Sejarah dan Asal Muasal Propinsi Jambi

Posted on Updated on

Kali ini saya ingin mengajak Anda sekalian untuk menelaah lebih jauh tentang Propinsi Jambi. Sebuah wilayah yang sejak dulu telah menjadi pusat Melayu di pulau Sumatra. Tujuannya tiada lain hanya untuk kembali membangkitkan nilai nasionalisme dan kepercayaan diri bangsa ini, dengan mengenang dan mengambil nilai-nilai luhur yang pernah mereka wariskan.

1. Pendahuluan
Di Swarnadwipa (pulau emas) atau Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi (1500-1901 M). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan dua kerajaan Hindu-Buddha pra-Islam. Sekitar abad ke 6 – awal 7 M, berdiri Kerajaan Melayu (Melayu Tua) yang terletak di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari, Jambi). Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awal abad ke 7 M dan lagi pada abad ke 9 M, Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China (Wang Gungwu 1958; 74). Kerajaan ini bersaing dengan Sri Wijaya untuk menjadi pusat perdagangan.

Letak Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu yang akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro Jambi, sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Buddha sebagaimana catatan dari pendeta China I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671 M. Ia belajar di Sri Wijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 Masehi bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Buddha. Saat itulah ia menuulis bahwa Kerajaan Malayu kini telah menjadi bagian dari Sri Wijaya.

Setelah Sri Wijaya mulai pudar di abad ke 11 Masehi, ibu negeri dipindahkan ke Jambi (Wolters 1970: 2). Inilah Kerajaan Melayu (Melayu Muda) atau Dhamasraya yang berdiri di Muara Jambi. Sebagai sebuah bandar yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan kayu-kayuan. Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan pedang. Dari Cina, sutera dan benang emas, sebagai bahan baku kain tenun songket (Hirt & Rockhill 1964; 60-2). Tahun 1278 Ekspedisi Pamalayu dari Singosari di Jawa Timur menguasai kerajaan ini dan membawa serta putri dari Raja Malayu untuk dinikahkan dengan Raja Singosari. Hasil perkawinan ini adalah seorang pangeran bernama Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan sebagai Raja Malayu. Pusat kerajaan inilah yang kemudian dipindahkan oleh Adityawarman ke Pagaruyung (pedalaman Minang atau Suruaso) dan menjadi raja pertama sekitar tahun 1347 M. Kemudian di abad ke 15, Islam mulai menyebar di Nusantara.

2. Kesultanan Jambi
“Tanah Pilih Pesako Betuah”. Seloka ini tertulis di lambang Kota Jambi. Dimana menurut orang tua-tua pemangku adat Melayu Jambi, kononnya Tuanku Ahmad Salim dari Gujarat (India) berlabuh di selat Berhala, Jambi dan mengislamkan orang-orang Melayu disana. Beliau bernama lengkap Syeikh Ahmad Salim bin Syeikh Sultan Al-Ariffin Sayyid Ismail. Beliau masih keturunan dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.

Di tempat baru ini, ia membangun pemerintahan baru dengan dasar Islam, bergelar Datuk Paduko Berhalo dan menikahi seorang putri dari Minangkabau bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka dikurniakan empat orang anak, kesemuanya menjadi datuk wilayah sekitar kuala tersebut. Adapun putra bungsu yang bergelar Orang Kayo Hitam berniat untuk meluaskan wilayah hingga ke pedalaman, jika ada tuah, membangun sebuah kerajaan baru. Maka ia lalu menikahi anak dari Temenggung Merah Mato bernama Putri Mayang Mangurai. Oleh Temenggung Merah Mato, anak dan menantunya itu diberilah sepasang Angsa serta Perahu Kajang Lako. Kepada anak dan menantunya tersebut dipesankan agar menghiliri aliran Sungai Batanghari untuk mencari tempat guna mendirikan kerajaan yang baru itu dan bahwa tempat yang akan dipilih sebagai tapak kerajaan baru nanti haruslah tempat dimana sepasang angsa bawaan tadi mau naik ke tebing dan mupur (berdiam) di tempat tersebut selama dua hari dua malam.

Setelah beberapa hari menghiliri Sungai Batanghari kedua angsa naik ke darat di sebelah hilir (Kampung Jam), kampung Tenadang namanya pada waktu itu. Dan sesuai dengan amanah mertuanya, maka Orang Kayo Hitam dan istrinya Putri Mayang Mangurai beserta pengikutnya mulailah membangun kerajaan baru yang kemudian disebut “Tanah Pilih”, dijadikan sebagai pusat pemerintahan kerajaannya (Kota Jambi) sekarang ini.

3. Asal Nama “Jambi”
‘Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang berarti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan yang baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.

Namun dari penjelasan di atas, ada versi lain yang menyebutkan bahwa kata Jambi itu justru berasal dari bahasa Arab yang di tulis dalam tulisan Arab (huruf Hijaiyah) dengan makna sahabat akrab. Demikian info dari teman bloger saya yang bernama Ridcho:

“Berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad ke 7 s.d. abad ke 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Disini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi secara akrab.

Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab yang secara harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.”

Demikianlah pendapat yang kedua, dengan alasan jika memang dulunya Orang Kayo Hitam menyebut pinang dengan kata jambe seharusnya putri pinang masak itu namanya Putri Jambe Masak. Jadi menurut saya (pendapat teman bloger saya yang bernama M.Isa. Ansyori) kata jambi itu bukannlah diambil dari bahasa Jawa, mengingat hingga sekarang masyarakat Jambi dari dulu tetap menyebut pinang dengan istilah pinang, tidak pernah menyebutnya dengan kata jambe, kecuali orang Jawa yang sudah tinggal di Jambi yang menyebutnya dengan kata jambe.

4. Keris Siginjai
Hubungan Orang Kayo Hitam dengan Tanah Jawa digambarkan dalam cerita orang tuo-tuo yang mengatakan bahwa Orang Kayo Hitam pergi ke Majapahit untuk mengambil Keris bertuah, dan kelak akan menjadikannya sebagai keris pusaka Kesultanan Jambi. Keris itu dinamakan ‘Keris Siginjai’. Keris Siginjai terbuat dari bahan-bahan berupa kayu, emas, besi dan nikel. Keris Siginjai menjadi pusaka yang dimiliki secara turun temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama 400 tahun, keris Siginjai tidak hanya sekedar lambang mahkota kesultanan Jambi, tapi juga sebagai lambang pemersatu rakyat Jambi.

Gambar 1. Foto: Keris Siginjai

Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke 20. Selain keris Siginjai, ada sebuah keris lagi yang dijadikan mahkota kerajaan yaitu keris Singa Marjaya yang dipakai oleh Pangeran Ratu (Putra Mahkota). Pada tahun 1903M Pangeran Ratu Martaningrat keturunan Sultan Thaha yang terakhir menyerahkan keris Singa Marjaya kepada Residen Palembang sebagai tanda penyerahan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menyimpan Keris Siginjai dan Singa Marjaya di Museum Nasional (Gedung Gajah) di Batavia (Jakarta).

5. Slogan Jambi: “Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah”

Gambar 2. Foto: Logo Propinsi Jambi

Seloka ini tertulis di lambang Propinsi Jambi, menggambarkan luasnya wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang merangkumi sembilan lurah dikala pemerintahan Orang Kayo Hitam, yaitu : VIII-IX Koto, Petajin, Muaro Sebo, Jebus, Aer Itam, Awin, Penegan, Miji dan Binikawan. Ada juga yang berpendapat bahwa wilayah Kesultanan Jambi dahulu meliputi 9 buah lurah yang dialiri oleh anak-anak sungai (batang), masing-masing bernama : 1. Batang Asai 2. Batang Merangin 3. Batang Masurai 4. Batang Tabir 5. Batang Senamat 6. Batang Jujuhan 7. Batang Bungo 8. Batang Tebo dan 9. Batang Tembesi. Batang-batang ini merupakan Anak Sungai Batanghari yang keseluruhannya itu merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi.

6. Senarai (silsilah) Sultan Jambi (1790-1904)
1). 1790 – 1812 Mas’ud Badruddin bin Ahmad Sultan Ratu Seri Ingalaga
2). 1812 – 1833 Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga
3). 1833 – 1841 Muhammad Fakhruddin bin Mahmud Sultan Keramat
4). 1841 – 1855 Abdul Rahman Nazaruddin bin Mahmud
5). 1855 – 1858 Thaha Safiuddin bin Muhammad (1st time)
6). 1858 – 1881 Ahmad Nazaruddin bin Mahmud
7). 1881 – 1885 Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman
8). 1885 – 1899 Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad
9). 1900 – 1904 Thaha Safiuddin bin Muhammad (2nd time)
10). 1904 Dihancurkan Belanda

7. Provinsi Jambi
Wilayah propinsi Jambi hari ini pun terbagi atas 1 Bandar Ibukota (Jambi) dan 9 daerah – mungkin agar sesuai seloka adat tadi-. Tetapi nama daerahnya telah bertukar, Yaitu :
1). Muara Jambi – beribunegeri di Sengeti
2). Bungo – beribunegeri di Muaro Bungo
3). Tebo – beribunegeri di Muaro Tebo
4). Sarolangun – beribunegeri di Sarolangun Kota
5). Merangin/Bangko – beribunegeri di Kota Bangko
6). Batanghari – beribunegeri di Muara Bulian
7). Tanjung Jabung Barat – beribunegeri di Kuala Tungkal
8). Tanjung Jabung Timur – beribunegeri di Muara Sabak
9). Kerinci – beribunegeri di Sungai Penuh

Pada akhir abad ke 19, di daerah Jambi terdapat kerajaan atau Kesultanan Jambi. Pemerintahan kerajaan ini dipimpin oleh seorang Sultan dibantu oleh Pangeran Ratu (Putra Mahkota) yang mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan Badan Pemerintahan Kerajaan.

Wilayah administrasi Kerajaan Jambi meliputi daerah-daerah sebagaimana tertuang dalam adagium adat “Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo” yang artinya: Pucuk yaitu ulu dataran tinggi, sembilan lurah yaitu sembilan negeri atau wilayah dan batangnya Alam Rajo yaitu daerah teras kerajaan yang terdiri dari dua belas suku atau daerah.

Secara geografis keseluruhan daerah Kerajaan Jambi dapat dibagi atas dua bagian besar yakni:
* Daerah Huluan Jambi: meliputi Daerah Aliran Sungai tungkal Ulu, Daerah Aliran Sungai jujuhan, Daerah Aliran Sungai Batang Tebo, Daerah Sungai Aliran Tabir, daerah Aliran Sungai Merangin dan Pangkalan Jambu.
* Daerah Hilir Jambi : meliputi wilayah yang dibatasi oleh Tungkal Ilir, sampai Rantau Benar ke Danau Ambat yaitu pertemuan Sungai Batang Hari dengan Batang Tembesi sampai perbatasan dengan daerah Palembang.
* Sebelum diberlakukannya IGOB (Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengewesten), yaitu peraturan pemerintahan desa di luar Jawa dan Madura, di Jambi sudah dikenal pemerintahan setingkat desa dengan nama marga atau batin yang diatur menurut Ordonansi Desa 1906. Pada ordonansi itu ditetapkan marga dan batin diberi hak otonomi yang meliputi bidang pemerintahan umum, pengadilan, kepolisian, dan sumber keuangan.
* Pemerintahan marga dipimpin oleh Pasirah Kepala Marga yang dibantu oleh dua orang juru tulis dan empat orang kepala pesuruh marga. Kepala Pesuruh Marga juga memimpin pengadilan marga yang dibantu oleh hakim agama dan sebagai penuntut umum adalah mantri marga. Di bawah pemerintahan marga terdapat dusun atau kampung yang dikepalai oleh penghulu atau kepala dusun atau Kepala Kampung.
* Pada masa pemerintahan Belanda tidak terdapat perubahan struktur pemerintahan di daerah Jambi. Daerah ini merupakan salah satu karesidenan dari 10 karesidenan yang dibentuk Belanda di Sumatera yaitu: Karesidenan Aceh, Karesidenan Tapanuli, Karesidenan Sumatera Timur, Karesidenan Riau, Karesidenan Jambi, Karesidenan Sumatera Barat, Karesidenan Palembang, Karesidenan Bengkulu, Karesidenan Lampung, dan Karesidenan Bangka Belitung.
* Khusus Karesidenan Jambi yang beribu kota di Jambi dalam pemerintahannya dipimpin oleh seorang Residen yang dibantu oleh dua orang asisten residen dengan mengkoordinasikan beberapa Onderafdeeling. Keadaan ini berlangsung sampai masuknya bala tentera Jepang ke Jambi pada tahun 1942.
* Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari.
* Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain. Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang menyatakan bahwa suku ini merupakan keturunan dari percampuran suku Wedda dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid.

Gambar 3. Foto: Suku Anak Dalam (Suku Kubu)

* Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan “jinak” diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan yang disebut “liar” adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.
* Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa (Rio), dibantu oleh mangku, canang, dan tua-tua tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.
* Strata Sosial masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah-istilah atau gelar-gelar tertentu untuk menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal sebutan-sebutan yang “kabur” untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang pintar, orang kaya, orang kampung, dsb.
* Pakaian. Pada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan berbagai kebudayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum wanita berupa baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala. Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang menggelembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum pria ini dilengkapi dengan kopiah.
* Kesenian di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari, Kipas perentak, Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang. Upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup Manusia, Kelahiran, Turun Mandi, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang, Duduk bertuik, tegak betanyo, Ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo pusako dan Kematian.

8. Filsafat Hidup Masyarakat Setempat:
1). Sepucuk jambi sembilan lurah, batangnyo alam rajo.
2). Lambang Daerah Tingkat I Provinsi Jambi, berbentuk Bidang Dasar Segi Lima, menggambarkan lambang Jiwa dan semangat Pancasila.
3). Masjid, melambangkan Ketuhanan dan Keagamaan;
4) Keris, melambangkan kepahlawanan dan Kejuangan;
5). Gong, melambangkan jiwa musyawarah dan Demokrasi.

Gambar 4. Foto: Logo Propinsi Jambi

Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya Sulthan Thaha Saifuddin tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai Keresidenan dan masuk ke dalam wilayah Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama O.L Helfrich yang diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No. 20 tanggal 4 Mei 1906 dan pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.

Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung ± 36 tahun karena pada tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan kepada Pemerintahan Jepang. Dan pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia. Sumatera disaat Proklamasi tersebut menjadi satu Provinsi yaitu Provinsi Sumatera dan Medan sebagai ibukotanya dan MR. Teuku Muhammad Hasan ditunjuk memegangkan jabatan Gubernurnya. Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional Indonesia Sumatera bersidang di Bukittinggi memutuskan Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

****

Demikianlah yang dapat disampaikan dalam tulisan singkat ini. Semoga tetap memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Dengannya, semoga akan menjadi motivasi bagi setiap diri generasi muda untuk jauh lebih maju dari kejayaan mereka di masa lalu, dan kesadaran yang tinggi akan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh mereka.

Sedangkan harapan kedepannya adalah, bahwa setiap generasi muda Indonesia – khususnya orang-orang Melayu dan Jambi –  semakin sadar dan tidak pernah melupakan sejarah tentang jati diri mereka. Sehingga menjadi kian membuka cakrawala berpikir dan terpacu untuk terus mengejar ketinggalan serta berusaha mengukir prestasi terbaik di seantero dunia.

Yogyakarta, 4 Nopember 2010
Mashudi Antoro (Oedi`)

[Referensi: Adi Suhara, pukul: 19.18, Rabu, 04 Maret 2009]

115 respons untuk ‘Sejarah dan Asal Muasal Propinsi Jambi

    Andika said:
    November 26, 2010 pukul 11:11 pm

    wah begitu ya mas…. mas ne sejarawan to pa yah ada ja yang dibahas
    terimakasi mas linknya… bisa nambah pengetahuan tentang salah satu bagian dari indonesia
    keep posting ya mas 🙂

      oedi responded:
      November 28, 2010 pukul 11:58 am

      Makasih Dik untuk kunjungan dan dukungannya, semoga tetap memberikan manfaat.
      Hehe…. gak taulah Dik, apa namanya, yg jelas mas suka aja kok dg hal-hal yg berbau sejarah dan arkeologi… ya untuk mengingatkan siapa sebenarnya diri kita ini dan berusaha mengambil hikmah dari peristiwa masa lalu untuk kemudian dijadikan sebagai bahan renungan dan motivasi dalam hidup ini.

        gavriel said:
        Agustus 23, 2015 pukul 10:54 am

        Mas aku saiki tinggal ning jambi lho…..baru tau ternyata nek jambi ki sejarahe yo panjang…..

        oedi responded:
        Agustus 29, 2015 pukul 9:36 am

        Oh ya? Wah Jambi nya dimana mas? Kalau saya di Kabupaten Merangin (Bangko).. Semangat deh… 🙂
        Tentunya mas, sejarah Jambi itu panjang banget dan sudah ada sebelum kerajaan Sri Wijaya dan Medang, bahkan sudah ada sejak sebelum Masehi kok..
        Okey.. terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

        rudyarmando said:
        Mei 10, 2017 pukul 6:59 pm

        boleh saya reepost bang?

        oedi responded:
        Mei 12, 2017 pukul 12:59 am

        Oh silahkan saja bang Rudyarmando.. semoga bermanfaat.. 🙂

        rudyarmando said:
        Januari 20, 2018 pukul 9:02 pm

        Terima kasih banyak bang

      dini pebriansyah said:
      Februari 22, 2016 pukul 5:11 pm

      mas tau gak sejarah marga simpang 3 pauh

        oedi responded:
        Februari 24, 2016 pukul 4:35 am

        Hmm maaf.. tentang sejarahnya saya belum tahu, bahkan saya baru tahu dari mbak Dini sekarang..
        Memangnya itu tentang apa mbak? Setahu saya sih Pauh itu nama salah satu kecamatan di kabupaten Sarolangun dan sebuah nama danau yang ada di kecamatan Jangkat, kabupaten Merangin.. Kalau tentang sejarah Marga Simpang 3 Pauh saya belum tahu…
        Sekali lagi maaf ya.. 🙂

        diego said:
        September 2, 2016 pukul 12:19 pm

        kita hrus bnga tngal djambi ,kita harus jd generasi yg cerdas ,pintar dan braklak baik ya agar kita bisa memejukan jambi lebih baik lgi .ingat jgn korupsi

    Tok Syeikh said:
    Desember 1, 2010 pukul 6:41 pm

    Datok Paduko Berhalo itu nama sebenar nya Syeikh Ahmad Salim bin Syeikh Sultan Al Ariffin Sayyid Ismail.Beliau berasal dari Pulau Besar Melaka.Keturunan dari Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.

      oedi responded:
      Desember 2, 2010 pukul 1:50 pm

      Terimakasih atas komentar dan informasinya, ini sangat bermanfaat untuk kesempurnaan tulisan ini.

    farhan said:
    Januari 11, 2011 pukul 12:43 pm

    salam.. nama saya farhan. saya berasal dari kota tinggi. ibu saya adalah keturunan radin dari yong peng, johor.

    berbalik pada topik asal perbincangan kita, emak saya ade bercerita mengenai keturunan beliau yg berasal dari jambi. ibu saya gemar bercerita mengenai nyai beliau yang bernama radin jaliah. menurut beliau, radin jaliah itu mmg lahir dan membesar di istana jambi dan lari ke batu pahat mengendong nenda saya. namun begitu, radin jaliah berkahwin dgn orang kebanyakan dan hasil perkahwinan beliau mendapat nenda saya iaitu ramlah. nenda saya, ramlah, berkahwin dgn datuk saya iaitu radin mohd yassin bin radin abdul rahman. dari perkahwinan tersebut, mereka dikurniakan enam orang anak di mana emak saya adalah anak ke-3.

    saya baru ingin mencari asal-usul keturunan saya dan telah berhubung dgn radin indra mengenainya. namun, saya menemui jalan buntu kerana tidak tahu arwah datuk saya berasal daripada keturunan mana.

    ingin saya bertanya kepada pesakobetuah, menurut hasil tulisan zulkifli nurdin, ratumas badaniah binti sultan thaha syafiuddin datang ke malaysia membawa dua orang anaknya dimana slah seorang bernama radin haji bagong atau radin abdur rahman. jikalau mengikut cerita emak saya, badaniah mempunyai 4 orang anak yang kesemuanya lahir di jambi. anak-anak beliau ialah:
    1. Radin Jaafar, 2. Radin Esah, 3. Sheikh Abdullah dan 4. Sheikh Osman.. Jikalau betul, rasanya saudara ilmar4334 adalah keturunan Sheikh Abdullah manakala isteri kepada pak long saya adalah keturunan Radin Jaafar. Persoalan yang timbul ialah, siapa Radin Haji Bagong? Ibu saya pernah mendengar nama tersebut tetapi tidak dapat untuk mengingati dengan spesifik siapa.

    Ibu saya adalah keturunan Radin Jaliah yang berkahwin dgn orang kaya bernama Haji Ahmad. Beliau memang dilahirkan dan dibesarkan di istana Sultan Thaha di jambi dengan adik-beradiknya. Beliau lari ke Johor mengendong nenda saya yang ketika itu berumur dua bulan. Radin Jaliah ini mempunyai 5 orang adik beradik iaitu: 1. Radin Hassan, 2. Radin Jaliah, 3. Radin Kassim, Radin Taib dan 6. Radin Tine. Kesemuanya merupakan pelopor kepada kebanyakan keturunan radin di yong peng yang bukan daripada silsilah ratumas badaniah.

    Radin Jaliah hanya mempunyai seorang anak yang juga nenda saya iaitu Siti Ramlah yang kemudiannya berkahwin dengan Radin Mohd Yassin Bin Radin Abdul Rahman (Tokek). Seperti Ali Ujud yang diutarakan oleh shahirmpacific diatas, datuk saya (Radin Mohd Yassin) merupakan antara orang bijak pandai dalam hal-hal kebatinan. (Tp kalo ikut mak aku ckp, ali ujud mmg jauh lg power laa).

    Jika menurut daripada saudara-saudara yang memberi komen diatas, selain yang berasal daripada kg mawai, kesemua mereka adalah keturunan daripada Radin Haji Abdul Rahman (Tokek) yang tidak diketahui dari mana asal silsilahnya. Beliau mempunyai 5 orang anak iaitu: 1. Radin Sumailis, 2. Radin Fatimah, 3. Radin Mohd Yassin, 4. Radin Hanafiah dan 5. Radin Hassan. Kunci kepada silsilah Radin Haji Abdul Rahman mungkin terletak pada keturunan anaknya iaitu Radin Hanafiah yang pulang ke Jambi pada satu ketika dahulu. Radin Sumailis, Radin Mohd Yassin dan Radin Hassan dikebumikan di Johor manakala Radin Fatimah dibawa pulang ke Jambi untuk dikebumikan diatas wasiat beliau.

    FYI, keturunan Radin di kawasan Skudai adalah daripada keturunan Radin Sumailis manakala di kota tinggi adalah daripada keturunan Radin Mohd Yassin dan Radin Hassan.

    Di sini saya ingin meminta jasa baik pesakobetuah, embhromo atau sesiapa sahaja yang boleh membantu untuk memberitahu saya siapakah sebenarnya Radin Haji Abdul Rahman (Tokek) dan Radin Jaliah itu. Mengikut cerita emak saya, Radin Haji Abdul Rahman memanggil Radin Jaliah ‘bibi’ yang membawa maksud ibu saudara manakala Radin Jaliah memanggil Ratumas Badaniah sebagai ‘mbok’ yang membawa maksud kakak.

    Sila hubungi saya di facebook (farhanmaaruf87@yahoo.com) atau email saya (farhanmaaruf@gmail.com).

    Sekian, terima kasih.

      oedi responded:
      Januari 12, 2011 pukul 7:43 am

      Wa`alaikumsalam…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.
      Menarik sekali yang telah Anda sampaikan, ini jelas menggugah niat dan semangat untuk lebih dalam menggali tentang para leluhur kita. Namun sebelumnya saya minta maaf karena untuk saat ini saya belum bisa membantu Anda untuk menemukan jawabannya. Bila nanti saya mendapatkan jawabannya, InsyaAllah sesegera mungkin akan saya kabarkan….

      Sabarudin Raden Achmad Saleh said:
      November 10, 2013 pukul 10:58 am

      Sila baca tulisan berikut, semoga dapat membantu

      PERJUANGAN RADEN MAT TAHIR DALAM MENENTANG KOLONIALISME DI JAMBI
      Posted by Fachruddin Saudagar on 17 Juli 2012 in Sejarah Jambi

      PENDAHULUAN Raden Mattaher
      Salah seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda adalah Raden Mat Tahir. Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, menuliskan nama asli Raden Mat Tahir ialah Raden Mohammad Tahir. Raden Mohammad Tahir sering dipanggil masyarakat sebagai Raden Mat Tahir. Masyarakat Jambi biasa menambah nama orang terkenal, pintar, cerdik dengan gelarannya yang baru, misalnya Mat Keriting, Mat Belut, Mat Itam, dll. Penulisan nama Raden Mat Tahir menurut berbagai sumber dijumpai banyak macam antara lain adalah sebagai berikut :
      1. G.J. Velds, dalam De Onderwerping van Djambi in 1901-1907, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mat Tahir dan atau Mat Tahir.
      2. Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mattaher Panglima Sultan Thaha, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mat Tahir.
      3. Keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Tingkat II Kotapradja Djambi, Nomor 4/DPRD-GR/63, tentang Penetapan Nama-Nama Djalan Dalam Kotapradja Djambi, tanggal 1 Djuli 1963, memutuskan bahwa terhitung sejak tanggal keputusan ini “Djalan Batanghari, dari Sp. III Djl. Kartini s/d sebelah ilir Djembatan Sei. Asam, sebagai jalan lama dengan nama Djalan Batanghari diganti dengan nama baru yakni jalan R.M.Tahir”.
      4. Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Jambi, menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattahir.
      5. Ratumas Siti Aminah Ningrat dalam bukunya Perjuangan Rakyat Jambi Raden Mat Tahier (1817-1907) menuliskan namanya sebagai Raden Mat Tahier.
      6. J. Tideman di dalam Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut Amsterdam, No. XLII, menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Mattaher.
      7. Elsbeth Locher-Scholten (1994) di dalam Sumatran Sultanate and Colonial State : Jambi and the Rise of Dutch Imperilasm1830-1907, menuliskan nama Raden Mattaher sebagai Mat Tahir.
      8. Mukti Nasruuddin (1989) dalam bukunya Jambi Dalam Sejarah menuliskan nama Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattahir.
      9. Rumah Sakit Umum Raden Mattaher, menuliskan Raden Mat Tahir sebagai Raden Mattaher.
      Raden Mattaher biasa dipanggil Mat Tahir, adalah anak dari Pangeran Kusin Bin Pangeran Adi, sedangkan Pangeran Adi adalah saudara kandung Sultan Thaha Syaifuddin. Dengan demikian, maka Sultan Thaha Syaifuddin adalah kakek bagi Raden Mat Tahir. Raden Mat Tahir dilahirkan di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, tahun 1871. Ibunya adalah kelahiran di Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato. Ayahnya Pangeran Kusin wafat di Mekkah. Raden Mat Tahir gugur dalam pertempuran melawan Belanda di dusun Muaro Jambi, pada hari Jum’at, waktu subuh, tanggal 10 September 1907. Raden Mat Tahir dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Jambi.
      KELUARGA
      Menurut Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mat Tahir Panglima Sultan Thaha, mengatakan bahwa Raden Mat Tahir mempunyai beberapa orang istri antara lain adalah sebagai berikut :
      1. Kawin dengan perempuan bernama Siti Esah (Aisah).
      2. Kawin dengan perempuan keturunan Ratumas Bilis Kumpeh yang berdiam di Merangin.
      3. Kawin dengan seorang perempuan dalam Sungai Sipintun.
      Masih menurut Raden Syariefs, disebutkan pula bahwa Raden Mat Tahir mempunyai beberapa orang anak, antara lain sebagai berikut :
      1. Raden Buruk, tinggal di Rambutan Temasam.
      2. Raden Mataji atau Raden Hamzah tinggal di Jambi.
      3. Raden Sulen atau Raden Kusen tinggal di Bogor.
      4. Raden Zainal Abidin adalah suami Ratumas Kandi.
      5. Ratumas Lijah.
      Menurut Osman Situmorang (1973) setelah Raden Mat Tahir meninggal dunia, dua orang putra Raden Mat Tahir dapat ditangkap Belanda sedang dalam asuhan (masih kecil) yakni Raden Hamzah dan Raden Sulen. Keduanya diserahkan Belanda kepada A. M.Hens, seorang Controleur Muara Tembesi. Tetapi karena controleur itu sedang cuti ke luar negeri, maka kedua anak itu diserahkan Belanda kepada Demang Ibrahim, yakni Demang Muara Tembesi untuk menjaga keselamatannya. Lalu kemudian Demang Ibrahim menyerahkan kedua anak Raden Mat Tahir kepada Residen O,L. Helffrich di Jambi. Oleh Residen O.L.Helffrich kedua anak itu bertempat tinggal di rumah residen, lalu oleh risiden disekolahkan di Olak Kemang dengan biaya ditanggung Belanda. Lalu kedua anak itu oleh Residen O.L.Helffrich dikirim ke Palembang untuk sekolah lebih tinggi. Kemudian pada tahun 1914 kedua anak Raden Mat Tahir itu di kirim oleh Pemerintah Belanda ke Batavia. Sedangkan tiga orang anak Raden Mat Tahir yang belum tertangkap Belanda, diungsikan oleh keluarganya di Malaya (Malaysia).
      Raden Mat Tahir mempunyai saudara yang lebih dahulu mengungsi ke Batu Pahat Malaysia, antara lain sebagai berikut :
      1. Raden Hasan.
      2. Raden Kasyim.
      3. Raden Thaib.
      4. Ratumas Jaliah.
      5. Ratumas Fatimah.

