agustus 26, 2014 pukul 6:00 am

      betul sekali mbak atau pak nnk, banyak sekali orang dilombok itu yang keturunan raja langsung tapi dikeluarganya atau nama keluarga tidak ditaruh nama gelarnya, terutama gelar raden yang memang keturunan dari para raja dan patih raja2 dilombok..tapi bisa kita lihat dari cara mereka bersikap dimasarakat, pengaruhnya, atau pengakuan masarakat dan atau pendidikan yang bisa mencerminkan orang itu dari mana, saya pernah mendengar kata2 dari para keluarga keturunan raja it, mereka tidak mencantumkan sama sekali gelar raden dinama keluarganya “malu jaman sekarang pakai gelar” , tapi mereka punya silsilah keturunan darimana papuk balok buyutnya yang tersimpan dikeluarganya, seperti didaerah desa kesik itu saya dapat cerita seperti itu, kalau di desa kotaraja masih melekat disetiap keluaraga untuk gelar raden seperti itu,bagus sih untuk melestarikan budaya bangsa biar kita mengetahui sejarah, itulah yang kita dengar dari mereka..kalau boleh tau mbak/pak nnk ini tinggal dimana dilombok?

    Arya Purbaya said:
    Juni 17, 2012 pukul 9:26 am

    Waduh kok Sejarah yg anda hadirkan kurang Fair..
    anda mengatakan Jawa.. jawa.. jawa.. saja..
    Anda orang Jawa ya??
    Sejarah Lombok dari Sumatera tidak ada satupun kata Sumatera Kau sebut,,,
    Memble kau ini..

    Nih aku tambahin Sejarahnya biar Fair..
    dan Boleh di teliti ke tempat asalnya.. ya..
    Maaf, ini sy agk keras..
    tp demi Keterbukaan Sejarah..

    Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mempunyai catatan sejarah tersendiri. Seperti halnya Sejarah Kesultanan Lombok, Sejarah Kesultanan Sumbawa, dan Sejarah Kesultanan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas kerajaan atau kesultanan. Kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua khususnya di Indonesia Bagian Timur. Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil penelitiannya menyimpulkan Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan yang paling tua di wilayah timur Indonesia.

    Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “Ncuhi” atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu). Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.

    Menurut cerita rakyat dompu di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu.

      oedi responded:
      Juni 17, 2012 pukul 3:03 pm

      No coment…

      DhaarVatti said:
      Agustus 19, 2012 pukul 11:57 am

      mas arya…, mas oedi itu mengungkap sejarah Lombok bukan NTB apalagi Dompu….

    muksinwahyudi said:
    Juni 26, 2012 pukul 3:29 pm

    Astagee ye aran asal usul toker goner keletok kelatek..tampi asih bae aneh meno jak lalu..

      oedi responded:
      Juni 27, 2012 pukul 2:38 am

      Enggeh… tampi asih ndah semeton.. tiang berharep tulisan niki bau bermanfaat leq ite pade, ttp SEMANGAT!!
      Laguq maap, tiang niki ndek ne dengan Lombok, tiang dengan Jambi semeton.. 🙂

        nanda dwi said:
        Agustus 6, 2013 pukul 6:18 pm

        Lagu brembe dengan jambi tao kadung bahasa sasak, tapi kalau boleh komentar semuanya cerita diatas 50 persen kelengkapannya akan tetapi abang mungkin tidak pernah berkunjung ke daerah jerowaru di sana banyak terdapat sejarawan, termasuk saya punya buku sejarah lombok dar lontar dan bahasanya dari kejawaan, saya sebagai orang lombok berterimakasih telah di upload, untuk tempat wisata saya sarankan untuk berkunjung kedaerah ekas, kalimantan, sampai tanjung ringgit, disana banyak peninggalan belanda n jepang, kemudian untuk peninggalan raja lombok bisa di lihat di jerowaru ada namanya balik belik, disana banyak peninggalan kerajaan di lombok

        oedi responded:
        Agustus 9, 2013 pukul 12:07 pm

        Terimakasih atas kunjungan dan informasinya, semoga dalam waktu dekat saya bisa main kesana…. rencananya sih sekalian mau naik Rinjani.. 🙂

        dodol said:
        Agustus 26, 2014 pukul 5:46 am

        mbak nanda, orang lombok itu banyak akulturasinya, terutama saat expansi kerajaan hindu jaman majapahit dan saat penyebaran agama islam oleh para patih2 dari kerajaan demak, para raden2 dari kerajaan tersebutlah yang membawa kebudayaan hindu dan islam (majapahit dan demak atau kerajaan lain di pulau jawa, sehingga sanngat kental bahasa sasak banyak persamaan dengan bahasa jawa bahkan banyak peninggalan sejarah ditulis dalam bahasa kejawen seperti itulah

    Sultan amen Rengganis said:
    Juli 17, 2012 pukul 9:09 am

    Kalu menurutku, ada beberapa yg di tulis oleh sdra Oedi, ada benarx, dan ada juga yg masih kurang tepat, betul apa yg tulis oleh sdra sapta tadi, klu mau lebih runut dan lebih lengkap ttg sejarah Lombok, harus di lihat beberapa peninggalan atau prasasti. Coba, sdra Oedi, Lihat dua masjid Kuno yang di Rembitan Pujut dg yang di Bayan, di kedua masjid itu, ada tiang yg di buat dari Hati pohon Pisang (Galih Puntik) terus Kayu Beduknya dari Pohon sanggar Guri. Klu kita lihat pohon sanggar guri saat ini, gemana besarnya.

      oedi responded:
      Juli 17, 2012 pukul 11:09 am

      Okey. terimakasih atas informasinya.. 🙂

    Sultan amen Rengganis said:
    Juli 17, 2012 pukul 9:22 am

    yang sdra oedi tuliskan ttg desa, pada saat itu blm ada struktur pemerintahan ttg Desa. jdi itu krajaan, Kerajaan Kedaro, Sile Dendeng, dan lain sebagainya. Biar tambah mantap tulisan sejarah yg sdra tulis, anda, bisa mencari para sesepuh Sasak. dan klu menulis sejarah Lombok jangan di biaskan ke daerah2 lain. biar tdk ada org yg merasa tersinggung dg tulisan sdra.

      oedi responded:
      Juli 17, 2012 pukul 11:08 am

      Okey.. terimakasih atas komentarnya… 🙂

    myla said:
    Juli 25, 2012 pukul 9:05 am

    sbnernya sy punya PR ttg pulau Lombok yang dijuluki “segitiga emas” dan juga “jawa minor” …
    pha sih mksd julukan tersbut ?? sampe skrg , sy blm nemu’in arti jlukan thu ,, huuuuhhhh …

    arhami said:
    Agustus 3, 2012 pukul 5:04 pm

    mantap ni cerita
    cri tau lagi donk
    biar orang lombok orang luar lombok tau jga asal muasal lombok

    titisan baloq tong said:
    Agustus 6, 2012 pukul 9:43 pm

    saya masih ada darah kerajaan di jogja tpi tinggal di lombok
    nama leluhur sya orng sering nyebut “baloq tong” yg menjadi kaki tangan anak agung sekaligus yg membunuh anak agung leluhur sy membunuh karna anak agung sering memakan daging manusia.. bukti bukti sejarah itu ada dan masih disimpan di rumah tua milik leluhur sy tersebut semua benda pusaka masih tersimpan rapi dari keris kapak tameng tombak yg dijuluki tulup tombak itu masih sangat ditakuti di kampung sy karna masih berfungsi dan memiliki kekuatan gaip.sy menulis ini tidak mengarang ngarang karna bukti perkataan sy ini masih disimpan rapi,, maka dari itu sy berani ngomong,

      Raden bore said:
      Maret 30, 2013 pukul 3:38 pm

      Assalaamualaikum
      embe taok side semeton. Aku ekan narmade . Lamun ne tetu balok tong matek anak agung no melengku jak ziarah jok makamne, jakku beterimakasiih tipak balok tong, lamun de berkenan jawab niki . Tiang anteh lek fb tiang. Raden bore

    lee said:
    September 6, 2012 pukul 4:38 am

    bagaimana dengan sejarah desa KOTARAJA kec. Sikur, kenapa disebut KOTARAJA, apakah dulunya ada sebuah kerajaan?

      Madani said:
      Maret 14, 2015 pukul 2:09 am

      anak agung pernah tinggal di kotaraja

    yat said:
    September 12, 2012 pukul 5:02 pm

    ye lalukn iku. arak jari pengajah sekedik, tentang gumi paer siniah. mulen meres

      oedi responded:
      September 20, 2012 pukul 2:38 pm

      Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bisa bermanfaat.. 🙂

      spotaker blank said:
      November 3, 2012 pukul 6:35 am

      nggeh kenaq’n nike meton… yang penting bisa menambah wawasan, semua ada di hati…
      \m/ 🙂 \m/

    Zaen Fatamorgana said:
    September 14, 2012 pukul 12:22 am

    terima kasih banyak mas atas informasinya, semoga Allah membalas kebaikan Mas..

      oedi responded:
      September 20, 2012 pukul 7:30 am

      Iya sama2, terimakasih juga atas kunjungan, dukungan dan doanya, semoga bisa mendatangkan manfaat untuk kita semua.. 🙂

    Riri said:
    September 15, 2012 pukul 9:08 am

    Keramat Batulayar tdk kalh menariknya..

      oedi responded:
      September 20, 2012 pukul 7:30 am

      Oh ya?
      Hmm.. jika berkenan, sudilah membagi informasinya.. 🙂
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

      tamrin rien said:
      Januari 15, 2013 pukul 3:19 am

      mkin gak bs ngalahin keramatnya gunung renjani

    Alan gpg said:
    September 18, 2012 pukul 6:34 am

    Oh gtu yach tntng lombok,ak bae sak dngan lombok,dek taon ceriten daet sejarah,,hehehehehe lileq isiqn,,hehehe

      oedi responded:
      September 20, 2012 pukul 7:34 am

      Ya sedikitnya begitulah tentang Lombok, masih banyak kekurangan di dalam tulisan ini, untuk itu sudilah kiranya bagi yang memiliki pengetahuan lebih tentang sejarah Lombok – dengan data yang valid, untuk berbagi…
      Okey, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    lalu kariawan said:
    Oktober 9, 2012 pukul 3:17 am

    ow yea mas’ mohon di ulas kembali sejarah tentang islam masuk ke lombok yaitu di daerah bayan.(desa bayan petung jelasnya).dengan kelompok pedagang yang daribagdad yang di bawa pimpinan syih abdul razak (singketnya) sampai pada pembuatan masjid bayan .trus atas kemunculan kerajaan selaparang di lotim .hingga anak kerajaan selaparan yang sekarang di desa kembang kerang kec lotim….trus ke anak ..raja selaparan …dan keturunan nya mash belum lengkap..mas..insaallah untuk kelengkapan sejarah tetang pulau lombok dan masuk nya islam nanti saya bantu nyari untuk kelengkapannya.

      oedi responded:
      Oktober 10, 2012 pukul 3:32 pm

      Okey.. dengan senang hati saya menyambut maksud baik Anda, di tunggu deh data dan informasinya..
      Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan bantuanya… 🙂

    anol said:
    Oktober 16, 2012 pukul 7:05 am

    saya salut dengan tulisan mas, tp kenapa tidak mencoba menelusuri lebih jauh dari mana asal muasal kata Lalu dan Baiq dalam penamaan orang lombok. sukses selau..buat mas oedi

      Raden bore said:
      April 1, 2013 pukul 3:23 pm

      Pemberian gelar lalu untu laki dan baik untuk perempuan ada dua persi. 1 gelar di berikan untuk abdi istana selaik keluarga raja. 2 gelar tersebut sering di pakai untuk mengukuhkan petugas daerah jajahan walau sttus petugas tersebut bukan keturunan abdi kerajaan. Namun yang patut di garis bawahi adalah gelar kebangsawanan akan mengikat seseorang agar selalu menjadi contoh baik . Ingat sebaik baik gelar adalah taqwa

    zul said:
    Oktober 16, 2012 pukul 3:07 pm

    Saya berminat utk mengetahui sejarah Moyang saya yang berasal dari Lombok,apa yang sya dapt tahu dia dari keluarga Pejanggik datang ke tanah Melayu dan mendarat di Benut Johor.setelah kapalnya karam.Alhamdulillah kami maseh berhubung dengan keluarga disana.
    kedatangannya ke johor pada akhir abad ke 18.kerana di buru Belanda
    Saya berminat utk mengetahui sejarah datuknenek moyangnya,

    Panseck kelambiyusup said:
    Oktober 29, 2012 pukul 5:11 am

    Sebenarny masih 90% cerita ini yg mengandung kebenaran yg asli ..
    Menurut kitab yg ada dan yg aku pelajari jauh beda asal usul/sarsilah lombok
    sebenarxa lombok in ber dasar dari 3 pangeran yg ber asal dari bagdat ,,,,
    tapi kurang lebih dri kisah in
    memang ad miripxa ,,
    sebelum lombok berdiri..
    Sudah di tuli dalam (guritan anak gagak potek) dan itu lah asli asal.
    Usul lombok/sasak
    (Dan sudah ter tulis dalam guritan anak gagak) kurang lebih aku minta ma,af tunaszz apure gih ,,,
    karna ini kisah tak betol,,, kau ter jemah kan ,,,,,,,

    Eksan said:
    Oktober 30, 2012 pukul 6:49 pm

    Informasi yang menarik, memang alangkah lebih baik sumber tulisan tidak hanya didapat dari internet saja, karena sejarah realnya masih banyak yang belum digali, dikompilasi dan dirunut dari sumber2 lontar di semua area di lombok yang kita sendiri harus cari tahu yang memang diperlukan tekad kuat dan support dari semua pihak, terutama oleh ahli sejarah pemerintah (jika ada). atau mungkin bisa dimulai dari Universitasnya..atau minimal pemuda lombok buat semacam “Club Pencari Fakta Sejarah Lombok” dulu untuk kemudian di support oleh semua element pemerintah dan masyarakatnya baru bergerak hunting..who knows…

    feshotz said:
    Oktober 31, 2012 pukul 7:28 pm

    sedikitx sya udah tau sekarang tentang lombok

    SUPARLAN said:
    November 9, 2012 pukul 1:31 pm

    Sejarah Lombok memang seharusnya di publikasikan sehingga bisa kita pelajari dan selanjutnya bisa kita informasikan ke orang lain dengan informasi yang seragam.