      KEPRIBADIAN
      Raden Mat Tahir suka pencak silat, bermain biola, kecapi, dan suling. Pada waktu pasukannya bergerilya di dalam hutan, untuk pengisi penat, Raden Mata Tahir suka mengajak prajuritnya bernyanyi, ia sendiri senang mengesek biola, sambil menyanyi dengan “lagu Nasip”. Raden Mat Tahir juga suka memakan daging menjangan sebagai lauk di saat bergerilya dalam hutan.
      Pada masa Sultan Thaha Syaifuddin masih berkedudukan dan memerintah di Istana di Kampung Gedang Tanah Pilih, Raden Ma Tahir adalah seorang pemuda beranjak dewasa, ia belum memikul suatu jabatan apapun di dalam kerajaan Jambi. Tapi ia telah memperlihatkan sebagai seorang kesatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi.
      Pasukan Raden Mat Tahir adalah pasukan bergerak dan menyerang secara tiba-tiba (mobil). Oleh karena itu pasukan Raden Mat Tahir tidak menempati suatu tempat tetap. Raden Mattaher menamakan pasukannya sebagai Sabillillah. Sebelum pergi melakukan penyerangan atas pasukan Belanda, maka Raden Mat Tahir terlebih dahulu melakukan sholat (sembahyang) agar mendapat petunjuk dan ridho Allah.

      BIVAK BELANDA
      G.J.Velds dalam tulisannya “De Onderwerving van Djambi in 1901-1907, Batavia Departement van Oorlog” terjemahan oleh S.Hertini Adiwoso dan Budi Prihatna menyebutkan ada beberapa Bivak/pos/kompi Belanda di Batang Tembesi, Batang Batanghari dan perbatasan Jambi Palembang ; bivak Belanda di Muara Tembesi, bivak Belanda di Muara Sekamis, bivak Belanda di Banyu Lincir (Bayung Lincir), bivak Belanda di Muara Tabir, bivak / benteng Belanda di Muara Tebo, bivak Belanda di Penahat Muara Merangin, bivak Belanda di Surulangun-Jambi, bivak Belanda di Surulangun-Rawas, bivak Belanda di Dusun Tiga, bivak Belanda di Lidung, bivak Belanda di Tanjung Gagak, bivak Belanda di Sungai Bengkal, bivak Belanda di Merlung, bivak Belanda di Taman Rajo.

      PERJUANGAN
      Raden Mat Tahir sejak usia remaja telah bergabung dengan panglima perang sebelumnya untuk menggempur Belanda. Perlu penelitian lebih seksama untuk menentukan route griliya pasukan Raden Mat Tahir.
      Di awal tahun 1900 Raden Mat Tahir bersama Pangeran Maaji gelar Pangeran Karto di Tanjung Penyaringan melakukan penyerangan terhadap konfoi 8 jukung Belanda yang ditarik oleh kapal Musi. Kapal Musi dan jukung Belanda membawa senjata, perlengkapan perang, dan perbekalan, untuk dibawa dari Muara tembesi menuju Sarolangun. Persenjataan ini diperuntukkan Belanda untuk membantu militer Belanda yang sedang bertempur di benteng Tanjung Gagak. Pasukan Raden Mat Tahir dan Pangeran Karto serta Panglima Tudak Alam dari Mentawak menyerang iringan jukung dan kapal Musdi Belanda. Semua serdadu Belanda mati terbunuh dan semua senjata berhasil dirampas. Pengawai paksa dari Palembang dan Jawa menyerah diri dan meminta perlindungan pada pasukan Raden Mat Tahir. Setelah penyerangan terhadap Kapal Musi dan 8 jukung ini di Tanjung Penyaringan menyebabkan nama Raden Mat Tahir sangat terkenal di masyarakat dan tentara Belanda. Setelah itu berkembanglah berbagai cerita dan mitos kehebatan Raden Mat Tahir. Senjata rampasan itu sebagaian dikirimkan oleh Raden Mat Tahir ke Tanah garo, ke Merangin, Bangko Pintas, dan juga ke Tabir. Kabar keberhasilan Raden Mat Tahir ini sampai juga di telinga residen Belanda di Palembang, ia sangat murka dan marah.
      Masih Dalam tahun 1901, pasukan Raden Mat Tahir melakukan penyerangan lagi terhadap pasukan Belanda di Sungai Bengkal. Disini Raden Mattaher banyak merampas senjata Belanda dan karaben. Dari Sungai Bengkal pasukan Raden Mat Tahir dibantu pasukan Raden Usman dan Puspo Ali terus begerak menyerang Belanda di Merlung. Dari Merlung pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak ke Labuhan Dagang, Tungkal Ulu. Dari Tungkal Ulu pasukan Raden Mat Tahir bersama 40 orang pasukannya lewat Pematang Lumut bergerak menuju Sengeti, lalu menuju Pijoan. Di Pijoan bivak Belanda diserang, pasukan Raden Mat Tahir memperoleh banyak senjata kerabin. Oleh Raden Pamuk gelar Panglima Panjang Ambur senjata itu diangkut ke Jelatang. Lalu kegaduhan timbul dikalangan pasukan Belanda di Kota Jambi dan Muara Bulian.
      Lalu Pasukan Raden Mat Tahir, Raden Pamuk dan Raden Perang gelar Panglima Tangguk Mato Alus pada pertengahan April 1901 bergerak/menyerang Pos Pasukan Belanda di Banyu Lincir (Bayung Lincir). Penyerangan terhadap Banyu Lincir merupakan gabungan pasukan Raden Mat Tahir, Raden Pamuk, dan pasukan Suku Anak Dalam dari Bahar, pimpinan Raden Perang. Kepala Bea Cukai dan pengawalnya mati terbunuh. Banyak senjata pendek Belanda dapat dirampas. Pada penyerangan itu uang sebesar 5.000 golden dan uang 30.000 ringgit cap tongkat di dalam brangkas milik perusahaan minyak berhasil dirampas pasukan Raden Mat Tahir. Pati kas baja berisi uang tersebut dibawa oleh Suku Anak dalam ke Bahar dan lalu dibongkar. Dalam penyerangan itu seorang pasukan Raden Mat Tahir tewas dan 3 orang luka-luka. Peranan Suku Anak Dalam pada penyerangan Banyu Lincir sangat besar jasanya.
      Tahun 1902 Pasukan Raden Mat Tahir di Tanjung Gedang Sungai Alai melakukan penyerangan terhadap 30 buah perahu jukung berisi serdadu Belanda. Perahu jukung berhasil di tenggelamkan dan semua serdadu Belanda mati terbunuh. Setibanya pasukan Raden Mat Tahir di Sungai Alai, secara kebetulan perang sedang berlangsung dipimpin Panglima Maujud, Panglima Suto, Panglima Itam dari Tanah Sepenggal, Rio Air Gemuruh, Rio Gereman Tembago, dari Teluk Panjang, yang telah bertempur lebih dahulu melawan Belanda. Masyarakat di sekitarnya tidak berani mengambil air minum di sungai Batang Tebo karena banyaknya mayat pasukan Belanda yang terapung dan membusuk.
      Setelah pertempuran di Sungai Alai, lalu pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak menuju Jambi, khususnya akan menyerang Belanda di Muara Kumpeh. Parang Kumpeh adalah perang yang berkepanjangan dari tahun 1890-1906. Perang Kumpeh adalah perang yang panjang dan lama. Raden Mat Tahir terlibat secara langsung dalam perang Kumpeh tahun 1902 yakni menyerang Kapal Belanda di Sungai Kumpeh. Pasukan Raden Mat Tahir dibantu Raden Seman, Raden Pamuk, Raden Perang, kepala kampung yang masih hidup, dari Marosebo Ilir, dan dari Jambi Kecil. Kapal Belanda yang diserang itu adalah kapal perang yang baru datang dari Palembang. Konon kabarnya keberhasilan ini berkat bantuan jasa seorang jurus mesin kapal bernama Wancik yang merusak mesin kapal sehingga tidak mampu berjalan. Juru mesin ini adalah seorang keturunan Palembang yang bersimpati dengan perjuangan Jambi. Keberhasilan Raden Mat Tahir menyerang kapal perang Belanda ini, maka Raden Mat Tahir diberi gelaran sebagai Singo Kumpeh.

      MENANGKAP HIDUP ATAU MATI
      Menjelang akhir abad 19 Belanda menambah kekuatannya. Pasukan dari Palembang, Jawa dan Aceh mulai berdatangan ke Jambi, maka Sultan Thaha Syaifuddin menyusun strategi baru sebagai berukut :
      1. Raden Mat Tahir ditetapkan sebagai panglima perang mencakup wilayah pertahanan Jambi Kecil, Muaro Jambi, Air Hitam Darat, Ulu Pijoan, Pematang Lumut, Bulian Dalam, Ulu Pauh, Payo Siamang, Jelatang dan Pijoan Dalam.
      2. Bagian Batang Tembesi sampai Kerinci berada di bawah komando Pangeran Haji Umar Bin Yasir, gelar Pangeran Puspojoyo.
      3. Bagian Batanghari dan Tebo langsung di bawah pimpinan Sultan Thaha Syaifuddin dan saudaranya Hamzah gelar Diponegara, yang terkenal sebagai pangeran Dipo.
      Diawal abad 20 perjuangan rakyat Jambi melawan Belanda mengalami banyak tantangan, satu persatu pejuang Jambi gugur dan atau tertangkap lalu dibuang (internir) oleh Belanda.
      1. Sultan Thaha Syaifuddin gugur di Betung Bedara pada tanggal 26 malam 27 April 1904.
      2. Pangeran Ratu Kartaningrat tertangkap dan dibuang ke Parigi,Sulawesi Utara.
      3. Tahun 1906 Depati Parbo di Kerinci tertangkap dan dibuang ke Ternate-Ambon.
      4. Pangeran Haji Umar Puspowijoyo dan adiknya Pangeran Seman Jayanegara tewas di Pemunyian, Bungo, tahun 1906.
      5. Tahun 1906 di Pemunyian tertangkap seorang pejuang perempuan bernama Ratumas Sina.
      6. Raden Hamzah gugur tahun 1906 di Lubuk Mengkuang, dekat Pemunyian.
      7. Tahun 1906 di kota Jambi yakni daerah Tehok, Raden Pamuk ditangkap Belanda.
      Dalam suatu waktu Raden Mat Tahir pernah berkata dihadapan anggota pasukannya bahwa “Bapak aku Raden Kusin meninggal di Mekkah saat menunaikan rukun Islam yang lima. Tentulah itu adalah yang sebaik-baik mati, mati dalam menunaikan rukun Islam yang lima. Akan tetapi kalau aku mati syahid melawan Belanda untuk mempertahankan negeri dan menegakkan Agama Islam tentu bandingan harganya terlebih tinggi, sebab bukan untuk kepentingan diri sendiri, akan tetapi untuk kepentingan negeri dan menegakkan Agama Allah yang diridhoi oleh Tuhan kita, semoga aku mati syahid hendaknya, jangan mati sakit atau tertawan oleh Belanda kafir laknatullah itu”.
      Di dalam buku Nederlandsch Militair Tijdschrift, Belanda mengakui kehebatan sepak terjang Raden Mat Tahir seperti yang dikutif oleh Mukti Nasruuddin (1989) dalam bukunya Jambi Dalam Sejarah menjelaskan bahwa “Mattahir onze onverzoenlijkste vijand en de meest gevreesde en actieve der Gouvernments tegenstanders”. Yang artinya diakui bahwa Pangeran Raden Mat Tahir adalah seorang yang keras kepala, tidak mudah ditaklukan dan seorang lawan yang gesit dan ditakuti.
      Belanda melalui Residen di Palembang mengambil jalan memerintahkan pasukan marsose untuk menangkap Raden Mat Tahir hidup atau mati. Maka pengejaran terhadap Raden Mat Tahir mulai ditingkatkan. Meningkatnya aktifitas pasukan marsose Belanda dibantu dengan Kapten Melayu dalam mengejar Raden Mat Tahir, dirasakan pula oleh para pengikut Raden Mat Tahir di Muaro Jambi.

      TEWAS DITEMBAK BELANDA
      Pada penghujung 1907 ada upaya untuk mengungsikan Raden Mat Tahir ke Batu Pahat, Malaysia. Uang 500 ringgit sebagai bekal telah terkumpul, perahu layar dan pasukan pengantar sudah disiapkan. Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mat Tahir Panglima Sultan Thaha, menuliskan kisah meninggalnya Raden Mat Tahir adalah sebagai berikut :
      1. Pada awal September 1907 Raden Mat Tahir bersama pengikutnya berada di dusun Muaro Jambi.
      2. Para pemuka dusun Muaro Jambi dan sekitarnya termasuk para pengikutnya dan keluarganya, melakukan/bermusyawarah dan meminta agar Raden Mat Tahir mengungsi ke Batu Pahat Malaya (Malaysia). Masyarakat telah menyiapkan perahu pengantar, uang 500 ringgit, beberapa pengawal. Di Batu Pahat telah mengungsi beberapa keluarga keturunan Sultan Thaha Syaifuddin dan saudara Raden Mat Tahir.
      3. Jawaban Raden Mat Tahir dalam musyawarah tersebut antara lain disebutkan sebagai berikut :
      “Kesediaan kamu itu terima kasih banyak, akan tetapi kalau aku pergi ke Malaya (Malaysia), tentu aku akan selamat, tetapi bagaimana kamu yang tinggal akan menjadi korban, kampung ini akan dibakar oleh Belanda dan kamu akan didenda pula dan akan dihukum badan oleh Belanda. Pengorbanan dan penderitaan yang dirasai oleh rakyat terlalu banyak sebab dek aku. Dimana aku berada tentu rakyat memberi makan dan memberi bantuan yang diperlukan, akan tetapi mereka yang berbuat baik mendapat kesengsaraan oleh Belanda, aku tidak sampai hati lagi, apalagi aku berada disini, sudah tentu mata-mata Kemas Kadir telah mengetahui hal ini. Mungkin di dalam tempo yang dekat ia telah telah datang kemari membawak Belanda untuk menangkap aku atau membunuh aku, aku tidak mau ditangkap, tetapi mati kena tembak oleh Belanda, jadi aku mati syahid namanya. Keduanya aku tidak mau disebut orang pelarian, untuk menyelamatkan diri sendiri, sedangkan kamu disini menderita karena Belanda. Lihat itu kampung Tachtul Yaman yang telah membantu aku, mereka sekampung didenda 15000 ringgit, sedangkan Kemas Temenggung Dja’far yang membantu alat senjata yang dibawak dari Malaya telah ditangkap dan ditahan, sekarang di Palembang, bagaimana jadinya beliau itu ?. Dan aku tidak mau disebut orang takut mati, itikad aku sudah tetap menunggu Belanda, tidak mau bersembunyi lagi”.
      1. Pada hari Kemis besoknya, hari hujan pagi, disana sini kedengaran guruh bersahut-sahutan, orang dahulu mempunyai tachyul, itu tanda akan ada kesedihan yang akan menimpa. Pada malamnya dengan cara diam-diam banyak orang kampung yang datang menemui Raden Mat Tahir di rumah dimana beliau tinggal dengan mengantar makan-makanan.
      2. Raden Mat Tahir berkata “kamu sekalian, ninik mamak, serta kawan-kawanku semuanya lekaslah kamu pulang ke rumah masing-masing, besok mungkin malam ini kita akan bercerai, adakah kamu mendengar bunyi gegap Keramat Talang Jawo (Jauh) sore tadi, telah aku dengar tiga kali dan ramo-ramo dari sana telah datang kemari hinggap di bahu aku, tanda aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Mendengar iu banyak orang yang terisak-isak menangis”.
      3. Sesudah berbicara itu, sebelum tengah malam Raden Mat Tahir bersalin pakaian dari yang biasa kepada pakaian yang bagus, pinggangnya dibebatnya. Senapang mauscher yang terbaru yang diberikan oleh Kemas Temenggung Dja’far Tachtul Yaman pada tahun yang telah lalu diisinya, dan senapang itu digantungkannya, maka adiknya Raden Achmad duduklah di dekat senapang tersebut. Dan di pintu belakang di tunggu oleh penjaga orang dari Mentawak disebut Pak Gabuk. Di atas (di dalam) rumah hanya dia berdua beradik saja. Kira-kira jam 09.00 malam, Raden Mat Tahir membunyikan kecapi, dan setelah tengah malam, ia sembahyang di tengah sunyi senyap itu.
      4. Lebih kurang pukul 03.00 malam Pak Gabuk menerima laporan dari temannya yang berjaga tidak jauh dari rumahnya, bahwa pasukan Belanda telah datang dari tiga penjuru, berarti tempat dimana Raden Mat Tahir telah terkepung rapat. Dan kawan-kawan pengikut Raden Mat Tahir yang tadinya disuruh pergi supaya hidup, akan tetapi kembali lagi ke tempat maut itu. Raden Mattaher menjawab baiklah, dan seraya katanya kalau kamu mau hidup menyingkirlah, dengan segera, dan kalau tidak maka kamu haruslah tetapkan imanmu, betul-betul mati karena Allah, kita datang dari padanya dan pulang pula kepadanya. Sakit kena pelor itu hanya sebentar saja, yang kita harapkan janji dari pada Allah syurga yang tidak ada tolak bandingnya. Ingatlah apa yang telah dipetuahkan oleh pemimpin kita Sultan Thaha, Belanda itu kafir musuh Islam, karena ia ingkar kepada Tuhan, mengapa kita takut kepadanya, ini hari mati lain hari mati juga. Jangan kita mati di atas kasur empuk, tidak akan meninggalkan nama yang baik dan agung, marilah kita mati bermandikan darah karena membela negeri kita melawan kafir laknatullah, inilah yang kita harapkan.
      5. Kira-kira seperempat jam kemudian datanglah di rumah Raden Mat Tahir pasukan Marschouse Belanda dan terjadi dialog sambil memberikan ancaman “Belanda datang kemari ingin berunding, menyerahlah kau baik-baik, aku tanggung tidak kau diapa-apakan oleh Belanda, kalau kau menyerah dengan baik dan apa kehendak kau akan dikabulkan oleh Belanda, lihatlah segala orang yang melawan telah dibuang oleh Belanda ke Betawi. Dialog tidak berrlangsung lama dan tidak menghasilkan apa-apa, sehingga terjadilah tembak menembak di dalam rumah. Dalam pertempuran inilah Raden Mat Tahir tewas dan meninggal dunia. Meninggalnya Raden Mat Tahir di Muaro Jambi ditemui dalam beberapa sumber yang berbeda, antara lain adalah seabgai berikut :
      1. G.J. Velds, dalam De Onderwerping van Djambi in 1901-1907, terjemahan S.Hertini Adiwoso dan Budi Prihatna, Raden Mat Tahir tewas 30 September 2007 bersama saudaranya dan lima pengikutnya di Muaro Jambi oleh patroli marsose pimpinan Letnan Geldorp.
      2. Raden Syariefs (1969), Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi, Raden Mat Tahir tewas malam Jum’at bulan September 1907 di Muaro Jambi.
      3. Osman Situmorang (1973) dalam Skripsinya Raden Mattahir Pahlawan Jambi, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Jambi, Raden Mat Tahir tewas bulan September 1907 di Muaro Jambi.
      4. Ratumas Siti Aminah Ningrat dalam bukunya Perjuangan Rakyat Jambi Raden Mat Tahier (1817-1907), Raden Mat Tahir tewas 7 September 1907 di Muaro Jambi.
      5. J. Tideman di dalam Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut Amsterdam, No. XLII, Raden Mat Tahir tewas bulan September 1907 di Muaro Jambi.
      6. Mukti Nasruuddin (1989) dalam Jambi Dalam Sejarah, Raden Mat Tahir tewas 7 September 1907 di Muaro Jambi.
      7. Fachrul Rozi, di dalam Mengunjungi Makam Pejuang Jambi Raden Mattahir, Pos Metro, Sabtu, 26 Desember 2009, Raden Mat Tahir tewas 10 September 1907.
      6. Dalam tembak menembak di Muaro Jambi itu dipihak pasukan Jambi pimpinan Raden Mat Tahir telah tewas 6 orang, tiga diantaranya adalah sebagai berikut :
      1) Raden Mattaher, gugur ditembak Belanda.
      2) Raden Achmad (gelar Raden Pamuk Kecik), adik Raden Mattaher, gugur ditembak Belanda.
      3) Pengawal bernama Pak Gabuk, gugur ditembak Belanda.
      Setelah Raden Mat Tahir gugur di Muaro Jambi, maka pasukan Belanda mengangkut mayat Raden Mat Tahir serta mayat lainnya ke kota Jambi dengan kapal Robert, dan diikuti oleh 2 kapal Belanda lainnya. Kapal Robert ini dikenal oleh masyarakat Muaro Jambi sebagai kapal Ubar. Di Kota Jambi mayat Raden Mat Tahir dipertontonkan pada khalayak ramai. Atas permintaan para pemuka agama, maka Raden Mat Tahir dimakamkan secara Islam di pemakaman Raja-Raja Jambi di pinggiran Danau Sipin.

      REFERENSI
      1. G.J. Velds, De Onderwerping van Djambi in 1901-1907, Batavia : Departement van Oorlog, terjemahan oleh S,Hertini Adiwoso dan Budi Prihatna.
      2. Raden Syariefs (1969), Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mattaher.
      3. Osman Situmorang (1973), Raden Mattahir Pahlawan Jambi, Skripsi, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Jambi.
      4. Ratumas Siti Aminah Ningrat (2002), Perjuangan Rakyat Jambi Raden Mat Tahier (1817-1907).
      5. J. Tideman di dalam Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut Amsterdam, No. XLII, Raden Mat Tahir tewas bulan September 1907 di Muaro Jambi.
      6. Mukti Nasruuddin (1989) Jambi Dalam Sejarah, belum terbit.
      7. Fachrul Rozi (2009), Mengunjungi Makam Pejuang Jambi Raden Mattahir, Pos Metro, Sabtu, 26 Desember 2009.
      MAKALAH DIALOG SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT JAMBI, DI MUSEUM PERJUANGAN RAKYAT JAMBI, SELASA, 17 JULI 2012

        oedi responded:
        November 11, 2013 pukul 5:59 am

        Alhamdulillah… bertambah satu lagi referensi saya tentang Jambi, ini sangat berharga..
        Kepada Abang Sabarudin, terimakasih atas kunjungan dan informasinya.. ini sangat bermanfaat bagi saya.. semoga Allah SWT memberikan banyak kebaikan kepada Abang.. 🙂

        Franstianto pasaribu said:
        April 3, 2016 pukul 12:40 pm

        Ada kah diantara kalian abang abang kami ni yg bersedia meninggalkan no hp atau nama akun pribadi ny sehingga kita bs saling menjalin silaturahmi dan berbagi cerita sehingga dapat menambah wawasan bagi kami yg blom tau banyak tentang sejarah jambi. Mungkin bs dimulai dengan saran atau rekomendasi utk pemberian nama tempat atau nama jalan dan nama wilayah yg lain dengan nama pahlawan kito dr jambi. Sebagai contoh saya sangat berharap kelak salah satu bandar di jambi bs dinamakan dengan nama “Raden Mat Taher”. Sebab saya dengar nama bandara yg ada dibungo blom dibuat atau diberikan penamaan nya dan masih blom diketahui nama siapa yg layak utk menjadi nama bandara tersebut mungkin nama bandara dibungo bs di buat dengan nama “raden Mat Tahir” .

        oedi responded:
        April 4, 2016 pukul 3:41 am

        Silahkan kalau ada yang mau nge-share kontaknya… kalau saya sih bisa dihubungi lewat Facebook dg nama Mashudi Antoro.

    farhan said:
    Januari 11, 2011 pukul 12:45 pm

    post di atas adalah diambil daripada web http://sriandalas.multiply.com/journal/item/14 di mana ditulis oleh saya juga.

      oedi responded:
      Januari 12, 2011 pukul 7:46 am

      Okey terimakasih….

    farhan said:
    Januari 13, 2011 pukul 8:07 pm

    bisa saya bertanya, mengapa benar2 dicari silsilah sultan thaha? adakah tidak ketemu keturunannya yang sebenar benarnya di jambi?

      oedi responded:
      Januari 19, 2011 pukul 6:29 am

      Maaf sebelumnya, saya belum menggali sejauh itu adanya. Semoga nanti bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan saudara. Terimakasih.

        ilmar4334(Ramli Katang) said:
        Maret 21, 2011 pukul 4:56 pm

        Alhamdulillah, teri,akasih yg tidak terhingga kepada penulis Oedi yg banyak memberi infomasi ttg Kesultanan Melayu Jambi…selamat berkenalan kepada Farhan….memang telah sekian lama saya cuba mencari2 cerita dan salasilah keturunan saya yang diceritakan berasal dari tanah Jambi…tak banyak cerita yg dpt dimuatkan kerana ceritanya tenggelam dan bersemadi bersama almarhum2 ninda saya…tentang nama gelaran Raden, Ratumas dan sebagainaya apa yang saya diceritakan nama2 besar itu telah dibuang sejak ninda2 saya menjejaki kaki di tanah sedili dan tempat itu dinamakan “Belukar Jambi” mereka meotong rambut mereka disitu dan menanamnya bersama nama gelar mereka.i pada th 1904..dan mereka hidup sebagai orang biasa..sehinggalah menyusuri sg.sedili dan membuka Kg. Mawai….

        oedi responded:
        Maret 22, 2011 pukul 2:48 am

        Iya sama-sama deh, terimakasih juga sudah bersedia berkunjung di tulisan ini. Semoga bermanfaat.
        Tulisan ini sengaja saya dedikasikan kepada siapa saja (khususnya orang Jambi atau bangsa Melayu), lantaran saya adalah seorang yang di besarkan di tanah “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”.
        Kisah keluarga Anda sangat menarik, terlebih bila terus dilakukan penelusurannya. Semoga suatu saat nanti akan ketemu silsilah dan bagaimana kisah perjalanannya yang hingga kini masih hilang.
        Nb: sebagai tambahan, silahkan Anda berkunjung juga di tulisan saya ini: https://oediku.wordpress.com/2010/12/16/dharmasraya-ibukota-kerajaan-melayu-di-sumatera/#more-2881, karena akan ada kaitannya dengan sejarah Jambi.