      DEMUNG said:
      November 11, 2012 pukul 11:28 pm

      Harap maaf sekiranya komen ini menguris hati orang orang lombok.Sebenarnya kalau bercerita tentang Lombok,kebanyakan orang di Malaysia membuat andaian bahawakesemua penduduk Lombok orang yang tidak bertamadun dan tidak menghormati orang lain dan serta undang undang negara jiran.Warga lombok yang menumpang mencari rezeki di sini tidak ikhlas sedangkan warga lombok ni sangat kuat berpegang pada hukum agama.dari segi ekonomi pulau lombok telah rugi dari sektor pelancungan,kerana ramai pelancung Malaysia sebenarnya mengintai destinasi yang baru dI Pulau pulau di Indonesia.Saya rasa Pulau Lombok dapat memenohi citarasa orang Malaysia untuk melancung sebagai altenatif Pulau Bali yang mana penganut Hindu dan makanan tidak Halal.
      Ingin tahu mengapa penduduk Lombok sanggup bawa lari anak gadis seagama tanpa izin kedua orang tuanya,ini sangat melukakn hati mereka

      oedi responded:
      November 15, 2012 pukul 11:38 am

      Betul sekali itu, memang seharusnya setiap sejarah kehidupan bangsa atau suku yang ada di Indonesia ini di publikasikan, agar semakin banyak generasi muda yang sadar dan bangga dengan dirinya sendiri… bukan malah sejarah bangsa lain (Yunani, Romawi, China, dll) yang bahkan terdapat di dalam kurikulum sekolah….
      Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Gina said:
    November 21, 2012 pukul 1:02 pm

    mas uda baca buku yang judulnya “gumi sasak dalam sejarah” ?
    Itu buku pelajaran sejarah Lombok pas SMA 🙂
    Ini link downloadnya http://www.findtoyou.co.id/document/get/hsId666D/gumi-sasak-dalam-sejarahx-4shared-online-file.html
    (siapa tau belum baca gitu lo mas, tapi kalo uda ya alhamdulillah)
    Tulisan yang menarik, panjang buanget, tapi akhirnya saya selesai juga membacanya…

      tamrin rien said:
      Januari 15, 2013 pukul 3:16 am

      cerita cikal bakal sejarah dn berdirinya lombok tidak bisa di karang2 kyak gtu, kalo pingin tau sejarh aslinya dri awal sampe akhir mri qt cri tetua adt yang punya babad lombok yg terbuat dri daun lontar dan kulit kayu! klo yg berminat petualngan ne alamt fbku. cri tamrin rien
      gina : untuk gumi sasak dalam sejarah tu kurang lengkap

    Anak Indonesia said:
    November 21, 2012 pukul 2:38 pm

    Sejarah-sejarah kerajaan di Indonesia saling berkaitan karena selain faktor geografis juga adanya ekspansi kerajaan yang pernah besar di Indonesia seperti Majapahit, Sriwijaya, Mataram dsb, juga adanya tradisi merantau yang dilakukan kaum pria saat itu untuk menuntut ilmu, mencari pengalaman, dan menunjukkan bahwa dirinya sudah dewasa. Saya kagum dengan saudara Oedi yang berusaha menggali sejarah suatu etnis… berusaha terus kalau perlu cari tulisan dari china karena pengembara2 china jaman dahulu sering mendokumentasikan setiap tempat yang pernah dikunjunginya dalam bentuk tulisan2 yang tersebar luas di berbagai museum di luar negeri. Keep spirit… (oya tampilannya bisa dibuat lebih terang lagi nggak, biar lebih mudah bacanya).

    armstrong indonesia said:
    November 30, 2012 pukul 6:29 am

    sengkil itu wow wow itu sengkil jadi jok

    security services said:
    November 30, 2012 pukul 6:36 am

    kerajaan

    jantung koroner said:
    November 30, 2012 pukul 6:54 am

    sunguh bagus indonesia punya kerajaan ny

    rumah dijual di jakarta selatan said:
    November 30, 2012 pukul 6:59 am

    kerajaan yang mempunyai banyak sejarah

    […] Baca Selanjutnya.. […]

    panji sasak said:
    Desember 22, 2012 pukul 8:25 am

    syukur ada yang peduli sama sasak,karna banyak kami(putra putri sasak)yang tidak tau sejarah sasak,thanks mas Do.

    sasak lebung said:
    Desember 28, 2012 pukul 11:40 am

    aku bangga jadi anak sasak stlah baca tulisan ini,, thanks,,,

    al-khair said:
    Januari 5, 2013 pukul 2:48 pm

    maaf …mengenai kekalahan kerajaan gowa terhadap belanda dgn adanya perjanjian bungaya..mengenai letak bungaya pd tulisan terletak di pusat kota gel-gel kerajaan klungkung..apa bener itu krn perjanjian bungaya berlangsung di makassar dekat benteng sombaopu…tolong penjelasannya…trims

    hamzanwadi said:
    Januari 5, 2013 pukul 5:22 pm

    makasih atas info tentang sejarah lomboknya kang…….!

    anak pulau said:
    Januari 24, 2013 pukul 4:31 am

    matur tampi asih sudah kasi info tentang lombok

    ahu alfin said:
    Februari 4, 2013 pukul 4:30 am

    petlu kesempurnaannya dengan mengacu ke kata kunci seribu mesjid dan
    daerah pesantren. trims

    american idol results said:
    Februari 9, 2013 pukul 8:11 am

    I do not even know how I ended up here, but I thought this post was good.
    I don’t know who you are but certainly you’re going to a famous blogger if you aren’t already 😉 Cheers!

    Dewi said:
    Februari 23, 2013 pukul 12:07 pm

    Pasir di pantai senggigi itu hitam bukan putih kecuali di gili baru putih….

    Huma said:
    Februari 26, 2013 pukul 12:54 pm

    Saya benar2 malu jd org sasak….. kok malah org luar lombok yg lebih semangat ingin tau sejarah sasak lombok

      oedi responded:
      Februari 26, 2013 pukul 1:51 pm

      Hmm.. untuk itu ayo bareng-bareng dari sekarang kita mencintai bangsa sendiri… masak malah mencintai kebudayaan asing (korea, jepang, india, dll)… padahal korea misalnya, mereka bisa dikenal luarbiasa di dunia sekarang lantaran mereka sangat fanatik dengan budaya mereka sendiri….
      Okey.. makasih atas kunjungan dan dukungannya.. semoga bermanfaat… 🙂

    Evan Hikmah Munfarih said:
    Maret 4, 2013 pukul 7:51 am

    rasa penasaran saya tentang Lombok saat ini sudah terjawab, big thanks buat Bang Oedy atas informasi.y,,, awal maret kemarin wilayah Lombok sudah saya jajaki setiap kabupaten dan ada kesamaan nama wilayah dengan informasi yang di sampaikan di sejarah yang di sampaikan Bang Oedy tadi seperti, Ampenan, Bayan, Selaparang,,dll.

      oedi responded:
      Maret 12, 2013 pukul 12:19 pm

      Subhanallah.. syukurlah bila tulisan ini bisa bermanfaat… senang mendengarnya.. 🙂
      Hmmm… beruntunglah bisa menjelajahi Lombok, udah sampai ke Gunung Rinjani belum? disana panoramanya sangat indah loh..
      Okey sama2.. terimakasih juga karena sudah berkunjung di tulisan ini.. tetap semangat… 🙂

        sunardi said:
        November 18, 2013 pukul 8:20 am

        waduuhh,,, luarbiasa, aku jadi kagum dan senag mmbaca nya, kebetulan aku suka mebaca,tentang sejarah pulau lombok,,biar pun aku dari lombok, aku tidak tau sejarah nya,,trimakasih,anda tlah menceritakan tentang sejarah lombok, kalo boleh bisa gak diceritakan tentang sejarah di lombok selatan,,aku blum tau sejarah nya di bagian selong belanak,,

        oedi responded:
        November 18, 2013 pukul 7:58 pm

        Syukurlah jika demikian, senang rasanya bisa berbagi informasi.. terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat…. 🙂
        Hmm.. mohon maaf, untuk daerah Lombok Selatan dan khususnya di wilayah Selong Belanak, saya belum bisa menceritakan sejarahnya, karena memang saya tidak memiliki data2 dan informasi yang cukup untuk itu.. makhlumlah saya ini bukan orang Lombok dan bukan pula ahli sejarah.. disini saya hanya senang dengan sejarah, karena darinya kita banyak belajar dan tetap bisa menjaga jati diri bangsa kita yang sebenarnya, dan tentunya akan tetap bangga akan hal itu…
        Tapi nanti, jika saya sudah mendapatkan cukup data dan informasi, insya Allah akan segera saya upload di blog ini… semoga.

    Taufik said:
    Maret 4, 2013 pukul 9:08 am

    walaupun kelahiran saya di malaysia dan kuliah di sini .
    lombok tetap dalam ingatan , kerana ayah saya berasal daripada lombok .
    sememangnya saya bangga sebab lombok itu indah .
    mempunyai byk keistimewaan , tak seperti di negara lain .
    btw , thanks oedi for the story . can i copy this for my reference .

      oedi responded:
      Maret 12, 2013 pukul 12:16 pm

      Oke sama2..
      Oh silahkan saja, tapi tolong disertakan sumbernya… semoga tulisan ini bisa bermanfaat.. 🙂

    IZZAN LALU PAGAH PRAYE said:
    Maret 4, 2013 pukul 11:58 pm

    MATUR TAMPIASIH…SAUDARAKU DARI JAMBI

      oedi responded:
      Maret 12, 2013 pukul 12:14 pm

      Iya sama2… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya.. semoga bermanfaat.. 🙂

    IZZAN LALU PAGAH PRAYE said:
    Maret 5, 2013 pukul 12:08 am

    CERITANYA CUKUP MENJAWAB PERTANYAANKU… UNTUK GELAR LALU DAN BAIQ REFERENSI YANG PALING TEPAT DAN BISA DIPERCAYA DARI ASAL MUASALNYA SBB..Untuk mengurangi resistensi, oleh VOC saat itu, diambillah tokoh-tokoh kunci di masyarakat Sasak untuk terlibat langsung dalam penjajahan. Terutama tetua adat, mereka diberikan hak atas pengelolaan tanah. dari sinilah kemudian muncul istilah Raden. Raden diartikan sebagai tetua-tertua adat yang memiliki tanah. keturunan raden inilah yang kemudian membentuk istilah Baik, Lalu, lale buat anak-ananknya.

    Atriie Imuet said:
    Maret 9, 2013 pukul 10:22 am

    mas marga2 orang lomboknya mn????

      oedi responded:
      Maret 12, 2013 pukul 12:02 pm

      Wah maap.. saya tidak menggali sampai sejauh itu… mungkin lain kali…

    MAP said:
    Maret 18, 2013 pukul 5:15 am

    kalau bendera kerajaan lombok seperti apa ya? saya sedang studi negara-negara di lingkungan Indonesia. trima kasih.

    Raden bore said:
    Maret 30, 2013 pukul 3:59 pm

    Mengenai piagam yang menjadi bukti seseoarang keturunan bangsawan itu memeng ada. Kami punya dan masih tersimpan hingga sekarang. Keluarga kerajaan selaparang tidak semuanya mati pada saat penghianatan banjar getas. Keluarga kerajaan masih Sampai sekarang . Berdasarkan piagam yang kami miliki kami yakin kami adalah keturunan raja selaparang. Sebab kami menanggalkan gelar karna dua alasan 1 demi keamanan , karna pada masa itu semua keluarga raja di buru untuk di bunuh. 2 gelar bangsawan tidak menjamin masuk surga karna yang mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

      zul said:
      April 1, 2013 pukul 12:26 am

      assalamualaikum,saya di lahirkan di Johor tapi moyang sya anak jati Lombok.Ingin tahu ada tak meyimpan informasi ttg leluhur pejanggik./selaparang

    SUBHAN said:
    Maret 31, 2013 pukul 2:06 pm

    Tulisan Yang Bagus…… Dalam tulisan Mas Oedi “Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok”…..
    kalimat diatas membuat hati saya bertanya “bagaimana Islam terus berkembang baik di tanah Sunda Kecil ini jika Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal sejak tahun itu????
    sedangkan menurut tulisan diatas pengaruh islam berkembang pada kerajaan selaparang periode islam pada tahun 1520 M.

    anank said:
    April 1, 2013 pukul 10:22 am

    Assalamualaikum wr, wb, bang oedi tiang (saya) matur tampiasih (terima kasih) atas tulisannya mengenai sejarah Lombok, ini menjadi salah satu bukti bahwasanya tanah air tercinta kita ini amat sangat kaya mulai dari pesona alam hingga budaya yg patut kita syukuri, cintai, dan tentunya kita jaga. Sya sendiri org Lombok sangat terkesan mengenai tulisan bang oedi ini karena masih ada anak bangsa yang mencintai sejarah bangsanya, apalagi bang oedi bukan orang Lombok ini merupakan bukti bahwa Indonesia ini bangsa yg besar berbhineka tuggal ika. Memang sejarah Pulau Lombok ini sangat misterius dan memerlukan beberapa pakar yg ahli dalam sejarah untuk mengungkap asal muasal masyarakat Lombok, ini dikarenakan banyak bukti-bukti sejarah telah di bumi hanguskan oleh kolonial Belanda demi kepentingan mereka untuk mengadu domba dan menjajah bangsa ini. Namun sampai saat ini masih ada sisa peninggalan benda-benda Pusaka yang masih tersimpan secara rapi dan disembunyikan oleh para sesepuh (orang tua) dan kenapa di sembunyikan saya pun tidak mengetahuinya mengapa alasannya secara pasti. Namun mereka akan memegang teguh kepercayaan bahwasanya itu disimpan dan dijaga demi kemaslahatan bersama, mungkin hanya orang-orang yang tertentu dengan tingkat spritual mumpuni yang patut mengetahui dan menjaganya. Dari benda-benda Pusaka ini tentunya dapat memberi informasi lebih tentang sejarah Lombok salah satu contohnya Lombok Utara ada sahabat saya yg mengatakan pernah melihat bahwasanya disana terdapat Keris yg panjangnya -+ 1,5 meter yg tersimpan oleh sesepuh di sana, kemudian Gong yang ada di Bayan Beleq yg dipercayai apabila gong tersebut berbunyi sendiri maka akan ada kejadian besar yg menimpa di Lombok, dan tentunya banyak lagi peninggalan di daerah-daerah lain di Lombok. Itu semua hanya sebagian kecil dari keunikan dan keragaman bangsa kita, dan sekarang kita sebagai generasi muda dan penerus bangsa tentunya harus bersama-sama menjaga dan mempertahankan itu semua sebagai bukti kepada Dunia bahwa Indonesia itu bangsa yang memiliki jati diri. Mengutip kata-kata bung Karno proklamator Indonesia “bangsa yang besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya” dan juga salah satu musisi dunia Bob Marley “know your history nor yaour destiny” semoga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari sejarah lampau bangsa ini dan mari kita berbenah demi menatap masa depan yang indah bersatulah bangsaku apapun siapapun darimanapun kita berasal kita tetap satu Indonesia terima kasih dan wassalam.

      oedi responded:
      April 6, 2013 pukul 11:56 am

      Wa`alaikumsalam…
      Terimakasih juga untuk mas Anank atas kunjungan dan dukungannya di tulisan ini, semoga bisa memberikan manfaat… 🙂
      Hmm.. Sebagai anak bangsa saya hanya bisa berusaha, kalau pun tulisan ini banyak kekurangannya, maka mohon di maklumi lantaran saya bukanlah ahli sejarah yang udah ubanan (profesor)… justru saya berharap bahwa akan banyak lagi generasi muda lainnya yg mau menulis dan menggali sejarah bangsa kita sendiri lalu mempublikasikannya… agar semakin bangga kita sebagai generasi yg telah mewarisi peradaban leluhur di masa silam, masa-masa kejayaan Nusantara tempo dulu..
      Semoga Nusantara bangkit lagi.. 🙂

        ade arta said:
        April 17, 2013 pukul 6:29 am

        terima kasih atas penjelasan mengenai sejarah sasak namun kami blm berani arti kebenaran semua yg anda tuliskan, untuk itu kami menyarankan agar mencari bukti bukti yg lebih odentik dengan arti yg sebenarnya mengenaik sejarah lombok itu ….? terima kasih

    ade arta said:
    April 17, 2013 pukul 6:34 am

    dalam sejarah di katakan bahwa peperangan itu semua di menangkan oleh kerajaan yg ada di lombok bukan di menangkan oleh kerajaan karang asem, namun tipu daya belanda yg mengadu domba agar semua yg ada di gumi sassak tersebut terpecah belah, ini terbukti pada saat itu semua malah bersatu padu menyerang belanda posisinya di pantai ampenan. itu yg kami ketahui terimakasih…?

    ade arta said:
    April 17, 2013 pukul 6:40 am

    Khusus……../// kerajaan selaparang kehancurannya yg kami ketahui bukan di serang oleh kerajaan karang asem, namun mungkin kerjaan itu belum ada pada saat itu yg kami ketahui ceritanya bahwa kerjaan tersebut belum ada bukti bahwa ada kerjaan selaparang namun di katagorikan sebagai desa kecil ( padukuhan ) kalau memang ada mohon para peneliti agar mencari di mana kerajaan tiu berada ( posisinya ). terimakasih

    ade arta said:
    April 17, 2013 pukul 6:47 am

    sejarah lombok merupakan sejarah yg belum jelas kebenarnya , maka itu mohon kepada para peneliti agar terus mengali dan mengali untuk mencari kebenarnya…….tanks…

    yankes-man said:
    April 23, 2013 pukul 4:16 am

    Belajar sejara, ambil yg terbaik intuk dijadikan modal dan semangat . Semoga bermsanfaat untuk semua amin

    tommysultan said:
    Mei 11, 2013 pukul 4:58 pm

    tulisn mas oedi ada benrx dan msh bnyk kurngx,,, sejarah asal usul lombok smpe sekrng msh banyk perbedaan pendapat,, dri sekian banyk artikel yg sy bca orang lombok berasal dri jawa dn bali,, apa itu benar,,,,??? dan tulisan mas oedi: “Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim” sy msh meragukn kebenarnx coz tdk sesuai dengn apa yg sy dengar dri orang sasak asli yg sering membaca lontar….

    Pesona wisata Lombok | eriza nugrahvianti said:
    Mei 27, 2013 pukul 12:34 pm

    […] “Lombok” dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children). (https://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/) […]

    bagus said:
    Mei 30, 2013 pukul 3:04 pm

    @pande : hati2 kl bicara, orang bali n sasak itu saudara….
    Satu garis keturunan….camkan ya….

    lutfi said:
    Juni 12, 2013 pukul 2:15 pm

    nama” daerah di lombok, seperti kediri, kahuripan, mataram, dll, di krnakan dulu org” jawa majapahit dtg ke lombok dalam rangka perluasan kekuasaan, serta menaruh pasukanx di lombok.. maka utk mengingat tempat asal mreka, di berikanlah nama yg sama dengan yang ada di daerah majapahit , jawa timur

    andry sajalah said:
    Agustus 26, 2013 pukul 8:10 am

    mas gunung rinjani tertinggi ke 2 bukan ke tiga…

      oedi responded:
      Agustus 28, 2013 pukul 12:50 pm

      Kalau untuk puncak tertinggi di Indonesia, Rinjani menduduki peringkat ketiga setelah Carstensz Pyramid (Puncak Jaya) dan Kerinci. Tapi kalau untuk gunung, emang Rinjani menduduki peringkat kedua setelah gunung Kerinci.

    pickey wawiwo said:
    September 28, 2013 pukul 4:19 am

    udahhhhh…….lombok milik kita bersama

    sabardi said:
    November 5, 2013 pukul 2:56 pm

    yang jelas tulisan tersebut tak ada sumbernya, jadi prosa biasa

    sabardi said:
    November 5, 2013 pukul 3:02 pm

    yang jelas tulisan sejarah tersebut tidak ada sumbernya

    The History of Lombok | Life as A Sasak said:
    November 11, 2013 pukul 4:28 am

    […] Reference :   http://unram.academia.edu/AliefeJee […]

    aliefejee said:
    November 11, 2013 pukul 4:33 am

    Mas, Izin Repost ya

      oedi responded:
      November 11, 2013 pukul 5:59 am

      Okey silahkan saya, tapi tolong tetap disertakan sumbernya ya… semoga bermanfaat.. 🙂

        aliefejee said:
        November 11, 2013 pukul 6:53 am

        Siap…
        Sy translate ke Inggris ya!
        😀

        oedi responded:
        November 11, 2013 pukul 7:30 pm

        Wey.. yang benar mas? wah silahkan saja.. dengan senang hati saya ucapkan terimakasih untuk itu.. semoga dimudahkan… SEMANGAT 🙂

    amien gaweq said:
    November 27, 2013 pukul 2:47 am

    Menarik untuk diperbincangkan. Memang asal usul lombok tidak begitu jelas. O ya saya ralat sedikit mengenau waktu telu yg benar watu telu yg artinya tiga batu yg maknanya ada tiga pedoman yg dianut oleh masyarakat bayan. Maaf meeskipun saya orang lombok utara saya jg belum begitu tau sejarahnya.

      oedi responded:
      November 27, 2013 pukul 7:51 am

      Syukurlah jika demikian, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. sebatas yang saya ketahui “Wektu/watu/wetu telu” itu berkaitan dengan waktu yang dalam hal ini ada tiga jumlahnya.. tidak ada kaitannya dengan kata batu seperti yg mas Amien katakan di atas.. meskipun masnya juga mengartikan watu telu berarti tiga pedoman dasar, tetapi kurang tepat rasanya bila kata “watu” disini di artikan dengan batu. Karena yg dimaksudkan sebenarnya adalah waktu namun memang telah mengalami pergeseran kata hingga menjadi watu atau lebih biasa disebut dengan dialek kata “Wetu”.
      Itu yang bisa saya jelaskan, maaf kalau ini pun kurang tepat, karena maklumlah saya ini masih mencoba menggali sejarah yg sebenarnya… begitupun saya juga berusaha untuk terus memperbaiki kekurangan di dalam artikel ini… silahkan jika ada yang mau berbagi data dan informasi… 🙂

      Zhink Adecantary said:
      November 29, 2013 pukul 7:01 am

      Benar sepanjang yang saya ketahui, Watu Telu (Tiga Batu) artinya Tiga pondasi dasar: Agama, Budaya (Adat), Bangsa. Sunan Prapen mengajarkan 3 peletakan dasar, tapi sebelum habis pengajarannya dia pergi karena kondisi perang saudara yang terjadi di Jawa, banyak yang baru menganut peletakan dasar ajaran ini belum paham atau menguasainya, akhirnya dicampur aduk dengan kepercayaan lama karena tidak ada bimbingan lebih lanjut.

        oedi responded:
        November 30, 2013 pukul 5:18 pm

        Iya, apa yang mas Zhink sampaikan sesuai dg apa yang pernah saya dengar langsung dari orang-orang Lombok yang mengetahui tentang hal ini.. jadi memang tidak ada hubungannya dengan batu… lalu kenapa tiga? ya karena saat itu hanya baru tiga pedoman dasar saja yg di ajarkan, belum tuntas, padahal sebenarnya ada lima pondasi yang akan di ajarkan..

    Zhink Adecantary said:
    November 29, 2013 pukul 6:42 am

    Memang dalam sejarah dan cerita turun temurun, kalo kerajaan Bali (sisa2 orang singosari dan majapahit yang tidak mau tunduk dan melarikan diri ke timur) menguasai (menjajah) Lombok karena marah dan ingin mengusai dan menutup perdagangan Candu (Tembakau), tetapi dengan sumpah palapa dari Gajah Mada ingin mempersatukan Nusantara, tanpa terkecuali Lombok Mirah Gumi Selaparang terkena impansinya yang kala itu dikuasai Raja-raja dari Bali, dengan balabantuan dari Gajah Mada dapat meredam dan mengalahkan Raja Gel gel di bumi selaparang, untuk memperingati kemenangan itu dibuatlah tugu peringatan berupa punden yang sekarang ada di komplek pemakaman raja-raja selaparang, namun ada yang mengatakan bahwa gajah mada menghilang di tempat itu. Jadi Raja-raja yang berkuasa di Lombok itu mereka dari keturunan raja-raja jawa setelah ke Lombok mirah tidak mau kembali ke Jawa alias menetap dan membuat pedukuhan (Desa) yang lambat laun menjadi kerajaan.

      oedi responded:
      November 30, 2013 pukul 5:20 pm

      Okey.. terimakasih atas kunjungan, dukungan, komentar dan informasinya mas.. semoga bermanfaat.. 🙂