      Maulana M. Yusuf said:
      April 26, 2018 pukul 11:34 pm

      ada bang keturunannya sultan taha didepan rumah saya. di STM atas Kota jambi
      Nyainya tinggal disebrang Olak kemang, nama nyainya Nyai kusut. kalau mau cari tau silahkan

    dedi said:
    Juni 10, 2011 pukul 3:47 pm

    terima kasih mas Oedi, informasi ini sangat menambah wawasan saya tentang Jambi . ada informasi yang mungkin bisa menambah artikel diatas bahwa kesultanan jambi akan di lestarikan lagi oleh Pemerintah Provinsi Jambi sekarang. mungkin aktikel mas oedi sangat berguna untuk jambi.

      oedi responded:
      Juni 11, 2011 pukul 3:36 am

      Iya sama2 deh, senang juga karena sudah mau membaca tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat.
      Wah kabar yang bagus banget tuh, semoga bisa terealisasikan dalam waktu dekat, sebagai bukti cinta akan budaya tanah air dan wujud nyata yang tidak melupakan sejarah masa lalu. 🙂
      Hmm…. di lestarikan dalam hal apa? apakah sama dengan kesultanan Jogja atau yg ada di kalimantan walau bukan dalam arti pemerintahan?

    bautinja said:
    Agustus 9, 2011 pukul 11:57 am

    keren rumah adat jambinya. makasih udh menambah wawasan budaya

      oedi responded:
      Agustus 16, 2011 pukul 4:54 am

      Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂
      Hmm… ya kalau kita melihat rumah2 adat yang ada di seantero Nusantara ini, maka yang tertangkap oleh indra kita adalah unik, keren, dan memiliki cita rasa yang tinggi..

    dintanioza said:
    Oktober 14, 2011 pukul 7:49 am

    assalau alaikum wr wb. senang bisa membaca tulisan kk, saya kebetulan dari antropologi makassar n senang dengan cerita2 sejarah dan suku2 primitif yang mash ada di indonesia.. suku kubu yang kk ceritakan klu bisa di tulis tersendiri bagaimana budayanya..! maaf dan terimah kasih klu bisa membalas email: culture_dintanioza@yahoo.co.id atw facebook. king_intanioza@yahoo.co.id. wassalam

      oedi responded:
      Oktober 15, 2011 pukul 3:43 am

      Wa`alaikumsalam…
      Wah.. syukurlah jika senang dengan sejarah dan budaya tradisional Indonesia, memang demikianlah seharusnya sebagai generasi penerus bangsa ini… agar kita tidak terus kehilangan jati diri…
      Okey… saya akan mencoba menggali terlebih dulu tentang suku Kubu secara lebih mendalam, dan bila sudah selesai dan rampung di tuliskan ke dalam sebuah artikel, akan segera saya upload di blog ini… silahkan di tunggu ya.. 🙂
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    Budiarto Bayu said:
    Oktober 15, 2011 pukul 7:24 pm

    mas dapat gambar keris siginjai itu dari mana?

    apa itu benar keris siginjai yang asli

      oedi responded:
      Oktober 16, 2011 pukul 4:50 am

      Saya mendapatkan gambar itu dari situs resmi pemerintah propinsi Jambi, jadi insyaAllah asli… coba perhatikan dari bentuk, corak dan karakter unik pada gambar keris tersebut, terutama gagangnya yg berukirkan kepala angsa, dimana tidak didapatkan pada bentuk keris yg umum di tanah Jawa.. karena memang bentuk ini (kepala angsa) merupakan pesanan khusus dari Orang Kayo Hitam kepada empu keris di Majapahit yang disesuaikan pula dengan sejarah berdirinya kerajaan Jambi di waktu itu..
      Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bermanfaat… 🙂

    Jalu said:
    Oktober 30, 2011 pukul 12:13 pm

    Ternyata di tanah kelahiran ku bnyak sekali menyimpan sejarah2 yng menarik di simak , thank’s atas inf0rmasi nya

      oedi responded:
      November 3, 2011 pukul 6:57 am

      Iya, untuk itu mari kita bangga menjadi orang Indonesia… kembali mempelajari keagungan bangsa kita sendiri…
      okey.. sama2 deh… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    hamidah said:
    Maret 31, 2012 pukul 10:22 am

    saya pun asal keturunan Jambi, datuk saya nama Ismail bin Amin adalah anak jati Jambi dihantar untuk menuntut ilmu di p.pinang olih abangnya, saya pun x pasti sekitar tahun 1930an begitu. Apabila musim orang nak menaiki kapal layar untuk keMekah mereka datang berdagang dan menjenguk datuk saya yang masa itu umur 10-12 tahun….tapi datuk meninggalkan tempat belajar dan telah mendapat keluarga angkat diPenang dan selepas itu terputuslah hubungan beliau dengan keluarga dari Jambi, mungkin mereka x dapat menjejaki dimana datuk waktu itu.

    Kemudian beliau berkahwin dan berkeluarga di malaya waktu itu.mempunyai 12 orang anak. Bapa saya anak lelaki sulung, semasa hayat nya datuk ada memberitahu serba sedikit asalnya tapi waktu itu umur saya baru 9 tahun.
    Masih kekal dalam ingatan saya katanya kamu adalah anakcucu keturunan bembesar Jambi dan dari keturunan orang baik2….itu yang saya ingat dan katanya dari keturunan syed.
    Wajah datuk saya berkening tebal dan panjang, kulit putih, tinggi , jarinya panjang2, hidung mancung matanya seperti mata orang Cina.
    sekarang datuk dan bapa saya sudah meninggal.
    Jika sesiapa kehilangan keluarga dipenang seperti yg. tertera diatas sila hubungi saya, kerana keluarga terdekat saya semuanya berada diJambi tapi saya x kenal.
    Sebelum beliau meninggal teringin sangat arwah nak menemui keluarganya.
    Tapi kerana keadaan permintaannya x dapat ditunaikan, beliau meninggal pada tahun 1987 waktu itu saya masih lagi bersekolah.

      oedi responded:
      April 6, 2012 pukul 7:27 am

      Wah.. sungguh beruntung Anda bila demikian, karena telah menjadi keturunan dari orang-orang yang luarbiasa… bahkan bisa jadi Anda pun sebenarnya adalah keturunan dari kerajaan yang lebih tua lagi di wilayah Jambi tempo dulu, seperti Dhamasraya, Kurinci, Kuntala.
      Terimakasih atas kunjungan, dukungan dan informasinya, semoga bermanfaat… 🙂

      Eko Sugianto said:
      September 15, 2014 pukul 7:39 am

      Sesekali klu ad waktu boleh la main k tanah melayu jambi…. sebuah kota kecil d sumatera. biar knal sanak saudara yg ado…..

    hamidah said:
    April 7, 2012 pukul 11:14 am

    Maksud luar-biasa yang bagaimana ya, cuba huraikan untuk pengetahuan saya serba sedikit demi saya tercari-cari keturunan saya.

      oedi responded:
      April 8, 2012 pukul 5:21 am

      Oh… yang saya maksudkan dengan “luar biasa” itu adalah berarti mungkin saja Anda adalah keturunan dari raja kesultanan Jambi, dimana mereka juga keturunan dari kerajaan Dharmasraya (yang juga asal usul dari kerajaan Pagaruyuang di Minangkabau, asal usul dari pihak ibu (istri pendiri kesultanan Jambi yang bernama Syeikh Ahmad Salim bin Syeikh Sultan Al-Ariffin Sayyid Ismail, bergelar Datuk Paduko Berhalo; keturunan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani) yang bernama Putri Selaras Pinang Masak)). Dan bisa jadi mereka ini pun berasal dari kerajaan Kurinci atau kerajaan Kuntala yang mereka dulu pernah berjaya bahkan sampai menjalin hubungan dagang (emas, kemenyan, dan kayu manis) dengan kerajaan Mohenjo Daro di India-Pakistan dan juga Fir`aun di Mesir sebelum tahun Masehi. Sehingga kesimpulannya, bila Anda memang ternyata asli keturunan raja kesultanan Jambi, maka sudah bisa di pastikan bahwa Anda pun berasal dari garis keturunan orang-orang hebat dan berjasa besar di dunia.
      Itu saja yang bisa saya tambahkan, untuk lebih jelasnya saya kurang mampu, lantaran saya bukan ahli sejarah dan genealogy. Jadi maafkan atas kekurangan ini.

    hamidah said:
    April 8, 2012 pukul 6:06 am

    Terima kasih Oedi, sedikit sebanyak info yang diberi maka fahamlah saya dengan penerangan yang diberi.
    walaupun x sehebat mana keluarga saya yang ada sekarang tapi masing2 mempunyai peranan tersendiri dalam masyarakat. Kadang2 orang memandang gerun pada kami sedangkan kita x mempunyai kuasa yang penting.
    misalnya mereka x mengganggu kami, malah suka meminta pandangan dan nasihat.
    Jika terjadi malapetaka dan kemalangan Alhamdulillah terselamat, itu kuasa Allah.
    Pernah terjadi pada saya satu kemalangan, kereta saya remuk redam tapi saya tak tercedera malah semasa kemalangan itu saya terasa badan saya dalam pelukan yang kukuh dan erat dan x tercampak keluar kenderaan….tapi saya mengamalkan ayat2 kursi.
    Serta banyak lagi kejadian aneh2 yang saya simpan sendiri dan saya anggap itu
    hanyalah kuasa Allah semata2.
    Banyak pertolongan yang saya terima sewaktu kesusahan menjadi misteri.
    pernah saya kehabisan wang dalam dompet dan pergi mengambil wang tapi msein
    atm kehabisan wang tapi bila saya pulang saya dapati ada wang dalam dompet….mula2 saya merasa hairan dan pelik tapi kemudian saya anggap itu adalah kuasa Allah untuk memudahkan hambanya……

      oedi responded:
      April 8, 2012 pukul 7:12 am

      Iya sama2, semoga bisa bermanfaat.. dan terimakasih karena Anda mau menyimak penjelasan sederhana saya itu meski banyak kekurangannya… 🙂
      Hmm.. dari penjelasan Anda, saya dapat menangkap sebuah makna, bahwa memang benarlah kata pepatah “Buah itu akan jatuh tidak jauh dari pohonnya” yang artinya: sesuatu yang pernah dimiliki oleh orang tua atau pun nenek moyang terdahulu pasti sedikit banyaknya akan menurun ke anak cucu, khususnya kemampuan. Dan bila di kaitkan dengan pengalaman Anda di atas lalu di kaitkan lagi – bila memang benar – dengan raja-raja Kesultanan Jambi, maka akan terhubung pula dengan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang ulama yang sangat terkenal kezuhudannya, hebat ilmu agamanya dan banyak karomahnya. Sehingga saya menjadi tidak heran bila Anda bisa diterima oleh masyarakat luas bahkan dimintai bantuan, pandangan dan nasehatnya. Semua itu sudah menjadi kehendak-Nya.
      Untuk itu, teruslah pada prinsip kesederhanaan, teguhlah pula pada kebenaran Ilahi dengan terus menjadikan agama-Nya; Islam sebagai tuntunan hidup. Sedangkan segala sesuatu yang telah terjadi atau memang diwariskan oleh para leluhur, tetap hanya di jadikan sebagai motivasi dan semangat untuk terus memperbaiki diri di hadapan-Nya. Dengan begitu, siapa pun akan selamat dan menyelamatkan dalam kebahagiaan.
      Semoga Anda senantiasa diberkahi anugerah kebaikan dan keselamatan oleh Allah SWT.

    Ayatifa said:
    April 15, 2012 pukul 1:27 am

    Assalamualaykum.. Bismillahh.. mas Oedi, tidak adakah di bahas bagaimana secara detail Islam masuk ke Jambi? saya pernah dengar dari kerajaan Jambi yh masih Budha ada yg pergi ke Kekhilafan Islamiyah untuk diajarkan Islam, dan kemudian menerapkan Islam dalam pemerintahannya..

    Wheendy Fisika said:
    Mei 16, 2012 pukul 5:21 am

    makasih atas informasi ny tentang jambi…
    selama saya tinggal di jambi saya belum tahu sejarah jambi, tapi sekarang saya tahu jadi menambah pengetahuan saya tentang jambi

      oedi responded:
      Mei 17, 2012 pukul 5:54 am

      Wokey sama2 deh.. 🙂
      Oh.. bukan orang asli Jambi ya? wah syukurlah kalau tulisan ini bisa memberikan manfaat.. ikutan seneng jadinya… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya… tetap semangat.. 🙂

    Awie Boengsu said:
    Mei 23, 2012 pukul 4:14 pm

    baru tau sejarah daerah wak dewek

      oedi responded:
      Mei 23, 2012 pukul 6:02 pm

      Oh ya… wah ketinggalan dunk kalu gitu.. hehe… 🙂
      Tapi syukurlah sudah mau mengulik sejarah daerah sendiri… semoga tulisan ini bisa membantu memuaskan dahaganya…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat… 🙂

    man said:
    Juli 6, 2012 pukul 5:45 pm

    terima kasih atas info nya….ibu saya lahir di jambi….sumatera…cuma bapa saya bukan berasal dari jambi..apa yang saya tahu..kerabat jambi ramai berada di johor iaitu batu pahat… di parit raja ada 1 kampung tanjung semberung disitu boleh di katakan 1 kampung semua ahli saudara saya..nenek saya bernama raden bedah binti raden hj ali dan datu saya bernama raden hj sulaiman bin apa saya tak tau ehehehe…saya pernah terdengar cerita waris raden taha lahir di tanjung semberung dan kembali semula ke jambi wallahualam…cerita itu saya tak pasti apa benar..

      oedi responded:
      Juli 6, 2012 pukul 6:55 pm

      Wah.. jika begitu berarti Anda berdarah melayu Jambi, dan bila dilihat dari gelar Raden pada ibu Anda, maka Anda masih tergolong kerabat bangsawan Jambi.. sebuah anugerah bila termasuk keturunan raja-raja Jambi, karena mereka adalah keturunan orang2 hebat dan berilmu.. contohnya saja Syaik Abdul Qadir Al-Jailani yg terkenal itu..
      Ya. Karena terjajah oleh Belanda, maka tercerai berailah sanak saudara dan keluarga di tanah Sumatera, termasuk di Jambi. Dan berdasarkan informasi yg saya dapatnya, termasuk dari beberapa komentar di tulisan ini, maka banyak yg hijrah ke Malaysia hingga kini.. dan sepertinya keluarga Anda termasuk yg hijrah ini..
      Okey… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat dan Anda bisa mendapatkan kejelasan tentang sejarah dan silsilah keluarga Anda… 🙂

    ridcho said:
    Juli 14, 2012 pukul 6:29 pm

    sekedar untuk masukan saja, penyebutan nama Jambi yang berasal dari bahasa jawa (jambee) mungkin masih perlu melihat fakta lain dari sejarah ketika catatan kronik china mengirim utusan.
    sedikit saya bagikan cuplikan teks dari wikipedia.

    Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an, identik dengan Sriwijaya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan prasasti Tanjore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatera dan Semenanjung Malaya. Walaupun kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan utusan.[4]
    Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi (Jambi) bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
    Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya.
    Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan Kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.
    Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Majapahit dan Dinasti Ming. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu_Jambi

    ridcho said:
    Juli 14, 2012 pukul 6:38 pm

    versi lainnyo ni

    Berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi secara akrab.
    Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab: , yang secara harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.

      oedi responded:
      Juli 15, 2012 pukul 1:41 am

      Okey.. terimakasih atas infonya.. 🙂

      m.isa. ansyori said:
      September 27, 2013 pukul 4:13 am

      Betul skali bang…klo memang dulunya datuk kita orang kayo hitam menyebut pinang dgn kata jambe seharusnya putri pinang masak itu namanya putri jambe masak …jadi menurut saya kata jambi itu itu bukannlah diambil dari bahasa jawa.mengingat hingga sekarang masyarakat jambi yg dulu hingga sekarang menyebut pinang tetaplah pinang tidak pernah menyebut jambe kecuali orang jawa yang menyebut jambe

    Qory angriani said:
    Juli 19, 2012 pukul 12:32 am

    Terima kasih buat informasi tentang Jambi,
    apa kah Mas oedi pernah tau bagaimana masuk nya pendatang-pendatang kekota jambi. seperti : orang Minang kabau, Batak, bugis tersebut?
    saya melakukan penelitian mengenai orang batak kekota jambi.
    cuman saya kebinggungan di dalam mengkaji awal tahun masuknya orang batak kejambi.

    apa kah mas odi bisa bantu saya?

      oedi responded:
      Juli 19, 2012 pukul 2:39 am

      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Hmm.. untuk hal itu saya belum tahu secara detil, karena memang belum pernah meneliti ke arah sana… jadi maaf kali ini saya tidak bisa membantu untuk memberikan data dan informasi.. 🙂

    Luthfi Noor said:
    Juli 26, 2012 pukul 6:18 am

    Terima kasih..atas informasinya bagus dan menarik tp yang benar Kabupaten Muaro Jambi bukan Muara Jambi sesuai dengan UU Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur ( Lembaran Negara RI Nomor 183)..

    Linda said:
    Agustus 9, 2012 pukul 4:16 am

    mau ikut nimbrung ….kebetulan saya punya buyut yg berasal dr jambi yg katanya waktu itu beliau (almarhummah) dibuang di Palembang, saya kurang tau jln ceritanya dan juga saya tdk byk punya informasi, krn eyang uti dan kung meninggal waktu saya msh kecil, mudah-mudahan saya menulis ini dpangerapat informasi….buyut uti dr Jambi bernama Ratumas Rakayah klu tidak salah anak dr Ratumas Hamidah -Pangeran ismail. uyut uti menikah dengan Raden Soekardi Mertowijoyo….semoga saya dapat informasi, makasih (kalau ada informasi boleh di fb saya Linda E. Hidayat atau email yoendaa@yahoo.com)

      rd. tavip said:
      Januari 13, 2013 pukul 12:50 pm

      saya dari jambi anak dari rdmuhammad ibrahim sebab rts hamidah dgn buyut saya dua beradik rts dempot anak dari panggeran nato ugamo dari muara tebo jambi anak dari rts hamidah rtsrokaya rts nunit anak rts dempot rts fatimah sebab rd ismael di bunuh dgn rd empat puluh rts hamidah bersuami lagi dengan rd matahir di bunuh dgn belanda rts hamidah lagi hamil di buang ke batavia lahir lah anak nya bernama rts siti aminah bersuami lagi dengan rd sumo diharjo sebab sila sila jambi masih sama saya sekian dulu keluarga besar rd tavip muhammad ibrahim

    chan said:
    Februari 2, 2013 pukul 4:05 pm

    numpang oret2an, sya mau nanya nih,, apa sih yang dicari masyarakat jambi di dharmasraya yang berhubungan dengan sultan thaha? terima kasih

    Riza Ahmad said:
    Maret 4, 2013 pukul 10:03 am

    Salam..semua:-)saya riza p.ahmad.insyAllah,yang akan mengangkat film layar lebar film Rangkayo Hitam.saya sebagai produser.mohon doa,dan dukungan dari saudara2 semua.utk keturunan dari Sultan Thaha..itu dari istri tuanku Paduko Rangkayo Hitam.jadi kerajaan melayu Jambi ke-2.adalah hibah.dr Tuan Paduko Rangkayo Hitam.kalo info yg dapat saya bantu dr telitian kami sementara..utk kita bisa shere bisa di email saya.rizalatahzan@gmail.com tks.wassalam:-)

      oedi responded:
      Maret 12, 2013 pukul 12:14 pm

      Subhanallah.. alhamdulillah… Saya senang sekali mendengarnya, bahwa Anda akan mengangkat kisah Rangkayo Hitam ke layar lebar… saya doakan yang terbaik dan tentu saya sangat mendukung hal itu, lagian bangsa ini perlu dicerahkan lagi dengan sejarah masa lalu Nusantara, agar tidak terus tergerus oleh arus budaya asing (Korea, Jepang, India, Barat, dll, yang jelas akan menghilangkan karakter bangsa kita, bahkan jati diri pribadi, yang ujung-ujungnya gak akan pernah bangkit berjaya di dunia…
      Okey… terimakasih atas kunjungannya… semoga proyeknya sukses… 🙂

    iiam (@Cancer_017) said:
    Maret 16, 2013 pukul 2:15 pm

    trimakasih atas infonya bang
    tapi kalo biso ditambah lagi, sayo raso masih belum lengkap bang

    Sanjaya Ginting said:
    Maret 27, 2013 pukul 8:58 am

    Mantap

    Irmansyah said:
    April 29, 2013 pukul 3:40 pm

    mungkin memang belum semua sejarah dan fakta serta keturunan dari asal muasal negeri Jambi ini yang seperti umumnya kita tahu. Seperti halnya pernikahan Yang Mulia Datuk Paduko Berhalo dengan Baginda Putri Selaras Pinang Masak yang berasal dari Nagari Pagaruyung (Sumatera Barat-Kini) membuahkan keturunan 4 orang putra putri yaitu :
    1. Orang Kayo Pingai
    2. Orang Kayo Kedataran
    3. Orang Kayo Hitam
    4. Orang Kayo Gemuk
    Nah sejarah yang telah terbuka sedikit demi sedikit adalah tentang Yang Mulia Datuk Paduko Berhalo yang beristrikan Baginda Tuan Putri Selaras Pinang Masak, lalu Orang Kayo Hitam yang menikah dengan seorang putri nan cantik bernama Puteri Mayang Mangurai…..Insya Allah akan tiba waktunya sejarah ini akan diluruskan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Dan Insya allah juga nanti akan terciptalah silsilah anak cucu Datuk Paduko Berhalo dll….Insya Allah. Mohon doa serta dukungannya saja. Amin

    Ali said:
    Mei 12, 2013 pukul 10:40 pm

    Memiliki sejarah yang sangat menarik kota jambi ini….

    San Diego said:
    Juli 2, 2013 pukul 4:16 pm

    Of importance here is, those that work well for them over time.
    In fact, online football manager issue as many as possible over
    time. Wine racks are very popular throughout society.

    Dika said:
    September 16, 2013 pukul 12:59 pm

    tulisan ini bermanfaat sekali bagi saya yang sedang menjalankan tugas akhir kuliah. buat penulis atau siapapun yang membaca, saya mohon info sebanyak2nya tentang Sutan Taha Syaifuddin. jika saya ingin menuliskan biogrfi beliau adakah kiranya yang mengetahui dimana saya dapat menemukan sumber yang falid beserta arsip mengenai beliau? jika ada yang tau tolong hubungi saya di Yurisa_andika@yahoo.com terimakasih sodara, salam negeri angso duo

      oedi responded:
      September 16, 2013 pukul 2:38 pm

      Syukurlah kalau begitu.. senang bisa berbagi dengan Anda, semoga tulisan ini bisa membantu Tugas akhir kuliahnya… dan terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, tetap SEMANGAT!
      Tapi Maaf, untuk sekarang saya belum bisa membantu Anda tentang Sutan Taha Syaifuddin..

    Wahyu hidayat said:
    September 17, 2013 pukul 4:26 pm

    Terima kasih bg odie tlah mengurai asal provinsi kita

      oedi responded:
      September 18, 2013 pukul 11:45 am

      Iya sama-sama… terimakasih atas kunjungan dan dukungannya.. semoga bermanfaat.. 🙂

    dedi hardianto said:
    Oktober 23, 2013 pukul 10:45 am

    mas oedi,sy sangant berterimakasih sekali,sy lhr dijambi,tapi sy tdk pernah mau tau sejarah jambi,dgn mas oedi sy akhirnya mengetahui sejarah jambi.tx

      oedi responded:
      Oktober 25, 2013 pukul 4:15 am

      Wah saya pun sangat berterimakasih sama mas Dedi yang mau berkunjung ke tulisan ini, terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Saya memang bukan kelahiran Jambi, karena saya dilahirkan di Palembang, tetapi saya dibesarkan di Jambi, di Bangko tepatnya… maka dari itu tergeraklah hati ini untuk mempersembahkan sesuatu kepada tempat dimana saya dibesarkan.. karena Jambi – Bangko memang kampung halaman saya.. meskipun bukan asli Jambi saya sangat bangga menjadi bagian dari masyarakat Jambi, terlebih Jambi dulunya pernah mempuanyai sejarah yang mahsyur… semoga bisa terulang kembali… 🙂

    fuasy haris saputra said:
    Oktober 30, 2013 pukul 3:13 pm

    Kerajaan Melayu Kesultanan Jambi kini telah memiliki seorang sultan. Setelah sekian puluh tahun lamanya, pelestarian Kerajaan Melayu Kesultanan Jambi sejak wafatnya Sultan Thaha Syaifuddin, saat penyerangan penjajah Belanda yang dipimpin oleh Leutenant G. Badings ke tempat terakhir pelarian Sultan Thaha Syaifuddin di Tanah Garo, dan wafat dalam pertempuran di Desa Betung Bedarah, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo pada 1904. Kerajaan Melayu Kesultanan Jambi hingga awal tahun 2012 ini, sebagai bagian pelestarian aset sejarah dan budaya Melayu Nusantara, malahan belum berdiri tegak. Namun kejayaan dan kemasyuran Kesultanan Jambi di era Sultan Thaha Syaifuddin tempo dulu bakal terwujud dengan digelarnya prosesi adat agung penobatan penerus Sultan Thaha Syaifuddin kepada Raden Abdurrachman Bin Raden Djak’far Kertopati gelar Pangeran Mudo, sebagai Sultan Kerajaan Melayu Kesultanan Jambi (pelestarian) yang baru, beserta permaisuri Ratu Mas Siti Aisah Bin Raden Haji Usman Yasin gelar Ratu Aisah Kusumo Ningrat. Penobatan yang digelar di Ball Room Hotel Novita pada Minggu, 18 Maret 2012, dilakukan oleh Bunda Ratu Syarifah Muryani Allatif asal dari Malaysia. Bunda Ratu mengklaim lahir di Penegak, Sarolangun, dan keturunan dari Putri Pinang Masak.

      oedi responded:
      Oktober 31, 2013 pukul 9:50 am

      Wah ini informasi baru bagi saya, syukurlah jika demikian, semoga sultan yang baru ini bisa meneruskan kegemilangan Kesultanan Jambi di masa lalu… atau setidaknya benar2 melestarikan adat dan budaya melayu Jambi…. 🙂
      Oke, terimakasih atas kunjungan, dukungan dan informasinya bang Fuasy.. semoga Jambi semakin jaya… 🙂

      Puteri sirap bandung said:
      Juli 25, 2015 pukul 3:58 pm

      Bunda ratu sharifah is not her real name, she is not realated to any malaysian royalty, she is a fake.. Pls dont be fool by her.. She is 100% an indonesian. Any sultan from malaysia must be acknowledge by malaysian goverment. she just made up her title..

    fuady haris saputra said:
    Oktober 30, 2013 pukul 3:15 pm

    kesultanan melayu jambi telah berdiri, sudah saat nya kembali ke bawah kekuasaan nya, karena indonesia tidak bisa selamanya dipimpin oleh jawa

      oedi responded:
      Oktober 31, 2013 pukul 9:57 am

      Hmm.. ya tergantung bagaimana orang2 Melayu bisa membuktikan dirinya, apakah bisa mengungguli kemampuan – politik – orang2 Jawa, atau setidaknya bisa seperti di masa Sri Wijaya atau Dhamasraya dulu yg sudah terbukti begitu kuat pengaruhnya di Asia. Karena dengan begitu barulah bisa mengambil alih hegemoni orang Jawa selama ini, sehingga barulah akan benar2 bisa memimpin Indonesia.