    N. Argawa said:
    Desember 16, 2013 pukul 4:10 pm

    GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN SASAK
    Oleh: N.Argawa

    Geografi
    Pada masa penjajahan, gugusan kepulauan di Indonesia bagian Timur disebut Sunda Kecil meliputi pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Solor, Alor, Sumba, dan Timor. Setelah masa kemerdekaan (tahun 1958), wilayah Sunda Kecil yang dikenal dengan nama Nusa Tenggara dipecah menjadi tiga daerah provinsi yaitu provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pulau Lombok yang terletak di sebelah timur pulau Bali masuk dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat bersama-sama dengan pulau Sumbawa.
    Bentangan geografis pulau Lombok antara 8o 12 dan 9o 1 Lintang Selatan dan 115o 44 – 116o 40 Bujur Timur. Batas-batasnya: di sebelah Barat, Selat Lombok; di sebelah Timur, Selat Alas; di sebelah Utara, Laut Jawa; di sebelah Selatan, Samudera Hindia. Di sekitar wilayah laut pulau Lombok terdapat beberapa pulau kecil yang disebut gili, yaitu gili Terawangan, gili Meno, gili Air, gili Lawang, gili Sulat, gili Lampu, gili Poh, gili Gede, dan gili Nanggu. Luas wilayah daratan pulau Lombok mencapai 4.738, 70 km2 . Secara administratif, wilayah pulau Lombok dibagi menjadi tiga kabupaten dan satu kota madya yaitu kabupaten Lombok Barat ibu kotanya Giri Menang (Gerung), kabupaten Lombok Tengah ibu kotanya Praya, kabupaten Lombok Timur ibu kotanya Selong, dan kota madya Mataram ibu kotanya Mataram yang sekaligus menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat.
    Topografi pulau Lombok dibedakan menjadi tiga bagian bentang alam. Pertama, bagian Utara, merupakan dataran tinggi yang basah dan pegunungan yang memanjang dari tepi pantai Barat sampai ke tepi pantai Timur dengan puncak-puncak gunungnya yaitu gunung Sangkareang (2.914 m), gunung Nanggi (2.330 m), gunung Punikan (1.490 m), dan gunung Rinjani. Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi di pulau Lombok atau gunung tertinggi ketiga di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3.726 m. Di sebelah Barat gunung Rinjani, pada ketinggian 2.008 m dari atas permukaan laut, terdapat sebuah danau yang dikenal dengan nama danau Segara Anak. Air danau ini berwarna biru laut dan mengandung kadar sulfur serta mineral yang sangat tinggi. Kandungan ini mempengaruhi air yang mengalir pada koko’ Pute’ menjadi berwarna seperti susu dan agak keruh. Kedua, bagian Tengah, merupakan dataran rendah yang subur dengan areal persawahan yang luas. Daerah ini membentang mulai dari Ampenan di tepi pantai Barat sampai ke Labuhan Lombok di tepi pantai Timur. Ketiga, bagian Selatan, merupakan wilayah dataran tinggi yang kering dengan pegunungan dan perbukitan kapur. Puncak-puncak gunungnya antara lain gunung Ponggod, gunung Mareje, dan gunung Jagok. Gunung Mareje merupakan gunung tertinggi di bagian Selatan yang ketinggiannya mencapai 716 m.
    Pulau Lombok termasuk daerah beriklim tropis dengan dua perubahan musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Angin Muson yang sifatnya basah serta bergerak dari arah Barat Daya terjadi pada bulan Oktober s.d. April yang mengakibatkan terjadi musim hujan. Sedangkan angin Muson yang sifatnya kering serta bergerak dari arah Tenggara terjadi pada bulan Mei s.d. November yang mengakibatkan musim kemarau. Kawasan Lombok Barat, kawasan Kodya Mataram, kawasan Lombok Tengah bagian utara, dan kawasan Lombok Timur bagian barat daya, merupakan kawasan-kawasan yang paling banyak mendapatkan curah hujan sehingga merupakan kawasan yang subur. Kawasan ini tampak menghijau dengan aliran air sungai yang melimpah, areal persawahan pun menghampar luas. Pada kawasan tersebut terdapat banyak sungai yang berhulu di hutan pegunungan Rinjani seperti: sungai (koko’) Meninting, koko’ Jangko’, koko’ Babak, koko’ Belimbing, koko’ Palung, koko’ Pute’, koko’ Sedutan, koko’ Bengkok, koko’ Segara, dan lain-lain. Sedangkan kawasan Lombok Tengah bagian Selatan dan kawasan Lombok Timur bagian Selatan merupakan daerah yang kurang mendapatkan curah hujan. Ketika musim kemarau, sungai-sungi yang ada di kawasan tersebut seperti koko’ Penujak, koko’ Landak, koko’ Renggung, koko’ Pare, dan koko’ Runtak akan menjadi kering. Pertanian di kawasan itu merupakan pertanian tadah hujan yang pada musim kemarau sering terancam gagal panen dan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut terancam bahaya kelaparan. Karena itu kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan kawasan kritis Lombok Selatan.
    Kondisi alam terutama kawasan hutan pegunungan Rinjani kini mengalami degradasi ekologis. Kawasan hutan Rinjani seluas 125.200 ha terdiri dari kawasan hutan lindung 51. 500 ha, hutan produksi terbatas 9.935 ha, hutan produksi biasa 22.975 ha, dan kawasan hutan suaka marga satwa seluas 41.330 ha. Adanya aksi-aksi penebangan liar, perambahan hutan, dan pembukaan lahan peladangan dengan cara membakar hutan telah menimbulkan kerusakan hutan di kawasan Rinjani. Kepala Dinas Kehutanan NTB, Badrun Zaenal, menyatakan tingkat kerusakan hutan di kawasan hutan pegunungan Rinjani mencapai kisaran 13.000 ha atau 11 persen dari luas seluruh kawasan hutan (125.000 ha). Kerusakan itu mencakup beberapa kawasan hutan di wilayah kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Tengah (Media Indonesia, 7 Maret 2005).
    Kerusakan hutan di kawan Rinjani kini telah berdampak pada kelestarian lingkungan alam seperti hilangnya beberapa titik mata air. Berdasarkan data dari Balai Hidrologi, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah NTB, diketahui bahwa dari 725 titik mata air yang ada sebelumnya kini hanya masih 446 titik mata air (Laporan Pertemuan Multi Pihak II, 2005: 67). Demikian juga debit air pada beberapa daerah aliran sungai. Contoh, sungai Babak yang debit airnya semula 8, 436 meter kubik per detik kini menurun menjadi 5,86 meter kubik per detik. Sungai Ai’ Nyet debit airnya semula 27,3 meter kubik per detik kini menurun menjadi 10,37 meter kubik per detik (Kompas, 15 Juni 2004).
    Dampak yang lebih luas dari kerusakan kawasan hutan bagi kelangsungan kehidupan masyarakat yaitu terjadinya bencana banjir bandang. Ketika curah hujan dengan intensitas tinggi yang disertai angin kencang melanda hampir seluruh kawasan kepulauan di Indonesia sekitar bulan Januari 2006 mengakibatkan terjadi bencana banjir bandang seperti di beberapa desa di wilayah kabupaten Jember, Jawa Timur dan di beberapa desa di wilayah kabupaten Banjar Negara, Jawa Tengah. Pada tanggal 21 Januari 2006 bencana banjir bandang pun melanda beberapa desa di kecamatan Sambelia dan Sembalun, kabupaten Lombok Timur yang menelan korban jiwa dan harta benda, bahkan ribuan keluarga harus mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman (Kompas, 22 dan 23 Januari 2006). Menurut hasil investigasi yang dilakukan oleh WALHI Nusa Tenggara Barat, ditemukan indikasi yang jelas bahwa kejadian luar biasa (banjir bandang) di Lombok Timur disebabkan oleh penggundulan hutan di kawasan Rinjani yang dilakukan oleh para pihak seperti masyarakat, korporasi maupun oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.
    Jumlah penduduk yang mendiami pulau Lombok sebanyak 2.747.941 orang dengan rincian persebarannya: Lombok Barat, 703.416 jiwa; Lombok Tengah, 748.518 jiwa; Lombok Timur, 964.228 jiwa; dan Kodya Mataram, 331.779 jiwa (Bappeda NTB,2001: 3). Dari jumlah keseluruhan penduduk pulau Lombok tersebut sekitar 90 % diantaranya adalah suku bangsa (etnik) asli yakni orang-orang Sasak. Sisanya adalah para pendatang yakni suku bangsa Bali, Jawa, Samawa (Sumbawa), Mbojo (Bima), Bugis, Arab, Cina, dan lain-lain. Di antara suku bangsa pendatang tersebut, suku bangsa Bali dan Jawa memiliki hubungan kultural dengan Sasak.
    Pendatang dari suku bangsa Bali yang bermukim di Lombok berjumlah paling banyak. Pemukiman mereka menyebar di beberapa tempat di wilayah Lombok Barat seperti Sokong (Tanjung), Gerung, Suranadi, Narmada, Kediri, dan Sengkongo. Di wilayah Kodya Mataram mereka bermukim di Mataram, Cakranegara, Sueta, Pagesangan, dan Pagutan. Keberadaan orang Bali di Lombok dalam jumlah cukup banyak dan tersebar itu akibat dari migrasi besar-besaran pada saat Pulau Lombok berada di bawah kekuasaan Raja Karangasem sekitar abad ke-17 (Fatthurrahman, 1988: 18-19; Agung, 1990: 99; 135). Kehidupan orang Bali di tempat-tempat seperti tersebut di atas baik dalam hal adat-istiadat, kepercayaan, agama, bahasa, stratifikasi, aktivitas sosial, maupun dalam hal berkesenian, memperlihatkan kesamaan dengan orang Bali di Bali. Karena itu mereka acap kali disebut “Balok” alias Bali Lombok, maksudnya orang Bali di Lombok. Di samping itu, keberadaan mereka di Lombok yang telah bermukim cukup lama membuka ruang interaksi (antarhubungan) antara orang-orang Bali dengan orang-orang Sasak sehingga muncul wujud-wujud budaya Sasak yang mencerminkan adanya proses akulturasi atau asimilasi, seperti dalam hal busana adat Sasak, seni musik (gamelan) Sasak, dan upacara adat perkawinan Sasak. Bahkan ada satu bentuk kesenian Sasak yaitu Cepung yang mencerminkan persatuan dua komunitas yaitu Sasak dan Bali (Depdikbud, tt: 6-7; Gunayasa, 2001: 161—162).
    Hubungan Sasak dengan Bali dapat dikatakan telah terjadi sejak abad ke-10. Ketika itu di Bali memerintah seorang raja bernama Anak Wungsu, putera ketiga dari Raja Udayana. Pada masa pemerintahannya telah terbina hubungan dagang dengan wilayah Lombok. Dalam Prasasti Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak Wungsu membeli 30 ekor kerbau dari Gurun (Lombok) (Sartono Kartodirdjo, 1976: 201).
    Pada zaman pemerintahan Raja Jayapangus di Bali sekitar abad ke-12, pulau Lombok yang penduduknya disebut suku bangsa Sasak telah berada di bawah kekuasaannya. Hal itu dapat diketahui dari sebuah benda tinggalan purbakala yaitu kentongan perunggu yang kini tersimpan di Pura Manik Geni, Pujungan, Bali. Pada kentongan perunggu itu yaitu pada bagian badan, di sebelah kanan dan kiri lubang kentongan, terdapat tulisan dengan posisi vertikal. Huruf yang digunakan dalam tulisan itu adalah huruf Kediri Kwadrat. De Casparis (dalam Surasmi 1982: 15-16) menyebutkan bahwa bacaan dari tulisan itu adalah “Sasak dana prih han Srih Jayanira”. Artinya ‘benda ini pemberian (orang) Sasak untuk peringatan kemenangannya’. Kentongan itu diperkirakan sebagai hadiah atau tanda jasa oleh seorang pembesar kerajaan Sasak (Lombok) sekitar abad ke-12 atas kemenangan raja (Jayacihna). Perkiraan masa tersebut lebih mengacu pada penggunaan huruf Kediri Kwadrat. Kepurbakalaan di Bali lainnya yang menggunahan huruf Kediri Kwadrat juga terdapat di Pura Gunung Kawi dan Pura Penulisan yang diperkirakan mendapat pengaruh dari Kediri, Jawa Timur sekitar abad ke-12 (bdk. Ginarsa, 1980: 10). Pada masa tersebut raja yang memerintah di Bali adalah Jaya Pangus, putera dari raja Ragajaya (Sartono Kartodirjo, 1976: 152). Jadi ada kemungkinan bahwa Jayacihna yang disebutkan di atas adalah Jayapangus.
    Pada masa pemerintahan Raja Waturenggong (1460-1550) di Gelgel, Klungkung – Bali, wilayah Sasak (Lombok) pun pernah ditaklukkan lalu berada dibawah kekuasaannya (Sejarah Bali, 1980: 61; Agung, 1990: 17). Tampaknya hubungan antara raja-raja taklukan di Lombok dengan raja penguasa di Klungkung, Bali, terbina dengan baik dalam suasana kekeluargaan. Dalam Babad Selaparang (bait 337 – 347) disebutkan bahwa Raja Pejanggi’, Selaparang, dan Bayan berangkat ke Bali memenuhi undangan Raja Kelungkung yang melaksanakan upacara pelebon (bdk. Sri Yaningsih, 1995: 100-102).
    Mengenai suku bangsa Jawa, pada kenyataan sekarang tidak seperti orang Bali di Lombok, dalam arti keberadaan mereka tidak tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di desa-desa dan masih memegang teguh identitasnya sebagai orang Jawa. Mungkinkah orang-orang Jawa itu sudah melebur dan kini menjadi orang Sasak? Kiranya perlu upaya penelitian yang representatif untuk menjawab pertanyaan tersebut.
    Orang-orang Sasak secara umum mengakui leluhur mereka berasal dari Jawa. Berbagai cerita yang berkembang di masyarakat semakin mengukuhkan keyakinan sebagian besar orang Sasak bahwa leluhur mereka berasal dari Jawa. Salah satu cerita yang menyebutkan leluhur orang sasak berasal dari Jawa adalah cerita tentang Raja Kedaro, di Belongas – Lombok Selatan. Dalam cerita itu disebutkan bahwa raja Kedaro bernama Ratu Mas Panji berasal dari Jawa (Monografi NTB, 1977: 13; Sejarah NTB, 1988: 20). Demikian pula dengan orang-orang Sasak di Sembalun (Lombok Timur bagian Utara) dan Bayan (Lombok Barat bagian Utara) yang menganggap keberadaan mereka di pulau Lombok sebagai keturunan dari Jawa (Majapahit). Anggapan itu diperkuat oleh adanya makam keramat yang dipercaya sebagai makam salah seorang leluhurnya dari Majapahit. Ada juga gelar pemimpin upacara yaitu Pemangku Majapahit yang bertugas mengawali upacara turun bibit dan upacara-upacara yang lain dalam rangkaian upacara penanaman padi. Demikian pula dengan nama dari salah satu sumber mata air di Sembalun yaitu perembukan (mata air) Majapahit menunjukkan adanya keterhubungan dengan Jawa (Majapahit).
    Sehubungan dengan adanya anggapan bahwa leluhur orang Sasak berasal dari Jawa ini Goris (dalam Sejarah NTB, 1988: 9-10) menguraikan kata Sasak berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Sahsaka. Sah artinya ‘pergi’ sedangkan saka artinya ‘asal’. Orang Sasak adalah orang yang pergi dari daerah asal dengan mengendarai rakit. Daerah asal yang dimaksud adalah Jawa yang pergi mengendari rakit lalu berkumpul di Lombok.
    Pada masa jaya kerajaan Majapahit (abad ke-14), wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Nusantara. Ketika itu Lombok juga berada di bawah kekuasaannya. Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Mpu Nala berhasil menundukkan Lombok sekitar tahun 1357. Ketika itu kerajaan di Lombok yang ditundukkan oleh Majapahit adalah kerajaan Selaparang Hindu yang memerintah di Lombok sekitar abad ke-14. Bersamaan dengan peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pula migrasi orang-orang Jawa (Majapahit) dan berpengaruh pada perubahan pola hidup orang sasak dari berladang liar menjadi bertani di sawah dan tinggal menetap. (Sejarah NTB, 1977: 20; 70). Pandangan orang Sasak terhadap padi tidak sebagai bahan makanan pokok semata melainkan juga sebagai perwujudan seorang dewi yaitu Dewi Sri. Lantaran pandangan tersebut maka siklus menaman padi mulai dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, panen, sampai pada penyimpanan padi di lumbung selalu diiringi dengan upacara ritual. Hal itu menunjukkan budaya Sasak mendapat pengaruh dari Jawa (bdk. Soepanto, 1977: 3–30).
    Salah satu karya sastra lama dari zaman Majapahit yaitu naskah Negara Kertagama karangan pujangga Prapanca, pada pupuh 14 bait 4, menyebutkan nama Lombok Mirah, Saksak, Gurun, dan Sukun sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit yang letaknya di bagian timur pulau Jawa (Pigeaud, 1960:17). Beberapa ahli antara lain W.F Stutterheim, R.Goris, A.Teeuw (dalam Tawalinuddin Haris, 1994: 4-8) memberikan pendapat yang berbeda ketika mengidentifikasikan Lombok Mirah dan Saksak. Stutterheim mengidentifikasikan Lombok Mirah dengan Lombok Barat sedangkan Saksak sama dengan Lombok Timur. Adapun Goris mengidentifikasikan Lombok Mirah sama dengan Lombok Utara sedangkan Saksak sama dengan Lombok Timur. Teeuw mengidentifikasikan Lombok Mirah sama dengan Labuhan Lombok sedangkan Saksak sama dengan Lombok Barat Daya dimana di sana ada sebuah gunung yaitu gunung Saksak. Adapun Sukun sama dengan Sokong dan Gurun sama dengan Gerung. Sokong merupakan salah satu pelabuhan kuno khususnya bagi perahu-perahu nelayan sedangkan Gerung adalah sebuah desa yang kini menjadi ibu kota kabupaten Lombok Barat. Tidak jauh dari tempat ini yaitu di bagian timur terdapat gunung Saksak (sekarang lebih dikenal dengan nama gunung Sasak). Di wilayah Gerung juga terdapat sebuah pelabuhan yaitu Labuhan Tereng yang kini bernama Pelabuhan Lembar. Pelabuhan-pelabuhan tersebut di atas merupakan pintu-pintu masuk menuju ke Lombok.
    Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut, penulis lebih cenderung mengikuti pendapat Teeuw sebab Labuan Lombok adalah salah satu pelabuhan terpenting di pantai timur dan memiliki peranan yang tidak kecil dalam lintas pelayaran dan perdagangan rempah-rempah antara Indonesia Bagian Barat dengan Maluku di Indonesia Bagian Timur. Tidak jauh dari tempat inilah lokasi Kerajaan Selaparang.
    Setelah kerajaan Majapahit di Jawa mengalami keruntuhan sekitar abad ke-15 beberapa kerajaan-kerajaan taklukannya seperti kerajaan Lombok, Langko, Pejanggi’, Parwa, Sokong, Bayan berkembang sendiri-sendiri mejadi kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat. Diantara kerajaan-kerajaan tersebut yang paling terkemuka adalah Kerajaan Lombok yang berlokasi di Labuhan Lombok. Kota kerajaan di Pelabuhan Lombok ini sangat indah dan mempunyai sumber mata air tawar yang banyak. Kota itu banyak disinggahi oleh para pedagang dari Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi untuk membongkar dan memuat barang-barang dagangan serta mengisi air minum (Tawalinuddin Haris, 1994:5; Sejarah NTB, 1977: 43). Di Labuhan Lombok itulah, Pangeran Perapen, putera dari Sunan Giri, bersama rombongannya dari Jawa pernah mendarat lalu mengislamkan kerajaan Lombok sekitar abad ke-16. Setelah berhasil mengislamkan kerajaan Lombok lalu Sunan Prapen bersama rombongan dari Jawa melanjutkan misi penyebaran Islam ke kerajaan-kerajaan lain di Lombok seperti kerajaan Pejanggi’, Langko, Suradadi, Parwa, Sokong, dan Bayan (Babad Lombok, bait 578 – bait 594; bait 682 – bait 692). Orang-orang Sasak yang tidak mau memeluk agama Islam menyingkir ke daerah dataran tinggi. Mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai orang Boda yang sekarang bisa dijumpai di Penasan dan Tebango (Lombok Barat bagian Utara) serta di Belongas dan Pengantap (Lombok Tengah bagian Selatan) (Tawalinuddin Haris, tt: 14).
    Babad Lombok (lempir 183a; 184a; 225a) juga menyebutkan bahwa Sunan Prapen menyebarkan Islam di Lombok diiringi oleh para pengiring dari Semarang, Madura, Sumenep, Surabaya, Sedayu, Majalengka, Tuban, dan Basuki. Keseluruhan pengiring itu berjumlah 10.000 orang. Saat Pangeran Prapen meninggalkan Lombok untuk melanjutkan misi penyebaran Islam ke Sumbawa, banyak para pengiringnya yang ditinggalkan di Lombok.
    Setelah peristiwa tersebut lalu kerajaan Lombok yang berlokasi di Labuhan Lombok di pindahkan ke Seleparang, sekitar 20 km ke arah barat daya. Seleparang merupakan bekas kerajaan Selaparang Hindu yang telah dihancurkan oleh bala tentara Majapahit dibawah pimpinan Mpu Nala. Pemindahan kerajaan dari Labuhan Lombok ke Selaparang dengan pertimbangan letak yang strategis dan keamanan agar tidak mudah diserang oleh musuh. Kerajaan Selaparang yang sebelumnya mengalami masa jatuh bangun akhirnya mencapai puncak kejayaannya pada masa kerajaan Selaparang Islam. Kerajaan ini di samping sebagai agen penyebaran Islam juga memegang hegemoni atas kerajaan-kerajaan lain di Lombok. Hubungan antara Kerajaan Selaparang Islam dengan kerajaan Islam di pesisir utara Jawa yaitu kerajaan Demak berlangsung cukup erat. Karya sastra Jawa yang bernuasa Islam pun banyak masuk ke Lombok dan disadur kembali menggunakan aksara Jejawan, berbahasa Jawa Madya (Kawi) dan berbentuk tembang macapat. Demikian pula pengaruh seni pedalangan yang mementaskan lakon Amir Hamzah (lakon ini banyak terekam di dalam naskah lontar) masuk dan berkembang dengan baik pada masa tersebut. Kedua cabang seni itu sangat berperan dalam upaya penyebaran Islam di Lombok yaitu sebagai media dakwah. (Sejarah NTB, 1978: 43,44, dan 73-74; Babad Lombok, lempir 241 – 242).
    Menjelang abad ke-17 di Lombok telah berkembang dua kerajaan yang masing-masing memegang hegemoni atas wilayah di Pulau Lombok. Kira-kira pada paruh abad tersebut, Kerajaan Selaparang dan Pejanggi’ berhasil ditundukkan oleh kerajaan Karangasem, Bali, yang selanjutnya memegang kekuasaan penuh atas kedua wilayah kerajaan tersebut (Agung, 1990: 87).
    Dari uraian di atas maka dapat diduga bahwa migrasi orang Bali dan Jawa ke Lombok terjadi secara bergelombang, mereka lalu berinteraksi dengan orang-orang Sasak sehingga berpeluang memunculkan budaya Sasak yang mencerminkan perpaduan dengan budaya Bali dan Jawa.

    Selayang Pandang Kebudayaan Sasak
    Dalam tulisan ini yang dimaksud kebudayaan adalah semua ide atau pikiran, aktivitas, dan karya manusia dalam upayanya untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan. Manusia dan kebudayaan merupakan dua komponen yang terkait erat. Tidak akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi usia hidup manusia tidak lama. Karena itu untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan harus lebih dari satu turunan, atau turun temurun. Koentjaraningrat (1993:27) menyebutkan, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu: (1) wujud ideel (gagasan, nilai-nila, norma-norma; (2) wujud kelakuan manusia dalam masyarakat; (3) wujud fisik yaitu benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama bersifat abstrak dan lokasinya ada dalam pikiran manusia atau masyarakat dimana kebudayaan itu hidup. Wujud kedua bersifat konkret dan sering disebut sistem sosial yakni aktivitas-aktivitas manusia yang berhubungan dan bergaul (berinteraksi) antara satu dengan yang lain dalam masyarakat berdasarkan adat istiadat. Wujud ketiga bersifat paling konkret yaitu berupa benda-benda hasil karya manusia.
    Jika gagasan itu dinyatakan dalam tulisan maka lokasi kebudayaan ideel berada dalam karangan seperti naskah-naskah atau buku-buku. Adat istiadat adalah wujud ideel kebudayaan yang berfungsi untuk mengatur, mengendali, dan memberi arah kepada kelakuan dan karya manusia dalam masyarakat. Adat istiadat dibagi lagi ke dalam beberapa tingkatan, salah satunya adalah sistem nilai budaya yaitu ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia mengenai lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu: (1) masalah hakekat hidup manusia; (2) masalah hakekat karya manusia; (3) masalah hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu; (4) masalah hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya; dan (5) masalah hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (F. Klockhohn dalam Koentjaraningrat, 1993:27).
    Gambaran tentang kebudayaan Sasak dalam tulisan ini lebih menekankan pada adat istiadat masyarakat Sasak sebagai refleksi dari sistem kepercayaan yakni adanya kekuatan di luar dirinya dan kekuatan itu lebih tinggi dari kekuatan dirinya. Oleh karena itu mereka melakukan berbagai cara antara lain melakukan upacara ritual untuk berhubungan dengan kekuatan tersebut.
    Masyarakat Sasak yang masih teguh pada adat istiadatnya, sejak dahulu sampai sekarang, percaya akan adanya roh-roh leluhur dan makhluh halus (istilah Sasak: bake’, belata, beboro, jim). Roh-roh leluhur diyakini bersemayam di gunung-gunung. Kepercayaan seperti ini merupakan kepercayaan dari masa prasejarah yang tradisinya terus berlanjut sampai sekarang.
    Berdasarkan temuan arkeologis di situs Gunung Piring, di Desa Truwai, Kecamatan Pujud, Lombok Tengah bagian Selatan berupa kerangka manusia, periuk, kereweng, fragmen keramik asing, fragmen perunggu, fragmen besi, manik-manik, kerang, dan batu-batuan, maka disimpulkan situs tersebut merupakan situs penguburan yang mendapat pengaruh dari tradisi prasejarah. Situs Gunung Piring yang berada di atas gunung memberikan gambaran bahwa di wilayah tersebut telah berkembang kepercayaan kuno yaitu gunung sebagai tempat yang suci, sumber dari segala kehidupan, dan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang (Goenadi, 1977: 122-123).
    Di Lombok banyak terdapat tempat-tempat pemujaan yang pada umumnya berlokasi di puncak-puncak gunung atau bukit. Salah satunya Pedewa’ Dapur dan Pedewa’ Pujud yang terdapat di dataran puncak Gunung Pujud. Lokasi pedewa’ ini di Desa Sengkol, Kec. Pujud, Kab. Lombok Tengah bagian Selatan. Objek pemujaan di Pedewa’ Pujud, kini telah menjadi situs purbakala, adalah batu-batu monolit yang diletakkan bediri tegak. Bentuk pemujaan seperti ini mengingatkan kita pada bentuk pemujaan dari masa pra sejarah yaitu menhir (bdk. Soekmono, 1973: 73). Demikian juga dengan tempat pemujaan ini yang berlokasi di puncak gunung sebagai pengejawantahan dari keyakinan bahwa puncak gunung merupakan tempat yang suci serta tempat bersemayam roh nenek moyang dan para dewa. Tawalinuddin Haris (1985: 736) menyebutkan, Pedewa’ Dapur dan Pedewa’ Pujud adalah tempat suci untuk memuja roh-roh nenek moyang. Hal itu berdasarkan keyakinan masyarakat sekitarnya bahwa di tempat tersebut Datu (Raja) Pujud musnah atau lenyap jasadnya dalam arti menyatu dengan Hyang Maha Tunggal atau Dewa. Jadi, di samping pedewa’ sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang juga menandakan adanya konsepsi kepercayaan bahwa Datu diyakini sebagai titisan dewa dan setelah meninggal akan kembali kepada Dewa.
    Bentuk pemujaan berupa menhir (tumpukan batu-batu) tidak hanya terdapat di puncak gunung atau bukit. Dapat dikatakan hampir di setiap desa di Lombok terdapat bentuk pemujaan pra Islam berupa menhir yang letaknya di dataran tinggi di desa tersebut yang lebih dikenal dengan sebutan kemali’. Mali’ (bahasa Sasak) artinya keramat, suci, tabu. Kemali’ adalah tempat yang dikeramatkan atau disucikan sehingga tabu untuk melakukan hal-hal bertentangan dengan ketentuan yang berlaku pada kemali’ tersebut. Dalam Monografi NTB (1977:79) menyebutkan, arwah nenek moyang dan orang-orang terkemuka yang dianggap suci dibuatkan menhir lalu di-kemali’-kan (dikeramatkan atau disucikan). Di tempat itulah mereka memuja dan memohon berkah atau keselamatan. Kepercayaan lama masyarakat Sasak juga meyakini mata air sebagai tempat yang suci karena itu di di Lombok juga terdapat kemali’ yang berlokasi dimata air seperti Kemali’ Beleka di Lombok Tengah, dan Kemali’ Lingsar di Mataram. Kemali’ atau pedewa’ juga banyak terdapat di kawasan lereng gunung Rinjani (Tawalinuddin Haris, 1985: 735).
    Masyarakat Sasak juga percaya bahwa makam merupakan tempat bersemayam roh-roh leluhur. Secara garis besar makam-makam yang terdapat di desa-desa di Lombok itu dibedakan atas dua jenis yaitu makam biasa dan makam keramat. Makam biasa adalah tempat dimana para orang tua, kakek – nenek, buyut, dan kerabat lainnya dikuburkan. Sedangkan makam keramat adalah tempat yang diyakini bahwa di situ dikuburkan seorang tokoh (cikal bakal pendiri desa, penyebar agama, datu/raja) dikuburkan. Makam-makam keramat seperti ini banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh penjuru wilayah Lombok. Di antara makam-makam keramat itu yang cukup terkenal dan sering menjadi tempat berziarah saat menjelang hari raya agama Islam antara lain: Makam Reak, Makam Selaparang, Makam Sriwa, Makam Nyato’, Makam Batu Dendeng, Makam Batu Layar, Makam Mendana, dan Makam Loang Balu’.
    Sistem kepercayaan lama masyarakat Sasak juga meyakini adanya makhluk super natural yang disebut Batara (Dewa) untuk laki-laki dan Idadari (Dewi) untuk perempuan. Dalam Monografi NTB (1997: 83) disebutkan Batara Guru adalah raja dewa-dewa yang menurunkan Raja Lombok. Keyakinan terhadap Batara Guru terekam dalam mitos sebagai berikut:
    Batara Guru, raja di pulau Sasak, memeliki empat orang anak, anak pertama, kedua dan ketiga laki-laki sedangkan yang bungsu seorang puteri, bernama Dewi Anjani. Suatu ketika Batara Guru hendak kembali ke Sorga. Untuk menentukan calon penggantinya beliau mengadakan sayembara yakni barang siapa diantara putera dan puterinya yang berhasil mencabut Petung Bayan (Bambu Bayan) maka dialah yang berhak menggantikan ayahnya menjadi raja.
    Ketiga puteranya tidak berhasil mencabut Petung Bayan, walaupun telah berusaha mencabut dengan sekuat tenaga sampai darah membersit dari sela-sela jari kedua tangan mereka. Ketika tiba giliran Dewi Anjani untuk mencabut Petung Bayan maka dengan mudah ia berhasil mencabutnya. Atas keberhasilan itu maka Dewi Anjani ditetapkan untuk menggantikan ayahnya menjadi raja di pulau Sasak.
    Ketiga kakaknya yang laki-laki itu merasa malu dan putus asa dikalahkan oleh adiknya yang seorang wanita. Karena itu mereka pergi mengembara tanpa tujuan. Pengambaraan kakak yang paling sulung akhirnya tiba di Gowa, menjadi raja di Gowa. Kakak yang nomer dua mengembara dan akhirnya tiba di Bali, menjadi raja di Bali. Kakak yang nomor tiga menceburkan dirinya ke tengah laut lalu terdampar di Pengantap (suatu tempat di Lombok bagian Selatan). Ia dipungut oleh seorang nelayan kemudian menjadi raja di Batu Dendeng.
    Mengetahui ketiga kakaknya menghilang, Dewi Anjani meresa kecewa, karena itu ia meninggalkan istana masuk ke alam jin di gunung Rinjani dan menjadi ratu jin.