    Zainal Arifin said:
    Januari 12, 2014 pukul 3:46 pm

    Mohon maaf ikut berpartisipasi,
    Saya lahir di jambi, tamat dari SMA 1, 82, sampai saat ini di Jawa,
    boleh lah kita mengurai benang yang kusut, merangkai bunga yang terserak, kotoboyo asal bapakku, muarotembesi daerah nyo, trimokasih

      oedi responded:
      Januari 13, 2014 pukul 3:02 am

      Wah gak perlu minta maaf bang Zainal, justru sayalah yang seharusnya berterimakasih atas kunjungan dan dukungan abang, semoga bermanfaat.. 🙂
      Oke, mari kita bersama-sama membuka hijab yang meliputi sejarah tempat kita tercinta ini (Sepucuk Jambi sembilan lurah). Tdak hanya sejak dari masa kesultanan Jambi, tetapi sejak dari masa kerajaan Dharmasraya, Melayu, Kandis, Koying, Tupo, Kantoli, Sigindo dan dari masa2 kerajaan sebelumnya lagi, yang ketika itu Sumatera hanya di kenal dunia dengan istilah Swarna Dwipa (pulau emas).. 🙂

    azhar bin ahmad said:
    Maret 12, 2014 pukul 5:30 am

    Kepada Puan Hamidah boleh merujuk tajuk ini untuk bantuan cari keluarga. harap dapat pencerahan . AmaliMuadz: Pangeran Wiro Kusumo
    http://www.amali-muadz.com/…/pangeran-wiro-kusumo.ht…‎Translate this page
    Dec 15, 2011 – Al Jufri tinggal di Jambi dan memainkan peranan politik, baik untuk … Hal ini menyebabkan para pria keturunan Al Jufri menikah dengan putrid Sultan dan penguasa yang berpengaruh …. Syed Amir AliAssalamulaikum wrwb.

    azhar bin ahmad said:
    Maret 12, 2014 pukul 5:34 am

    Kepada puan hamidah jika tidak cari atas nama pangeran wiro kusumo. tksh

    ROVEL RINALDI said:
    September 20, 2014 pukul 3:06 pm

    Mantab Terima Kasih Informasinya….

      oedi responded:
      September 28, 2014 pukul 10:17 am

      Iya sama2.. terimakasih juga atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Raihan Aghniyaa said:
    Oktober 7, 2014 pukul 1:56 pm

    Wah artikelnya bagus banget…. aku jadi tau sejarah kota kelahiran ortu 🙂 thank’s

    Perhiasan Diri Suku Negrito - Fashion dan Belanja Jadi Satu said:
    Februari 22, 2015 pukul 8:02 am

    […] Sejarah dan Asal Muasal Propinsi Jambi | Perjalanan Cinta – Kali ini saya ingin mengajak Anda sekalian untuk menelaah lebih jauh tentang Propinsi Jambi. Sebuah wilayah yang sejak dulu telah menjadi pusat Melayu di pulau Sumatra…. […]

    Mikasa Ackerman said:
    Maret 6, 2015 pukul 12:16 pm

    Izin Copy ya gan ^^

    arwan said:
    April 17, 2015 pukul 9:55 pm

    Assalamu’alaikum saudaraku, salam kenal, sayo keturunan langsung dari buyut panglimo raden hamzah yg meninggal di lubuk mengkuang, datuk sayo raden kasim(pijoan), bapak sayo alm.rd.hamzah kasim(pijoan), raso nak nangis baco kisah perjuangan leluhur.. TerimoKasih buat yg punyo blog sudah share tentang sejarah JAMBI ,semoga kedepannyo sayo dapat berbuat lebih untuk dusun ko.. AMIN..Allahumma Amin.. dan semoga ALLAH memberikan rahmat kepada saudaraku, sanak, sedulur, baik yg dimalaysia maupun yg masih di indonesia semuanyo..

      oedi responded:
      April 18, 2015 pukul 7:27 am

      Wa`alaikumsalam saudaraku… salam kenal juo dariku
      Wah bersyukurlah kalau saudara Arwan tahu sejarah leluhur.. karano sesungguhnyo diriku sangat merindukan kehidupan kayak di masa lalu, zaman kerajaan, karano ada kewibawaannyo.. dak kayak kini, karano lah ilang hampir dak berbekas, karano tergerus budaya asing (Amerika, Arab, China, India, Korea, Jepang, dll)..
      Untuk itu, mari kito bangun kejayaan negeri Nusantara ini, dengan kembali kepada budaya, kultur dan karakter bangsa kita sendiri… dak udahlah niru-niru bangsa lain, tapi bangga dengan bangsa sendiri. Semoga kejayaan di masa lalu itu biso balek lagi, dan kito semua balek sejahtera kayak dulu.. 🙂
      Terimokaseh jua karano lah mau berkunjung di blog ini, semoga bermanfaat.. 🙂

    Tengku Shila said:
    Juni 10, 2015 pukul 12:20 pm

    Assalamualaikum wbt.
    Mohon dishare posting ini di fb utk rujukan asal keturunan suami saya.
    Terima kasih.

    oenang satya putra said:
    Juli 21, 2015 pukul 3:11 pm

    Salam kenal mas. Saya org jambi, lahir di jambi sd, smp di jambi. Sma dan kul saja di jawa. Saat ini saya sebagai operator tour jambi city tour, sedang mencari informasi sejarah jambi buat bahan sharing2 dgn para turis lokal/asing mengenai sejarah jambi bila . Terimakasi infonya sangat bermanfaat sekali….

    Arsyad syanafor said:
    November 1, 2015 pukul 7:23 am

    assalamualaikum tuan2 guru yang saya hormati…saya ingin bertanya sdikit kepada tuan guru sekalian…bagaiamana pendapat tuan2 guru tentang penduduk melayu asli dan melayu pendatang yg ada di daerah jambi ?? lalu bagaiamana persepsi tuan guru tentang pemanfaatan nama melayu di jambi ini?
    terima kasih tuan guru…barakallah untuk kita semua..
    wassalamualaikum.

    Nik Derahman bin Mamat said:
    November 2, 2015 pukul 9:15 am

    Keluarga jambi raja dan ulama ada Di Johor,Melaka.Namun ada juga di Kelantan,Dan Naratiwat Thailand..Juga ada Istana Jambi di Batu Gajah trengganu yang bersedia untuk lancar perang sambil menunggu bantuan dari Sheikh Ahmad Mohd Zain al Fatani. dari Turki dan Mekah.Sultan Taha telah tewas lebih awal. Bahkan Longputra bin Mohd Jiwa raja utara Semenanjung berkahwin denga puteri sultan Ab Rahman Ingalago mendapat raja0raja di patani dan kelantan sehingga sultan Mohd. 1 kelantan. Bahkan kakek saya bernama mohamad Ali hanafiah bin idris telah berhijrah ke Thailand untuk mengaji pondok.Anaknya di ijambi menama Muhammmad dan Yusof. Kakai kami memakai gelar nama di Mlaysia Mohd. Yusof dan gelar di Jambi Mohd .Ali. Ibu saya kini umurnya 100 tahun.Paman kami di Jmbibernama MOhamad meninggal 5 tahun lepas berusia 103 tahun.
    di seberang sungai jambi di kawasan maqam Pangeran seto. Dengan khabar kakek kami adalah anak kepada pangeran ratu.

    Apabila raja sultan jambi sudah dipulihkan .Maka raja perlu melawat kami di sini. Ada istana jambi di Kemaman Trengganu.Sukar katakan… nanti saya ziarah jambi sekali lagi…Hubungan kelantan ,pattani jambi sejak zaman dulu lagi,hubungan Long Putra berkahwin dengan puteri ab Rahman ingalago.Hubungan penghijrahan keluarga jambi ke Johor dan Melaka.dan ke Kemaman Trengagganu,Pattani dan kelantan agak ramai juga. Alham dulilah sudah aman. Tapi Jerebu asap dari jambi boleh sampai ke selatan Thailand. Dashat betul kejar ekonomi masing-masing.Berjimatlah sedikit pembukaan hutan itu. Salam

    Nik Derahman bin Mamat said:
    November 13, 2015 pukul 9:43 am

    Ramai pembesar jambi keturunan syed berasal dari Kedah di zaman sultan Taha. Akhirnya mereka balik ke kedah semula.Sultan Taha adalah menantu sultan Abdul Rahman.Syed Idrus Hasssan juga pendatang ke Jambi.Ia juga ke Kedah menjadi pembesar Kedah Malaya.

    Suleh anak panglima Mat Tahir bogor .Di Thailand selatan (Takbai )dan Tumpat kelantan.Suleh itu digelar Salleh Bogor atau salleh Jambi.,Anak Salleh Bogor dikelantan ,bernama Ab,Rahman,Ab,Rahman sering ke Jambi.dan sering bertemu raden Khatijah di Pulau Besar Melaka.

    Kakek saya adalah ali Hanapiah atau Yusof.Mempunyai anak dijambi bernama yusof dan Mohamad ,Berada di kawasan maqam pageran Seto ,Jambi.,Secara bersurat kami telah berhubungan,Dulu saya pernah mencari keluarga di Jambi.Saya juga ingin mengesan adik tiri kakek saya bernama raja Bidah di johor atau Melaka.Seperti kata orang Hanapiah pulang ke Jambi. Hanapiah ketika usia 18 tahun itu tidak menetap dijambi.Salleh bogor dan beberapa orang menetap disempadan Tahailand dan kelantan Malaya.Hanapiah mungkin bernama Mohamad Ali Hanapiah.Beliau mati ketika ibu saya sekitar umur 5 tahun.umur matinya antara 35 tahun saja.Ia amat rapat dengan ayahnda Tengku Iskandar Kelantan, Ia hidup sebagai penuntut sekolah pondok di Kok Kapak .Takbai.Kuburnya khabarnya di sekitar daerah Telaga Bata ,Tumpat,Saya belum sempat ziarah lagi.Sebab saya jarang berada di Kelantan.

    Alhamdulilah saya sudah lawat keluarga di Pasir Gajah Kemaman.Saya akan lawat Batu Pahat dan Segamat juga,Saya sudak ke Jambi semasa 30 tahun lalu. Saya berjanji akan pergi lagi ke Jambi.Saya pernah mendengar cerita dari Ab, Rahman Bin Salleh Bogor bagaimana cara ke Jambi .Dia juga cerita bahawa Raden Khatijah Pulau Besar ,Melaka dan anaknya balik Ke Batu Pahat untuk berkebun sayuran.

    DI Kelantan dan sebelah Thailand ada ramai juga keluarga rahsia jambi ini. Biasanya tumpuan adalah mengaji ilmu pasentren.Dartang ke Wakaf Baharu ,Tumpat,Kelantan, Akan Jumpa keluarga Salleh Bogor.Jumpa anak Peremuan Ali Hanapiah bernama Tuan Fatimah) umur 90 tahun lebih. Anaknya ramai 8 orang..Saya bernama Nik Derahman.Kini berada di Kuantan Pahang.Ramai abang saya di Wakaf Bharu.,Taka ada orang nama Nik Derahman dalam daerah Tumpat tu,Pakai nama Nik Derahman dan ibunya nama Tuan Fatimah,Maka jumpalah keluarga Hanapiah dan Salleh Bogor atau Salleh Jambi. Keluarga Paman Saya Mohamad dan Yussof di Jambi mengatakan mereka keturunan Idris.Tapi orang sana tidak suka mengaku keturunan sultan.Saya lebih menjurus kepada Hanapiah bin Sultan A,b.Rahman. ia dalam kajian. Salam siratulrahim kelaurga sultan dan panglima jambi dan seluruh keturunan jambi, Tok Sheikh Din Melaka,,,itu juga datuknya bekas Sultan Jambi,Iaitu sebelum serah tahkta kepada adiknya Mas ud.Sultan Jambi buka sekalah agama di Melaka.Syabbas… i

    roslaini said:
    November 17, 2015 pukul 4:30 am

    asslam… mas saya copy paste ya artielnya buat pengetahuan saya mas

      oedi responded:
      Desember 8, 2015 pukul 3:54 am

      Wa`alaikumsalam.. oh silahkan saja mas, moga bermanfaat.. 🙂

    manta said:
    Desember 6, 2015 pukul 2:46 am

    saya begitu berminat untuk mengetahui degan lebih mendalam lagi berkenaan sejarah asal-usul keturunan jambi ini, baru-baru ini juga saya mendengar daripada datuk saudara saya yang merupakan orang-orang tua ada menceritakan asal-usul salasiah keluarga kami juga merupakan berasal dari jambi. saudara-mara saya tinggal di kampung hutan lesung tanjung sedili,kota tinggi johor,sekian terima kasih

      manta said:
      Desember 6, 2015 pukul 3:53 am

      saya begitu berminat untuk mengetahui degan lebih mendalam lagi berkenaan sejarah asal-usul keturunan jambi ini, baru-baru ini juga saya mendengar daripada datuk saudara saya yang merupakan orang-orang tua ada menceritakan asal-usul salasiah keluarga kami juga merupakan berasal dari jambi. ahli keluarga kami menaiki sebuah tongkang dan berlabuh seketika di sekitar kg teluk @ tanjung sedili,kemudian menurut katanya lagi tongkang tersebut terus berlayar ke sekitar kg mawai dan akhirnya terus berlabuh di Batu Pahat, kini saudara-mara saya tinggal di kampung hutan lesung tanjung sedili,kota tinggi johor,sekian terima kasih

    Meiliana K. Tansri said:
    Januari 11, 2017 pukul 3:40 am

    Keren. Sebagai tambahan, di foto Suku Anak Dalam ada Butet Manurung yang membuka sekolah rimba.

    Nuha said:
    April 21, 2017 pukul 3:57 pm

    Assalammualaikum warrahmatullahi wabrakatuh.. Terima kasih atas informasi yang bagus dan berguna tentang asal usul Jambi ini.. Juga komentar di sini sungguh membuka mata.

    Saya berasal dari Malaysia. Juga sedang mencari sisa baki keturunan saya dari Jambi. (keluarga sebelah ibu..) bagi mengenali lebih dekat identitas diri juga salah silah yang hilang.

    Menurut ibu saya, datuk saya (kakek) Ku Saad bin Ku Yaakob sebahagian dari saudara kerabat Sultan Thaha Shaifuddin melarikan diri ke Tanah Melayu selepas kematian isterinya yang pertama dan anaknya, Idris akibat diracun dan juga bagi menyelamatkan diri dari dikesan Belanda yang katanya ingin membunuh kaum kerabat Sultan Taha ketika itu selepas gugurnya Sultan Taha di medan pertempuran.

    Kakek saya berlindung di negeri Kedah kerana juga ada kaum kerabat persuratan saudara dengan kerajaan Kedah ketika itu.

    Lalu, kakek menikah dengan wanita seterusnya, (lupa namanya) mendapat anak yang saya panggil, Ayah Long ( lupa namanya) dan kemudian meninggal, kemudian menikah lagi dengan wanita seterusnya ( lupa lagi namanya), mendapat anak, Ayah Choh ( Jusoh/Yusof) kemudian meninggal juga, lalu menikah dengan wanita seterusnya, nenek saya ( Nik Saerah Binti Nik Long) wanita bangsawan keturunan Pattani, lalu mendapat ibu saya.

    Lalu, kata ibu cerita tentang kakek saya ini asalnya dari Jambi diterima dari kata anak saudaranya, (Aisyah, anak Ayah Long) yang hidup terlebih dahulu sebelum ibu yang merupakan sepupu saya yang paling tua, berusia 80 ++ ke atas.

    Katanya, kakek ada menyimpan pakaian perwarisan diraja, Kerajaan Jambi namun demikian saat kakek meninggal, semua pakaiannya diambil sama saudara-saudara yang tidak dikenalpasti siapa dan ketika itu ibu baru sahaja berusia 8 tahun.