    Selain kepercayaan seperti tersebut di atas, masyarakat Sasak juga percaya akan adanya makhluk-makhluk halus yang dikategorikan memiliki dua karakter yaitu baik dan jahat. Makhluk halus yang jahat diyakini kerap menggangu manusia. Sebutan ketemu’ atau tesapa’ adalah salah satu gambaran bahwa seseorang yang dalam keadaan sakit itu dipercayai telah mendapat gangguan dari makhluk halus yang jahat yaitu bake’, beboro, dan belata. Makhluk halus jahat itu tidak hanya mengganggu manusia juga tanaman dan hewan peliharaan. Penguasa dari segala jenis makhluk halus itu adalah Dewi Anjani yang berstana di Gunung Rinjani.
    Masyarakat Sasak senantiasa berupaya memelihara hubungan dengan daya-daya kekuatan di luar dirinya (yang dipersonifikasikan sebagai roh-roh nenek moyang, makhluk super natural/dewa-dewi, dan makhluk halus), agar tercipta kehidupan yang selaras, luput dari mara bahaya, wabah penyakit, serta memperoleh berkah. Roh-roh leluhur dan makhluk-makhluk halus itu akan diundang dengan menggunakan sarana-sarana ritual di tempat-tempat keramat agar mereka hadir memberikan berkah atau keselamatan tatkala orang Sasak melaksanakan upacara adat. Ada beberapa upacara adat di lingkungan masyarakat Sasak yang secara umum dapat dibedakan menjadi: (1) gawe urip, upacara yang berhubungan dengan siklus hidup seseorang seperti: buang au, bakuris, basunat, dan merari’; (2) gawe pati, upacara bagi orang yang sudah meninggal; (3) upacara adat yang berhubungan dengan kesuburan alam atau keselamatan kehidupan manusia dan lingkungannya seperti: ngayu-ayu atau neda, matulak, dan selamet gumi.
    Demikian juga makhluk mitis Dewi Anjani yang kerap diundang dalam pelaksanaan ritual adat khususnya ritual adat yang berhubungan dengan penolakan wabah penyakit baik wabah penyakit yang menimpa manusia maupun wabah penyakit yang menimpa binatang ternak atau tanaman padi.
    Sekarang mayoritas orang Sasak telah menganut agama Islam, hanya sebagian kecil orang Sasak yang menganut agama Budha. Orang Sasak yang sekarang menganut agama Budha itu dahulu kerap disebut orang Boda. Orang Sasak yang bukan penganut Boda tersebut mengkonotasikan sebutan Boda itu adalah orang bodoh, terisolir, dan memegang teguh budaya asli dalam pengertian tidak menerima pengaruh dari luar. Van Eerde dalam salah satu artikelnya (1901: 6) menyebutkan, orang-orang Boda di Panasan dan Tebango memiliki kepercayaan kepada lima dewa utama yaitu Batara Guru, Idadari Sakti, Batara Sakti, Idadari Jeneng, dan Batara Jeneng. Di samping itu masih ada dewa-dewa lain yang dipercayai dan dipuja oleh mereka. Menurut keyakinan mereka, dewa-dewa itu bersemayam di puncak-puncak gunung dan hutan-hutan lebat yang setiap saat bisa mendatangkan kebaikan dan celaka. Karena itulah kerap dilaksanakan upacara-upacara dan setiap pelaksanaan upacara diyakini kelima dewa utama tersebut hadir. Dari kelima dewa itu Batara Guru adalah dewa tertinggi.
    Sebelum Islam masuk dan berkembang di Lombok, diperkirakan agama Buda maupun Hindu atau Hindu-Buda pernah berkembang di Lombok. Hal tersebut di samping tertuang di dalam Babad Lombok juga dikuatkan oleh penemuan beberapa benda arkeologi. Pada tahun 1960 di Desa Batu Pandang, Kec. Pringgabaya, Kab. Lombok Timur pernah ditemukan empat buah patung arca Budha dari perunggu. Keempat buah patung tersebut kini tersimpan di Museum Nasional, Jakarta. Menurut Soekmono, dua dari patung tersebut dikenal sebagai Tara dan Awalokiteswara yang sezaman dengan patung Budha di Candi Borobudur sekitar abad ke-8. Berdasarkan temuan itu diduga agama Budha Mahayana pernah berkembang di wilayah tersebut sekitar abad ke-8 (Usri Indah Handayani dkk, 2004: 82). Pada tahun 1974, di Kampung Pendua, Desa Sesait, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Barat, beberapa kilometer ke arah utara Tanjung, pernah ditemukan benda-benda seperti genta pendeta dari perunggu, pedupaan dari perunggu, dan sejumlah manik-manik yang diduga sebagai tasbih (genitri) pendeta, dan bekas candi. Dari temuan tersebut diperkirakan pada abad ke-15 di sekitar wilayah itu pernah berkembang agama Hindu (Tawalinuddin Haris 1994: 11; Sejarah NTB, 1984: 38).
    Ritual yang mencerminkan agama apa yang tengah berkembang di Lombok sebelum masuknya Islam tertuang dalam Babad Lombok yakni pada episode kematian raja Lombok lantaran berperang dengan Demung Brangbantun. Terjadinya peperangan itu dipicu oleh kematian Demung Sandubaya, adik dari Demung Brangbantun. Demung Sandubaya punya isteri yang parasnya cantik jelita bernama Lala Seruni. Raja Lombok tergila-gila pada Lala Seruni dan ingin memperisterinya. Dengan tipu mulihat, Demung Sandubaya berhasil dibunuh saat diajak berburu di hutan Gebong. Lala Seruni yang tidak menerima cinta raja Lombok pun akhirnya bunuh diri dengan jalan menceburkan dirinya di tengah laut di teluk Menanga Baris. Kematian Demung Sandubaya dan Lala Seruni memicu kemarahan Demung Brangbantun sehingga terjadilah peperangan yang berlangsung cukup sengit. Dalam perang itu Raja Lombok meninggal dibunuh oleh Demung Brangbantun. Upacara pembakaran jenazah Raja Lombok digambarkan sebagai berikut:
    … wus munggah ring tumpang,
    salu layon sang nata,
    dan Ki Patih akon aglis,
    akriya kang wadah,
    bade pan sampun dadi.

    Jangkep kalih dina dennya akriya,
    mangke samapta dadi,
    bade atumpang sanga,
    yata pinundut samya,
    ingiring dene kakawin,
    wus prapteng setra,
    ya ta dipun toyain.

    Wus palastra sadyane sampun binakar,
    titiran den lepasi,
    minduhur ngawang-ngawang,
    henti tustane mulat,
    sang nata sampun kabasmi,
    ing lembu petak,
    palinggiyan sang aji,

    Terjemahan dari kutipan di atas lebih kurang sebagai berikut:


    sudah naik ke tumpang salu,
    jenazah sang raja,
    dan Ki Patih segera memerintahkan,
    membuat wadah,
    bade (wadah) pun telah jadi.

    Genap dua hari mereka mengerjakan wadah,
    Sekarang telah selesai semuanya,
    bade bertumpang sembilan,
    bade digotong oleh rakyat sekalian,
    diiringi irama kakawin,
    setelah tiba di kuburan,
    jenazah sang raja pun diperciki air (tirta).

    Setelah jenasah siap hendak dibakar,
    burung perkutut pun dilepas,
    lalu terbang ke angkasa raya,
    yang menyaksikan sangat senang,
    sang raja telah terbakar,
    pada lembu putih,
    tempat pembakaran jenazah sang raja,

    (Babad Lombok,lempir 113 b)
    Gambaran pembakaran jenazah raja Lombok mengingatkan kita pada upacara ngaben di Bali (bdk. Singgih Wikarman, 1998, 23-31). Jika apa yang tertuang pada Babad Lombok itu benar maka dapat diperkirakan bahwa agama yang berkembang di Lombok sebelum kedatangan Islam adalah agama Hindu yang pelaksanaan ritualnya mirip dengan di Bali. Bentuk-bentuk tempat pemujaan pun memiliki kemiripan yaitu sanggah dan meru. Tempat pemujaan tersebut banyak yang dimusnahkan ketika Islam masuk dan berkembang di Lombok (Babad Lombok, lempir 181a – 181b).
    Hal yang menarik dari pemeluk agama Islam di kalangan orang Sasak di Lombok adalah adanya dua golongan yaitu Islam Waktu Telu (Tiga) dan Islam Waktu Lima. Pemeluk Islam Waktu Telu diabstraksikan sebagai orang-orang Sasak yang tidak menjalankan ajaran Islam secara utuh sebagaimana diamanatkan dalam Alqur’an dan Hadist. Sedangkan pemeluk Islam Waktu Lima adalah orang-orang Sasak yang melaksanakan ajaran Islam secara utuh.
    Menurut beberapa sumber disebutkan bahwa ketidakutuhan yang dimaksudkan antara lain: (a) pemeluk Islam Waktu Telu tidak melaksanakan rukun Islam (syahadat, sembahyang, puasa, zakat, Haji) secara utuh melainkan hanya tiga rukun saja yakni syahadat, sembahyang dan puasa. Tiga rukun itu pun tidak juga dilaksanakan secara utuh. Syahadat sebagai sumpah atau komitmen bahwa Allah adalah satu dan Nabi Muhammad adalah utusanNya hanya diucapkan pada saat upacara perkawinan yakni oleh mempelai laki-laki dengan tuntunan kyai atau penghulu. Dalam hal sembahyang hanya melaksakan tiga rukun sembahyang yaitu pada hari Jumat, pada hari Lebaran (Lebaran Haji/Idul Adha) dan Lebaran Puasa/Idul Fitri), dan pada saat orang meninggal. Sembahyang Jumat pun bukan sembahyang lima waktu (Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, dan Isa) melainkan hanya tiga waktu saja yakni Ashar, Magrib, dan Isa. Kewajiban sembahyang hanya dilaksanakan oleh para pemimpin agamanya yaitu Kyai sedangkan pengikutnya hanya menjalankan perintah dari Kyai. Sebagai imbalan, para pengikutnya memberikan zakat fitrah dan sedekah kepada para Kyai pada hari-hari tertentu. Jabatan Kyai ini bersifat turun-temurun. Pengangkatannya dilakukan di Mesjid dengan sebuah upacara yang dihadiri oleh semua pengikutnya.
    Di Sembalun (Lombok Timur bagian Utara), pengangkatan Kyai baru melalui pentasbihan oleh seorang pemangku dengan cara menyiramkan air yang diambil dari Danau Segara Anak. Jumlah Kyai dalam satu desa lebih dari tiga orang, tergantung pada banyaknya jumlah penduduk. Di antara Kyai-kyai itu, ada seorang Pengulu yang diangkat berdasarkan kesepakatan bersama. Pengulu itu bertugas memimpin upacara agama dan upacara adat di mesjid maupun di luar mesjid antara lain: upacara ngurisang, khitanan, kematian, pertanian, metulak, ngayu-ayu atau neda, dan lain-lain. Sebagaimana telah disinggung juga di atas, diantara jabatan Pengulu dan kiyai sebagai pemimpin agama, juga terdapat jabatan Pemangku. Tugas Pemangku berhubungan dengan pemujaan roh nenek moyang. Di samping itu Pemangku juga bertugas memelihara tempat-tempat suci, seperti pedewa’ atau kemali’. Tidak jarang seorang Pemangku juga berprofesi sebagai dukun (bahasa Sasak: belian).
    Dalam hal puasa, pemeluk Islam Waktu Telu tidak melaksakan ibadah puasa selama sebulan penuh melainkan hanya puasa tiga hari saja yakni pada saat permulaan bulan puasa, pada saat pertengahan bulan puasa, dan pada penghujung bulan puasa (Ramadan/Lebaran). Di samping ajaran-ajaran yang bersumber kepada Islam seperti disebutkan di atas, pemeluk Islam Waktu Telu juga menganut kepercayaan yang bersumber dari pra Islam yaitu pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang. Gunung Rinjani dianggap sebagai gunung yang suci tempat bersemayamnya para dewa dan roh-roh nenek moyang. Di Gunung Rinjani terdapat sebuah danau yang disebut danau Segara Anak. Air danau itu diyakini sebagai air yang suci dan dapat memberi berkah bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu disimpulkan bahwa Agama Islam Waktu Telu di Lombok merupakan perpaduan antara agama pra Islam, baik animisme/dinamisme, buhisme, maupun Hinduisme, dengan ajaran Islam sehingga menimbulkan ajaran baru yaitu Islam Waktu Telu yang oleh pemeluk Islam Waktu Lima dikatakan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya (Tawalinuddin Haris, 1978: 9-10; Monografi NTB, 1977: 80; Erni Budiwanti, 2000: 133-134).
    Terlepas dari adanya dua kelompok Islam di kalangan orang Sasak sebagaimana telah disinggung di atas, tulisan ini hanya bermaksud mangetengahkan bahwa masih banyak orang Sasak terutama dari kalangan petani, walaupun secara formal telah menyatakan diri sebagai pemeluk Islam akan tetapi masih teguh melaksanakan adat-istiadat mereka, baik adat yang berkaitan dengan gawe urip, gawe pati, maupun adat yang berhubungan dengan kesuburan alam atau keselamatan kehidupan manusia Sasak.

      oedi responded:
      Desember 17, 2013 pukul 3:20 am

      Wah saya dapat tambahan informasi tentang Lombok dan orang Sasak.. semakin memperkaya perbendaharaan ilmu..
      Terimakasih mas N. Argawa karena Anda telah bersedia memaparkan dengan begitu panjang dan jelas tentang Lombok dan orang Sasak nya.. semoga hal ini bisa menambah ilmu dan pengetahuan kita bersama, terlebih untuk lebih mencintai bangsa kita sendiri.. karena sejatinya bangsa kita dulu adalah bangsa yang sangat besar dan pernah berkali-kali memimpin dunia.. 🙂

    N. Argawa said:
    Desember 17, 2013 pukul 10:35 pm

    Terima kasih juga mas Oedi karena telah membaca tulisan saya yang saya tumpangkan pada blog mas Oedi. Saya pernah 11 tahun tinggal di Mataram-Lombok dan kini saya kembali ke tanah kelahiran saya di seberang. Berbicara tentang kelampauan Lombok termasuk masyarakat Sasak di dalamnya, adalah belantara yang menurut saya perlu dirajut, tentu dengan sumber-sumber yang sahih. Karena di blog ini ada artikel dan komentar-komentar ke arah itu, maka saya ikut nimbrung menyumbangkan hasil studi saya. Mudah-mudahan kita bisa berbagi dan sama-sama merajut kelampauan, kekinian, dan keakandatangan Lombok dan sasak sehingga menjadi sebuah karya yang indah.

      oedi responded:
      Desember 18, 2013 pukul 1:31 pm

      Iya mas Argawa, justru saya lah yang mesti berterimakasih karena sampeyan mau berbagi ilmu, lengkap dan jelas lagi… komentar dan masukan seperti yang sampeyan sampaikan inilah yang saya tunggu2, karena bisa banyak memberikan masukan dan semakin menyempurnakan tulisan ini.. bersyukur bisa dapat informasi dari orang yang memang pernah riset dan melakukan studi langsung di Lombok… 🙂
      Benar sekali mas Argawa, jika kita berbicara tentang sejarah Lombok itu ibarat sedang merajut benang yang kusut dulu, kita pun harus membuka simpul-simpul yang ada dan memilah-milah dengan teliti mana yang masih bisa di rajut kembali… karena data dan informasinya belum terarsipkan dengan baik, kalau pun ada biasa itu masih dalam bentuk lontar dan disimpan di rumah ketua adat setempat, bahasanya pun masih dalam bahasa asli orang Sasak… sulit dan jarang orang yang bisa mengakses data-data tersebut karena banyak syarat dan pantangan, bahkan disakralkan oleh sebagian masyarakatnya… hasilnya, sampai sekarang sejarah tentang kelampauan Lombok masih terahasia di kalangan terbatas saja..jarang sampai ke masyarakat umum, bahkan orang Lombok sendiri..
      Saya pun bukan orang Lombok apalagi Sasak mas, saya orang Jambi, tetapi tulisan ini sebenarnya saya buat karena permintaan dari seorang teman saya – yang sebenarya asli orang Sasak – untuk membuatkan artikel tentang sejarah Lombok.. katanya dia ingin lebih banyak tahu tentang sejarah kampung halamannya, seperti ketika membaca artikel saya tentang sejarah Jambi atau Yogyakarta…. Pada awalnya saya keberatan dg permintaan itu, namun setelah memandang arti pentingnya informasi ini, saya pun berusaha sebatas kemampuan saya… hingga pada akhirnya ter upload lah tulisan ini dalam blog yang sederhana ini.. dan alhamdulillah hingga kini masih sering mendapat masukan dan komentar.. 🙂
      Oh ya, sebelumnya saya minta maaf karena tidak minta izin dulu untuk memasukkan sebagian tulisan sampeyan, khususnya tentang Watu/Wektu/waktu Telu… karena menurut saya dengan tambahan informasi dari sampeyan, maka tulisan ini semakin lengkap dan sempurna… bahkan saya berharap kedepannya ada yg mau memberikan masukan lainnya, yang membangun untuk artikel ini… agar sejarah Lombok semakin jelas dan terasipkan.. 🙂
      Semoga kita semua saling bahu membahu, hilangkan perdebatan, agar sejarah yang tersembunyi bisa semakin terbentang luas, khususnya tentang Lombok.. 🙂

    mamat taliwang said:
    Desember 21, 2013 pukul 9:42 am

    Salam budaya ,
    Maaf niki smeton …tiang saq bute sejarah gumi sasak niki mohon kalau mungkin di blig pelungguh niki di kutipkan juga redaksi BABAD LOMBOK ( kalau pelungguh ada akses utk mendapatkannya tentu )
    Tiang rasa akan sangat berguna bagi tiang pelungguh yg ingin tahu tentang nenek moyang kita di gumi sasak niki…
    Demikian dari tiang ,matur tampi asih

      oedi responded:
      Desember 22, 2013 pukul 11:53 am

      Salam…
      Hmm… Ampuree tiang niki semeton… nang tiang ndeq mele cantumin tentang Babad Lombok, laguq tiang ndeqman bace saq lengkap Babad Lombok sino, ndeq ne kena munte tulis asal-asalan takut salaq sejarahne. Tiang endeng maaf…bareh muntiang wah bedoe data siq lengkap bau tiang upload eleq blog niki..
      Oke, matur tampi asih atas kunjungan side leq blog tiang, mugi-mugi bermanfaat.. 🙂

    nhurdhien said:
    April 14, 2014 pukul 8:13 am

    Terimakasih atas penjelasan tentang asal usul lombok,jdi wawasan tentang nenek moyang terungka sudah walau penjelasannya kurang detil.. Semangat terus tuk menggali asal usul lombok.!

      oedi responded:
      April 19, 2014 pukul 6:39 am

      Iya mas, terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Maaf kalau menurut Anda ini kurang detil, tolong maklumi karena memang terbatas dalam data2 yang ada…

    Panji Jayawardhana said:
    April 25, 2014 pukul 1:23 pm

    Assalamu’alaikum wr wb
    Saya ingin meluruskan beberapa point sejarah yg sprtnya sdh dibelokkan, sy akan memulainya dari “Islam Watu Telu”, ajaran ini dibawa oleh para murid dan pengikut Syech Siti Jenar, bisa dilihat penggalan sejarahnya disini : http://pustaka.islamnet.web.id/Bahtsul_Masaail/Biografi/SITI%20JENAR/Buku%207%20(Suluk%20Malang%20Sungsang)%20Konflik%20dan%20Penyimpangan%20Ajaran%20Syaikh%20Siti%20Jenar/18.%20Buah%20Dalima%20dan%20Makna-Makna.html yg menyebarkan ajaran Ilmu Kesejatian tsb adalah murid2 dari Syech Siti Jenar yg bernama : Sunan Pengging, beliau adalah putra dari Ki Ageng Pengging Sepuh (Prabu Natha Girindrawardana Dyah Ranawijaya / Brawijaya VI) hasil pernikahannya dgn Ratu Ratna Pembayun (Pewaris Tahta Majapahit / Putri Brawijaya V), beliau adalah seorang Pendita Shywa Budha, beliau menyebarkan ajaran tsb dibantu oleh Danghyang Nirartha (Pangeran Sangupati) yg juga merupakan murid dari Syech Siti Jenar, Sunan Pengging ini memiliki nama panggilan lain yakni Ida Dewa Bethara Danghyang Pringga, beliaulah pendiri Kerajaan Pujut dan bersama2 Pangeran Sangupati mendirikan Masjid tertua di Gunung Pujut dan Bayan, beliau datang ke Lombok pada tahun 1515 M, merekalah cikal bakal penyebaran ajaran “Islam Watu Telu” di Lombok, jadi bukan Sunan Prapen yg menyebarkannya, sbb Sunan Prapen belakangan dia datang, masa pemerintahan Sunan Prapen itu dari th 1548 – 1605, sedangkan Sunan Pengging dan Pangeran Sangupati dtg thn 1515 M, utk info selengkapnya bisa hub email kami di : lordbumi@gmail.com

      oedi responded:
      April 30, 2014 pukul 7:01 am

      Wa`alaikumsalam..
      Terimakasih atas kunjungan dan informasinya.. Hmm.. akan saya cek kembali kebenarannya, karena info ini tidak umum yang diketahui banyak orang… 🙂

        gaouts said:
        Juli 7, 2014 pukul 3:54 pm

        mas ada nomer hp atau emailnya?

    Gustie Ssumekah said:
    Juli 10, 2014 pukul 10:54 pm

    Nyuwun ngapunten kangmas.
    saya sangat mengapresiasi njenengan mengangkat artikel tentang budaya dan sejarah kearifan lokal khususnya pulau Lombok. tapi adapun beberapa hal yang patut di ketahui yaitu :
    bahwa menyatakan ada 2 golongan agama
    pertma pengikut wetu telu dan kedua waktu lima.
    yg ingin saya jelaskan dan tekankan disini bahwa wetu telu niku prosesi atau urutan mulai nya mahluk hidup di dunia ini ada 3 fase yaitu tumbuh(tiok), bertelur (nelok), dan melahirkan (nganak). menurut wawancara yg sudah saya lakukan dengan beberapa tokoh yg ada di daerah Bayan Lombok utara yaitu basis utama wetu telu ini, menyatakan bahwa wetu telu itu bukanlah sebagai aliran atau kepercayaan yg d anut. melainkan cara ato ritual ritual, dewasa ini penduduk muslim yg masi melakukan ritual ini juga melakukan syari’at islam secara utuh sesuai yg d ajarkan junjungan kita Kanjeng Nabi Rosullullah SAW . oleh itu masyarakat adat teng meriku tidak bisa di hilangkan dari merka karena itu sudah menjadi identitas mereka, memang bnyak spekulasi tentang apakah wetu telu itu, kbnyakan akan berkata itu adalah kepercyaan yg belum sempurna.

    matursembahnuwun atas partisipan njengenan,
    untuk mendapatkan informasi yg falid alangkah baiknya kita langsung saja menjadi pelaku di dalamnya, agar lebih mengetahui lebih tentangnya.

    L.nova sasaka Muliaraya Halba said:
    Juli 16, 2014 pukul 4:20 am

    nice mas,.,
    an de bau jaq tg nunasan kumpulan tg sejarah” sakre kerajaan terdahulu,,adeq saq taoq asal usul belok papuk balok tg

      dodol said:
      Agustus 26, 2014 pukul 5:33 am

      lamun tiang dengah leman para sesepuh atau dengan toak sak olek sakre atau desa lain, para menak-menak lek lombok timur niki sebenanrnya banyak berasal dari desa kesik terutama apa nama kampungya itu,, cuma jarang orang mengetahui, karena doelu para menak2 yang dikesik itu pada pergi atau rarut dalam bahasa sasak karena pergerakan penjajah saat itu bahkan mereka menyembunyikan gelar menaknya seperti gelar raden, dan sampai sekarang keturunan raden yang dikesik itu mereka tidak menggunakan gelar raden pada namanya atau dikeluarganya padahal mereka tau kalau mereka dari keturunan raden,

      miz said:
      Agustus 26, 2014 pukul 5:34 am

      betul khairunnisa lalu dan baiq itu adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan dikerajaan yang ada dilombok, kalau para raja dan keluarganya gelarnya adalah raden semua, cuma dilombok banyak orang yang bergelar raden atau keturunan raden tapi tidak memunculkan gelar tersebut untuk khalayak umum cukup diketahui anggota keluarga saja, dan atau orang sesepuh yang mengetahui silsilah keluarga tersebut

        Lidia Dia Za said:
        September 2, 2014 pukul 7:55 am

        kalau mengenai dimana tempet sumber tokoh busana adat lomboknya dimana ya,,soalnya saya mau neliti tentang busana adatnya

    ihsan said:
    September 6, 2014 pukul 1:42 pm

    ijin copas om

    Rata Wijaya said:
    September 7, 2014 pukul 12:46 pm

    Assalam Mas Oedi, mungkin saya telat baca tulisan ini namun alhamdulillah menambah rajutan sejarah yang coba tiang telusuri, tiang dari Pujut, menurut sejarah versi tetua kami disini, kami merupakan Blasteran Jawa Majapahit dengan Klungkung.. sebagaimana fenomena yang kebanyakan terjadi termasuk diLombok, semua mengakukan diri, dan dalam hal ini semua Merasa paling tinggi, paling dulu paling memiliki Lombok niki. mohon kalau ada yang punya data Banjir Besar yang pernah Menenggelamkan sebagian Besar wilayah Lombok Niki. trims,

      dodol said:
      September 15, 2014 pukul 6:11 am

      mas rata wijaya mau tanya ya, mas rata wijaya niki ada pake nama raden atau lalu seperti itu?atau tidak memakai sama sekali gelar tersebut..matur nuwun/tampiasih

    Adi Cc (@KusmayadiUula) said:
    Oktober 29, 2014 pukul 12:11 am

    artikel yang sangat bagus mas oedi.. (y) (y) (y)
    saya jadi lebih mengenal asal usul kota kelahiran jadinya 😀
    keren99x

    ahmad iqbal said:
    Oktober 29, 2014 pukul 2:57 pm

    mas dalam ini kerajaan bali cuman bisa masuk sampai lombok barat aja dia kalah diperbatasan yaitu pelabuhan ampenan dulu dia tidak masuk sampai lombok tengah dan lombok timur kerajaan bali kalah diperbatasan atau pelabuhan ampenan yang ampe artinya siasat dan nan berati benang yang digunakan leluhur kita dulu mkanya ampenan sekarang diabadikan dimataram saya tambahkan sedikit mas…………………….

    rafa said:
    Oktober 30, 2014 pukul 12:38 pm

    Dari sekian banyak tempat atau Desa yang memiliki kisah atau sejarah berarti buat masyarakat Pulau Lombok,Desa Sesela Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat adalah desa yang menyimpan kisah unik.
    Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Desa ini adalah terdapatnya sumur di teras masjid Nurussalam

    Masjid Nurrussalam yang sumurnya tidak pernah mengalami kekeringan, bahkan sumur ini beberapa kali memuntahkan air hingga kepermukaan tanah.

    Dari penuturan seorang warga Sesela yang sudah menyaksikan peristiwa itu, sumur tersebut akan memuntahkan airnya kepermukaan apabila ada peristiwa peristiwa besar, “ia menuturkan itu kejadian itu pernah terjadi pada waktu terjadinya peristiwa kerusuhan tahun 1999 silam”.

    Bahkan masyarakat mempercayai apabila meminum air sumur tersebut selama tiga bulan berturut turut maka ia akan mendapatkan jodohnya.

    Selain memiliki sumur, desa Sesela juga memiliki makam keramat yang masih dikunjungi oleh peziarah baik dalam maupun dari luar pulau Lombok.

    Sejarah desa ini berdiri pada tahun 1880 yang merupakan desa tertua di Kabupaten Lombok Barat.
    Asmuni, Kepala Desa setempat menuturkan “Sesela” dari bahwasa jawa kuno “se” yang berarti yang artinya adalah satu atau pertama, dan “sela” yang berarti batu sehingga jika digabungkan akan menjadi “batu pertama”.