    Jadi, ceritanya ini asal dari mulut ke mulut, pembuktian secara dasarnya gak ada. Tambahan pula, kakek udah memadam namanya sebagai keturunan di dalam buku keturunan di istana Kedah menurut cerita ibu. Jadi, kami yang keturunan di bawah ini sepertinya hilang identitas.

    Apa benar kami berketurunan atau sekadar mitos cerita? Apa ada keturunan saudara kerabat Sultan Taha punya kerabat dekat dengan kerajaan Kedah? Apa ada keturunan raja di Jambi, punya nama pangkalnya, Ku atau Tengku?

    Harap Mas Oedi bisa membantu dengan sedikit pencerahan, supaya saya bisa cari tahu siapa kakek saya sebenarnya. Tanpa berdasarkan cerita mulut semata-mata. Tambah lagi, kakek saya sememangnya lahir di Tanah Jambi dan ibu mengatakan turunan dia Melayu-Jambi, tinggal berdekatan batang sungai. Batang sungai yang mana saya tidak tahu..

    Tolong ya Mas Oedi.. Bisa hubungi saya di alamat emel, nuhafansuri@gmail.com untuk penerangannya..terima kasih..

      oedi responded:
      April 22, 2017 pukul 2:40 am

      Wa`alaikumsalam…
      Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Sebelumnya saya pernah beberapa kali mendapat informasi dan pengakuan dari beberapa teman di Malaysia bahwa dirinya masih berhubungan kerabat/keturunan dari kerajaan/kesultanan Jambi. Menurut saya itu bukan sekedar hisapan jempol, atau sesuatu yang mengada-ada (bohong). Saya pribadi sangat meyakini itu, dan benar adanya bahwa dimasa kolonial Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang banyak dari kalangan istana kesultanan Jambi yang terpaksa hijrah ke negeri lain untuk menyelamatkan diri dan keluarganya.. Sebagian dari mereka itu hijrah ke Tumasik (Singapura), Malaysia (Kedah, Kelantan, Johor, Malaka, Pahang, Serawak, Sabah, dll), Patani (Thailand), Kambodia dan Brunai Darussalam.. Mungkin salah satu rombongan yang berhijrah saat itu adalah leluhur dari mas/mbak Nuha.
      Jujur, tersentuh hati saya untuk bisa membantu dalam menelusuri sejarah asli leluhur Anda, tapi sayang saya pun tak punya data dan informasi yang lengkap tentang hal itu. Perlu data dan informasi yang valid dulu. Takutnya nanti justru semakin memperkeruh masalah dan apa yang diinginkan tak kesampaian.. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati saya meminta maaf karena belum bisa membantu sekarang.. Maaf yang sebesar-besarnya.. 🙂

    Nuha said:
    April 22, 2017 pukul 10:48 am

    Terima kasih Mas Oedi atas penerangan yang halus dan baik itu, sekurang-kurangnya saya sedikit yakin untuk mencari leluhur saya yang sudah-sudah. Kalau benar, iya benarlah, kalau tidak saya masih tidak malu mengaku sebahagian diri saya adalah dari Tanah Pilih Pesako Bertuah. 🙂

      oedi responded:
      April 25, 2017 pukul 12:47 am

      Sama-samalah mas/mbak Nuha, sekali lagi maaf karena saya belum bisa banyak membantu.. 🙂
      Tetap semangat, semoga dibukakan jalan untuk bisa menemukan silsila dan kisah sejarah leluhurnya.. 🙂

    Nuha said:
    April 22, 2017 pukul 11:46 am

    Maaf Mas Oedi, saya nerima informasi baru dari ibu saya bahawasanya kakek saya berasal dari seberang sungai dengan sungai Kerinci. Sungai yang memisahkan Kerinci dan kampung asalnya. Katanya ibu, kakek bilang orang Kerinci tidak bisa nyeberang ke kampung seberang sungai itu kerana nanti akan ditukar menjadi manusia kepada harimau. Begitu juga sebaliknya.

    Jadi, dikatakan Jambi datang dari 9 anak sungai Batanghari. Jadi kampung apa yang memisahkan Kerinci dan kampung tersebut?

    Oleh kerana, Mas Oedi memang asalnya orang Jambi sendiri, bisa kasi informasi dikit mengenai tempat itu? Sekurang2nya nanti saya ada satu tempat untuk dimulai pencarian leluhurnya…

    Bantuan dari Mas Oedi amat saya hargai..Terima kasih.. 🙂

      oedi responded:
      April 25, 2017 pukul 2:04 am

      Sama-samalah mas/mbak Nuha, Maafkan jika saya hanya bisa membantu sedikit saja.. 🙂
      Hmm.. Memperhatikan penjelasan dari ibunya mas/mbak Nuha di atas, agak susah bagi saya menentukan dimana lokasi tersebut.. Terlebih ada banyak sekali sungai yang mengalir di propinsi Jambi, termasuk yang ada di Kerinci. Walau pun saya pernah beberapa kali ke Kerinci, tetap saja susah untuk menentukan sungai apakah yang dimaksud dalam penjelasan ibu mas/mbak Nuha itu.
      Sebagaimana penjelasan di atas, maka Jambi itu disebut dengan “Sembilan Lurah”. Lurah disini berarti sungai besar yang mengalir di semua wilayah adat kesultanan Jambi. Adapun di antaranya: (1) Batang Merangin (di kabupaten Merangin), (2) Batang Masurai (di kabupaten Merangin), (3) Batang Tabir (di kabupaten Merangin), (4) Batang Asai (di kabupaten Sarolangun), (5) Batang Tembesi (di kabupaten Sarolangun), (6) Batang Bungo (di kabupaten Muaro Bungo), (7) Batang Jujuhan (di kabupaten Muaro Bungo), (8) Batang Senemat (di kabupaten Muaro Bungo), dan (9) Batang Tebo (di kabupaten Tebo). Ke sembilan sungai besar itu masih memiliki ratusan anak sungai lainnya seperti sungai Pelepat, Mensumai, Abuang Tungkal, Lalan, Bahar, Bulian, Singaon, Burung Hantu, Pemusiran, dan lainnya. Kesemua sungai itu lalu bermuara di sungai Batang Hari. Sungai Batang Hari ini berhulu di Gunung Rasan (2,583 mdpl) yang ada di kabupaten Solok, propinsi Sumatera Barat (Padang), dan bermuara di laut yang ada di perairan timur dekat Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi.
      Jadi, dari ke sembilan Lurah (sungai besar) itu, maka sungai yang ada di kabupaten Kerinci tidak termasuk. Salah satu alasannya karena sungai disana tidak terlalu besar dan panjang alirannya, dan hampir semuanya berhulu atau bermuaranya di Danau Kerinci (danau yang berada di wilayah kabupaten Kerinci sendiri. Danau ini pula yang menjadi hulu dari sungai Batang Merangin; salah satu dari 9 Lurah), sehingga tidak sampai mengalir jauh ke kabupaten lain atau ke sungai Batang Hari (sungai terbesar dan terpanjang di Jambi).
      Setahu saya, ada satu sungai besar yang mengalir di kabupaten Kerinci. Sungai itu biasa disebut dengan nama Sungai Penuh. Dari nama sungai inilah nama ibukota kabupaten Kerinci diambil. Nama “Penuh” itu pun diambil sebab jika di musim penghujan tiba, maka sungai ini sering banjir atau merendam wilayah sekitar. Dalam istilah masyarakat disana, istilah banjir itu biasa juga disebut dengan penuh. Karena itulah akhirnya penduduk disana memberikan nama itu dengan nama Sungai Penuh. Sungai ini adalah sungai terbesar di kabupaten Kerinci.
      Nah, sesuai keterangan ibunya mas/mbak Nuha di atas (jika memang kakeknya berasal dari Kerinci), kemungkinan besar sungai yang dimaksudkan itu adalah Sungai Penuh ini. Karena sungai itulah yang secara alamiah dan logika telah memisahkan dua wilayah di Kerinci, yaitu wilayah bawah yang disebut Sungai Penuh dan wilayah atas yang disebut Kayu Aro. Kini kedua wilayah itu bahkan sudah berpisah dalam urusan tata negara (pemerintahan), atau dalam artian tidak berada dalam satu wilayah kabupaten lagi. Wilayah Kayu Aro sudah memisahkan diri dan menjadi kabupaten sendiri yang bernama kabupaten Kayu Aro. Sementara Sungai Penuh tetap sebagai ibukota dan pusat pemerintahan dari kabupaten Kerinci. Artinya, secara administratif, sekarang di wilayah Kerinci telah ada dua pemerintahan kabupaten, yaitu Kerinci Sungai Penuh dan Kerinci Kayu Aro.
      Tambahan informasi:
      1. Wilayah Kerinci Sungai Penuh itu merupakan sebuah lembah yang datar dan subur. Terdapat banyak aliran sungai dan satu danau besar yang bernama Danau Kerinci. Karena itulah disana banyak terhampar luas sawah dan ladang. Sementara untuk wilayah Kerinci Kayu Aro lebih kepada dataran tinggi. Disana terdapat banyak perbukitan tinggi dan Gunung Kerinci. Selain itu ada pula kawasan perkebunan kulit manis dan teh yang sangat luas, bahkan terluas di Asia Tenggara.
      2. Untuk bisa sampai ke Kerinci, maka ada dua caranya, yaitu melalui udara atau jalan darat. Untuk udara, mas/mbak Nuha bisa menumpang pesawat terbang dari bandar udara Sultan Thaha yang ada di kota Jambi. Dari kota Jambi itu akan terbang langsung ke Kerinci dan mendarat di Sungai Penuh. Sementara jika melalui jalan darat, maka mas/mbak Nuha harus mencari kendaraan umum atau travel bus yang khusus untuk ke Kerinci. Silahkan mencarinya di loket travel yang ada di bandara Sultan Thaha atau ke terminal bus yang ada di luar kota yang bernama Simpang Rimbo. Jika lancar, maka sekitar 10-12 jam akan tiba di Sungai Penuh. Atau lebih enaknya, mas/mbak Nusa bisa juga menyewa kendaraan pribadi yang banyak terdapat di kota Jambi. Dengan menyewa kendaraan pribadi, kenyamanan di jalan tentu lebih terjamin, hanya saja biaya yang harus dikeluarkan jadi lebih mahal. Silahkan pilih deh, semoga bermanfaat hehe… 🙂

    Zhurida Sofiah said:
    September 17, 2017 pukul 2:59 pm

    kalau menurut buyut n datuk saya sultan sedari kecil sering dibawa oleh ibu ny k tebo. krna ibu ny selain keturunan arab,juga brdarah org tebo. dan sultan sepersusuan dgn buyut saya. dan banyak hal lain lg yg diceritakan buyut sy terutama kjadian mistis saat sultan tiba2 saja sudah berada d makkah.

      oedi responded:
      September 25, 2017 pukul 1:49 am

      Terima kasih untuk kunjungan dan infonya mbak Zhurida Sofiah, semoga bermanfaat.. 🙂

    JAMBI said:
    Januari 20, 2018 pukul 9:07 pm

    […] on November 25, 2010 by […]

    echan said:
    Februari 8, 2018 pukul 6:35 am

    Assalamualaykum sanak…
    Salam kenal…
    Saya msh ada keturunan darah jambi.. ayah dan ibu saya lahir di Tanjung Simalidu..
    semenjak datuk ( Saleh Somad ) /ayah dari ayah saya meninggal dan keadaan perekonomian pada saat itu bisa dikatakan susah.. ayah saya merantau ke jakarta..
    waktu kami kecil2.. kami senang mandi di sungai batanghari.. walopun dirumah datuk (ayah dr ibu) ada sumur.
    senang dan terima kasih atas adanya Blog ini..

      oedi responded:
      Februari 8, 2018 pukul 8:03 am

      Wa’alaikumsalam jua dun sanak.. Terima kasih juga atas kunjungan dan dukungannya, moga bermanfaat.. 🙂
      Wah kisah keluarga bang Echan mirip dg bbrp sanak kito yg bahkan kini tinggal di Malaysia.. Akibat penjajahan Kolonial, byk org Jambi yg migrasi ke negeri lain.. Tapi alhamdulillah mrk masih mengingat bahwa leluhur mrk adalah org Jambi..
      Adapun tulisan ini saya dedikasikan karena Jambi adalah kampung halamanku yg tercinta.. 🙂

    Maulana M. Yusuf said:
    April 26, 2018 pukul 11:37 pm

    saya senang sekali bisa tahu sejarah tentang tempat yang saya tinggali, alhamdulillah dekat rumah saya sendiri saya masih ketemu dengan cicitnya sultan taha saefudin, Saya tinggal DiSTM atas Kota Jambi dekat jamtos. bagi yang ingin menggali lebih dalam. kapan2 sama2 cari tau yok abang2 kakak2..

      oedi responded:
      April 28, 2018 pukul 6:12 am

      Syukurlah kalo suka bang Maulana M. Yusuf.. Terima kasih atas kunjungan dan dukungannya, semoga bermanfaat.. 🙂
      Wah beruntungnya masih bisa ketemu langsung dengan keturunan Sultan Taha.. Monggo, silahkan kalo ada yang mau ikut menggali sejarahnya, kalo saya belum bisa untuk waktu dekat.. 🙂

    Wasis sudibyo said:
    Mei 12, 2018 pukul 3:01 pm

    Mas kalau sejarah saudara2 Datuk Rangkayo hitam gak sekalian ya. Saya pernah mencari makam Datuk Pedataran yg ternyata orang sekitarnyapun gak tahu nama maupun makamnya

      oedi responded:
      Mei 14, 2018 pukul 3:11 am

      Hmm.. Tentang itu saya belum dapat data dan info yg lengkap mas, masih mencari dan menggali. Jadi belum bisa share di blog ini.. 🙂
      Oke, terima kasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat.. 🙂

    Nordin Hj. Abdul Hamid said:
    Januari 23, 2019 pukul 5:45 am

    Assalamualaikum,
    Salam juga untuk keluarga masih di Kuala Tungkal. Mohon bantuan, jika ada sejarah mengenai kakek saya Hj. Mohd Noh @ Hj. Mansoh. Terima kasih

    […] 2. wordpress  […]

Tinggalkan Balasan ke Budiarto Bayu Batalkan balasan