    Di lanjutkannya dahaulu desa Sesela adalah desa yang makmur dan besar hal itu dikuatkan dengan berdirinya Masjid Jami’ Nurussalam tempat terdapatnya sumur yang airnya tidak pernah mengalami kekeringan.

    ori cleopatra stratan said:
    November 11, 2014 pukul 1:18 am

    jadi lebih tau tentang asal muasal lombok

      oedi responded:
      November 18, 2014 pukul 6:52 am

      Syukurlah kalau gitu.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    queen alona said:
    November 18, 2014 pukul 11:51 am

    wah mantab bang..walaupun jujur aja agak susah buat berani nulis apalagi bercerita tentang sejarah lombok karena tabu dulu mas, itu terkait dengan silsilah keluarga yg pernah saling konflik karena lombok sebenarnya banyak bangsawan dan gelar kebangsawanan, keturunan dari mana berasalnya juga ga ada yang berani mengklaim secara gamblang..tapi dengan era saat ini semoga keterbukaan informasi dan dosa2 masa lalu adalah pelajaran untuk kedepan.. bagaimana dengan sejarah jawa yg berdarah2 juga tapi mereka bisa move on..loq sasak lombok masih tabu karena ini terkait dengan wktu pernikahan mas..tapi seneng deh ternyata banyak yg mau membuka diri..dulu aku pernah diserang gara2 berani berbicara tentang sejarah lombok berdasarkan disertasi van der kran, buku dutch in west dan buku kupu2 kuning melintas selat lombok (tulisan anak agung dari bali), saat itu aku dapat ketiga buku itu secara underground karena dianggap tabu padahal itu adalah karya ilmiah ilmu etnografi dan catatan sejarah perjalanan seorang letnan belanda yang bertugas di bali kemudian ke lombok kalau ga salah pada saat itu belanda sedang perang melawan imam bonjol (perang paderi)… bravo mas..kapan2 kita coba pelagak lekong belah lagi..

      oedi responded:
      November 20, 2014 pukul 6:38 am

      Okey mbak, Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya.. moga bermanfaat.. 🙂
      Hmm… iya sih, kalau dulu memang tabu kalau menceritakan sejarah Lombok, banyak yang keberatan karena di masa lalu ada pertikaian dan peperangan yang menyedihkan.. Tulisan ini saya upload di blog ini juga atas desakan beberapa teman saya yang asli orang Lombok. Awalnya saya diminta untuk sedikit menggali sejarah Lombok dengan tujuan agar banyak generasi muda, khususnya Lombok untuk tidak melupakan sejarah mereka sendiri.. Ya karena latar balakang itulah saya mencoba dan memberanikan diri untuk menulis artikel ini, tentunya dengan banyak kekurangannya.. tapi setidaknya ada satu gambaran yang sederhana tapi jelas tentang sejarah di tanah Lombok…
      Seeplah.. pokoknya kita tetap semangat ajalah mbak, walau banyak yang kontra.. tetap jalan aja karena tujuan kita kan baik, dan kalau banyak kekurangan atau bahkan kesalahan ya mohon maklum, namanya juga sedang menggali sejarah masa lalu, tentu tidak akan terlepas dari pro kontranya, dan itu hal yang biasa.. 🙂

    arjuna said:
    Desember 4, 2014 pukul 9:33 pm

    aku orang malaysia..keturunan dan bcampur2,arab ,melayu,pakistan,dan mcm2 lg,cari2 rupa nya asal aku orng lombok,gimana
    ya,nak pergi ke lombok,rindunya tanah air nenek moyang ku…

    […] Sejarah dan asal usul lombok | perjalanan cinta […]

    […] Sejarah dan asal usul lombok | perjalanan cinta […]

    sejarah asal usul daerahReferensi Sejarah | Referensi Sejarah said:
    Desember 12, 2014 pukul 10:06 pm

    […] Sejarah dan asal usul lombok | perjalanan cinta […]

    […] Sejarah dan asal usul lombok | perjalanan cinta […]

    laporan perjalanan ke bali 2010 | PDF Finder said:
    Januari 7, 2015 pukul 10:00 pm

    […] di lombok selatan dimana raja pertamanya bernama pangeran Sangepati. Dia dtg ke lombok … Download Sejarah dan Asal usul Lombok | Perjalanan Cinta | […]

    laporan perjalanan singkat dan jelas | PDF Finder said:
    Januari 7, 2015 pukul 11:30 pm

    […] Jika Anda merasa kurang sreg dengan data2 yang ada di tulisan ini, sebelumnya saya minta … Download Sejarah dan Asal usul Lombok | Perjalanan Cinta | […]

    Lalu Makwe said:
    Februari 3, 2015 pukul 8:14 am

    siip akhir.a sejarah lombok ada juga
    By:Mataram

    love ayeen said:
    April 14, 2015 pukul 10:16 am

    sangat bagus..biarpun sya org Malaysia..tapi sy jatuh cinta sama org lombok..heee

      oedi responded:
      April 15, 2015 pukul 2:01 pm

      Syukurlah kalau gitu, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. sebenarnya Indonesia dan Malaysia itu sama, sama-sama satu bangsa yang besar, yaitu Nusantara.. 🙂

        putrianjani said:
        Mei 19, 2015 pukul 5:44 pm

        Nulis lagi mas

        oedi responded:
        Mei 20, 2015 pukul 7:46 am

        Hmmm.. maksudnya apa mbak? saya emang terus menulis, tapi untuk bahasan lainnya… 🙂

    ram said:
    Agustus 13, 2015 pukul 8:57 am

    assalamualakum, saya dari malaysia, terjumpa blog ini ketika mencari pasal info berkenaan haji batu atau dikenali sebagai Muhammad Ali Batu Bangke Ilang Sabil…mengikut cerita, saya dari keturunannya..cuma tak begitu pasti sebab saya mengenali moyang saya adalah orang bugis..tapi bila dibuat penelitian , haji batu ini pernah bermukim /berkampung di lombok, sakra , lombok timur…kalau ada sesiapa yang mampu membantu boleh email saya ke alphazulutechnology@gmail.com

    LOMBOK INDAH | daengrahim said:
    Oktober 6, 2015 pukul 3:54 am

    […] Sejarah dan Asal usul Lombok […]

    pembodohan sejarah said:
    November 13, 2015 pukul 5:26 pm

    kami pernah mengadakan seminar selama 3 hari di mataram, melibatkan pemuka adat ,budayawan se lombok, seminar ini bertajuk ” meluruskan sejarah lombok”, hasil seminar 70% tidak mufakat (tidak sesuai harapan) karena antara babad lombok, babad praye,babad sakre ,babad babad yang lain sebagian besar alur ceritanya,waktu ,nama tokoh dan tempat peristiwa tidak saling mendukung ,karena mungkin babad di tulis/di buat oleh satu kelompok,kerajaan,orang yang sudah barang tentu akan meninggikan sejarah,budaya,keturunan di pihaknya dan mengecilkan yg lain, begitu juga dg babad yg lain (orang lombok akan mengerti akan sifat itu, kalau mau jujur) itu lah yg menjadi kendala meluruskan sejarah lombok, saya pribadi yg pernah membaca/mendengar cerita 3 babad dari beberapa babad yg ada di lombok 80% tidak sama seperti artikel yg saudara buat, tapi keep posting…bagus juga untuk bahan perbandingan.. terimakasih

    Mimosa pudiqa said:
    Agustus 15, 2016 pukul 8:25 am

    Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
    Mas mau tanyak klk memang bener orang sasak berasal dari jawa kok bahasanya berbeda……
    Tolong dijelasakan

      habib abdul karem raw said:
      September 10, 2016 pukul 10:23 am

      assalamualaikum wr.wb.

      Suku sasak sudah berdiri jauh sebelum masehi dan lombok sudah di huni oleh para Waliyullah dan Para Nabi. Sejak Nabi Adam as

      Sebelum zaman nabi adam as di turunkan lombok juga sudah di huni Makluk Allah Rijalullah dan Rijal ghaib

      Semua manusia asalnya dari keturunan Lombok yang di sebar ke seluruh dunia

      Nabi dan Waliyullah juga di sebar ke seluruh dunia

      Ratu Adil Nanti juga ada di Lombok
      semua sudah tertulis di kitab rinjani dalam

      Untuk tahu Lombok dan rahasianya
      haruslah Waliyullah yang sering rapat bersama para waliyullah

      Dahulu ada yang bisa ceritakan datok ahmad teretet, beliau salah satu waliyullah yang sering ada di rinjani dan bisa tahu kerajaan di lombok

      Waliyullah lainnya yang tahu aslinya lombok adalah Waliyullah Ali Batu, Waliyullah Batu Layar, Waliyullah Arsyad Mamben daya.

      Hanya Saja Para Waliyullah tidak menceritakan ke umum.

      Khusus keluarga saja dan paling ke santri terdekat

      Termasuk 9 walisongo di tugaskan dari RINJANI lombok

      Di setting dari timur tengah padahal aslinya di Pimpin dan di tugaskan sama Wali Induk di Lombok

      Penasaran nggak gan ???

      Kalo penasaran jadi lah waliyullah nanti akan membenarkan kisah ini

      kisah asli lombok akan di sembunyikan sampai kapanpun kecuali hanya para waliyullah yang boleh tahu

      Salam
      Keturunan Rinjani
      085337609896

    […] [ii] Paparan pada artikel diakses pada tanggal 27/10/2016 dari laman https://oediku.wordpress.com/2010/12/29/sejarah-dan-asal-usul-lombok/ […]

    Budhi Sidarta Gautama said:
    Februari 23, 2017 pukul 7:43 pm

    Saya Budhi Sidarta Gautama Bangga dalam tubuh ini punya darah keturunan Lombok dan Bali

    Fen said:
    Juli 5, 2017 pukul 4:21 pm

    Assalamualaikum, Trimakasih atas tulisannya. Mohon maaf bertanya,” Apakah ada sumber yang menjelaskan tentang Kerajaan Medain dan Kerajaan Kuripan? Karena kedua kerajaan ini sepertinya tidak pernah terdengar, tetapi memiliki keterkaitan antara wilayah Kediri, Narmada, dan lingsar? Kerajan tersebut memiliki bukti fisik berupa makam raja dan bebrapa patihnya. Namun kerajan terssebut hanya tinggal cerita dari orang tua.

      oedi responded:
      Juli 7, 2017 pukul 9:37 am

      Wa`alaikumsalam..
      Terima kasih mas/mbak Fen atas kunjungan dan dukunganya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmmm… Maaf, tentang kedua kerajaan itu saya tidak punya data dan informasinya, belum menelusurinya.. Tahu namanya saja dari sampeyan. Tapi jika melihat namanya, apakah mungkin Kerajaan Medain itu sama dengan kerajaan Medang yang pernah ada di Jawa Tengah dan Kuripan itu sama dengan Kahuripan yang pernah ada di Jawa Timur??

    rahman said:
    Juli 30, 2017 pukul 8:29 am

    Ass meton, sy sngat snang membca artikel yg seperti ini, lebih lebih apabila ada artikel yg menjabarkan sejarah lombok scr terperinci, dari zaman sbelum masehi sampai skrg, sy adalah yg termasuk orang mungkin diantara banyak orang sasak yg merindukan sejarah org sasak secara terperinci, dari mana sebenarnya asal usulnya, contoh coba kaitkan dari nabi adam, disini ada mata rantai yg terputus mengenai asal usul kita, apakah benar kita berasal dari orang mataram yg berlayar lurus ke timur atau ada yg lain, coba kita lihat bahasa yg di gunakan di lombok yaitu bhs sasak tapi ada beberapa dialek, ini sebenarnya perlu di kaji kenapa penuturan bhs kita berbeda padahal kita sama sama orang sasak, ini sy blm mnmukan jwbannya. Sy senang sekali dg artikel sprti ini, ini artinya mash banyak org sasak yg peduli dg sejarah dan asal usulnya, dan lbih membahagiakan lgi jika ada penelitian bersama yg mengkaji asal usul orang sasak scra mendalam apakah benar kita bersal dri jawa atau yg lain. Semoga ada penelitian yg lbih dalam mengenai asal usul kita. Trm kasih

      oedi responded:
      Juli 31, 2017 pukul 12:43 am

      Wa’alaikumsalam..
      Terima kasih juga mas Rahman atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Ya saya berharap semoga ada yg terus menggali, menuliskan dan mau berbagi info yg lebih detil ttg sejarah panjang orang Sasak.. Kalo saya pribadi masih blm menemukannya..

    Syahroni said:
    Oktober 18, 2017 pukul 7:56 pm

    Terima kasih atas upayanya membangun cerita tentang Lombok dgn suku Sasaknya..mengulas sejarah tentang Lombok ibarat mengurai benang kusut..dengan tidak adanya bukti sejarah yang masih otentik berupa sisa sisa suatu kerajaan..sejarah tentang lombok sendiri masih menjadi suatu perdebatan dikalangan orang Lombok sendiri..
    Terkadang suatu cerita dari Nara sumber tidak mewakili Lombok secara keseluruhan.. karena setiap desa atau wilayah di Lombok mempunyai cerita tersendiri tentang Lombok..baiknya di ulas kembali.. insyaallah sy siap membantu dengan foto2 zaman dulu yang masih tersimpan dgn sedikit cerita dari sebuah cerita.. terima kasih..

      oedi responded:
      Oktober 19, 2017 pukul 3:52 am

      Terima kasih juga mas Syahroni atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Ttg sejarah Lombok, kita lihat nanti aja mas, terima kasih atas niat dan kesediaannya utk membantu.. Tapi maaf skr saya sedang fokus dg hal yg lain dulu.. Mungkin lain kali.. 🙂

    Sejarah & asal usul lombok | balungurankadap said:
    Desember 11, 2017 pukul 10:13 pm

    […] melalui Sejarah dan Asal usul Lombok — Perjalanan Cinta […]

    sangke langit said:
    Februari 28, 2018 pukul 2:04 am

    Bagi saya sejarah lombok masih belum terungkap……abad dan tahun harus real dengan bukti yg nyata….Dan mengungkap sejarah saat ini tidk gampang….. karna apa yg kita terima/dapat untuk di jadikan acuan sejarah baik it dari cerita,babad,silsilah semua itu 99%bohong 1% yang benar…. karna semua itu sudah banyak di kaburkan oleh org2 yg punya kepentingan di masa itu…apa lagi saat ini di Tiap desa sudah punya Babad masing2…..dengan versi berbeda2….

      oedi responded:
      Februari 28, 2018 pukul 7:44 am

      Oooo gitu ya.. trus menurut Anda mana yg benar 100% itu? Bolehlah kami dikasih tau, sepertinya mas/mbak Sangke Langit sudah punya dan mau berbagi disini… 🙂

    Masitah Masirun said:
    Juli 21, 2019 pukul 1:22 am

    Assalamualaikum, saya Masitah binti Masirun..saya minta keizinan untuk copy berkenaan sejarah dan asal usul Lombok. Terima kasih diatas info ini, sangat bermanfaat sebagai pengetahuan.

      Harunata-Ra responded:
      Juli 21, 2019 pukul 3:41 am

      Wa`alaikumsalam…
      Oh silahkan saja di copy mbak Masitah.. semoga bermanfaat.. 🙂
      Dan terima kasih juga karena sudah mau berkunjung di blog ini.. 🙂

    Zheelaya Lombok Tour said:
    Juli 21, 2019 pukul 8:41 am

    […] dan Asal usul Lombok Sejarah dan Asal usul Lombok Facebook Twitter WhatsApp Email Print […]

    […] Sejarah Asal Usul Lombok […]

    sule epol said:
    September 12, 2019 pukul 9:34 am

    izin copy

      Harunata-Ra responded:
      September 13, 2019 pukul 2:12 am

      Silahkan saja mas Sule, tapi tolong ttp disertakan sumbernya.. 🙂

Tinggalkan Balasan ke SUBHAN Batalkan balasan